Deliarnov 1995 menerangkan tabungan dimulai dari sisi konsumsi, dimana Konsumsi C = a + bY, maka C = a jika Y = 0 pendapatan [Y] tidak
ada atau sama dengan 0 . konsumsi sebesar a bisa diperoleh dengan ‘mengorek’ tabungan dissaving sebesar –a. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa sifat hemat
memang baik bagi segilintir orang, sebab dengan adanya tabungan, kita lebih mampu menanggulangi keadaan pada saat ditimpa musibah atau ada pengeluaran
mendadak. Tetapi terhadap pendapatan nasional secara keseluruhan dampak sifat hemat ini tidak menguntungkan, sebab dapat menyebabkan berkurangmya
konsumsi agregat. Jika pengeluaran agregat berkurang, maka pada giliran selanjutnya menyebabkan pendapatan nasional berkurang.
Akan tetapi, walau bagaimanapun juga menabung merupakan sebuah cerminan sikap perencanaan rumah tangga yang tanggap dalam menjalani kegiatan
ekonomi sehari-hari. Dalam perkembangannya dari masa ke masa, tabungan kini tak lagi hanya ada di celengan maupun bawah bantal. Hadirnya perbankan sebagai
penyedia jasa keuangan memberikan kemudahan bagi masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah untuk menyisihkan sebagian pendapatannya
untuk dialokasikan pada tabungan.
2.2 Masyarakat Menengah Ke Bawah
Seperti yang sudah disinggung pada bagian awal, kelas menengah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia yang merupakan negara
berkembang. Easterly 2001 mengatakan, Kelas menengah adalah ukuran yang membedakan keberhasilan pembangunan dari kegagalan. Ia melanjutkan, kelas
menengah juga berpengaruh terhadap hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi setelah adanya polarisasi budaya dalam sebuah negara.
Birdsall 2007 mendefinisikan middle class atau kelas menengah yaitu orang-orang yang memiliki penghasilan US 10hari atau diatasnya, dan dibawah
90 dari distribusi pendapatan di negaranya. Definisi ini menyiratkan bahwa kelas menengah cenderung absolut pada masyarakat bawah, tetapi bersifat relatif pada
masyarakat kelas atas. Banerjee dan Duflo 2007 mengemukakan, middle class atau kelas
menengah adalah orang-orang yang konsumsi perkapita hariannya berkisar antara US 2 - US 4, atau antara US 6 - US 10. Masih menurut mereka, Data-data
yang ada menitik-beratkan perbedaan dan persamaan antara kelas menenngah dan miskin, juga membantu membedakan berbagai teori mengenai kelas menengah
dalam kaitannya dengan proses pembangunan. Ia menambahkan, bahwa satu karakteristik penting dari kelas menengah yaitu mereka lebih cenderung memiliki
pekerjaan tetap. Mungkin karena itu, masyarakat menengah punya tingkat kesehatan dan pendidikan anak yang rendah.
Sedangkan Asian Development Bank ADB 2010 mendefinisikan kelas menengah melalui ukuran pengeluaran. Yaitu dengan rentang pengeluaran
perkapita perhari sebasar US 2-20. Rentang inilah yang kini banyak dipakai untuk mengukur jumlah kelas menengah di Indonesia. Rentang pengeluaran
perkapita tersebut dibagi lagi ke dalam tiga kelompok yaitu masyarakat kelas menengah bawah lower middle class dengan pengeluaran perkapita perhari
sebesar US 2-4 Rp 780.000 – Rp 1.560.000 bulan; kelas menengah tengah middle-middle class sebesar US 4-10 hari Rp. 1.560.000 – Rp 3.900.000
bulan; dan kelas menengah atas upper-middle class US 10-20 hari Rp. 3.900.000 – Rp 7.800.000 bulan. Definisi ini dianggap yang paling tepat untuk
menggambarkan keadaan masyarakat Indonesia.
2.3. Perbankan