5.3.2. Faktor Kebiasaan Olahraga
Berdasarkan hasil penelitian pada pekerja kilang padi di Desa Tanjung Selamat bahwa kebiasaan berolahraga sebesar 60,0. Hasil uji chi square diperoleh
nilai p=0,879, dengan demikian tidak terdapat hubungan antara kebiasan berolahraga dengan fungsi paru pekerja kilang padi. Pekerja yang tidak berolahraga ditemukan
lebih sedikit yang fungsi parunya restriktif, dibanding pekerja yang berolahraga. Sejalan dengan penelitian Penelitian Rahardjo 2010 di Penggilingan Padi
Anggraini, Sragen, Jawa Tengah didapatkan nilai p=0,389 sehingga p0,05. Dalam penelitian ini ditetapkan tingkat signifikan 95. Jadi tidak ada hubungan antara
kebiasaan olah raga dengan kapasitas fungsi paru. Hal ini berarti kapasitas fungsi paru yang terjadi bukan karena faktor kebiasaan olah raga.
5.3.3. Faktor Masa Kerja
Berdasarkan hasil penelitian pada pekerja kilang padi di Desa Tanjung Selamat bahwa masa kerja 5 tahun sebesar 53,3. Hasil uji chi square diperoleh
nilai p=0,001, dengan demikian terdapat hubungan antara masa kerja dengan fungsi paru pekerja kilang padi. Pekerja yang masa kerjanya 5 tahun lebih banyak yang
mengalami fungsi parunya restriktif disbanding pekerja yang masa kerjanya 5 tahun.
Hasil uji regresi logistik berganda terdapat pengaruh masa kerja terhadap fungsi paru diperoleh nilai signifikasi p=0,048, dengan Exp B 30,846 artinya
pekerja yang bekerja 5 tahun mempunyai peluang untuk mengalami fungsi paru
restriktif 30,846 kali lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang bekerja 5
Universitas Sumatera Utara
tahun. Kondisi pekerja yaitu semakin lama pekerja terpapar oleh paparan debu, maka akan semakin membesar risiko terjadinya gangguan fungsi paru.
Masa kerja menentukan lama paparan seseorang terhadap faktor risiko, semakin lama paparan masa kerja maka semakin besar kemungkinan seseorang
mendapatkan faktor resiko tersebut. Su’makmur 2009 menyatakan bahwa alah satu variabel potensial yang dapat menimbulkan gangguan fungsi paru adalah lamanya
seseorang terpapar polutan. Konsentrasi dan lama paparan terhadap debu berbanding lurus dengan gangguan funsi paru. Penelitian Nugraheni tahun 2004 juga menyatakan
terdapat hubungan masa kerja dengan fungsi paru dengan niali RP 8,333 Berdasarkan hasil di lapangan menunjukkan meskipun jam kerja pekerja
umumnya sama antara satu pekerja dengan pekerja lainnya, namun mempunyai dosis paparan yang berbeda. Selain itu pekerja yang meskipun lama jam kerjanya tinggi,
kemungkinan fungsi paru juga ada yang normal.
5.3.4. Faktor Pemakaian Alat Masker