3. Jenis-Jenis Perjanjian Kerja
Pasal 56 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan UU Ketenagakerjaan, menyebutkan, berdasarkan jangka waktu sementara atau
terus-menerus dan jenis suatu pekerjaan berulang-ulang atau selesainya suatu pekerjaan tertentu, hubungan kerja dapat dibuat dalam suatu perjanjian kerja untuk
waktu tertentu dan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu.
a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu PKWT
Pasal 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor Kep.100MenVI2004 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu Kep.100MenVI2004, yang dimaksud dengan penjanjian kerja waktu tertentu adalah perjanjian kerja antara pekerjaburuh dan pengusaha untuk
mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu. 1 Isi perjanjian kerja waktu tertentu PKWT
Syarat kerja dan ketentuan yang memuat hak dan kewajiban antara pengusaha dan pekerjaburuh yang diperjanjikan dalam PKWT, dipersyaratkan tidak boleh
lebih rendah dari ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 2 Kep.100MenVI2004 jo. Pasal 54. ayat 2 UU Ketenagakerjaan
Penjelasan Pasal 54 ayat 2 UU Ketenagakerjaan, bahwa yang dimaksud dengan tidak boleh lebih rendah atau bertentangan dengan peraturan perusahaan,
perjanjian kerja bersama, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah apabila di perusahaan telah ada peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
bersama, isi perjanjian kerja baik kualitas maupun kuantitas tidak boleh lebih
rendah dari peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama di perusahaan yang bersangkutan.
2 Persyaratan pembuatan PKWT
”Merujuk ketentuan Pasal 56 - Pasal 59 UU Ketenagakerjaan, pembuatan PKWT harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a Didasarkan atas jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu. b Harus dibuat secara tertulis dan menggunakan Bahasa Indonesia.
c Tidak boleh ada masa percobaan. d Hanya dapat dibuat untuk pekerjaan yang menurut jenis dan sifat atau
kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertertu. e Tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.”
65
Penjelasan Pasal 59 ayat 2 UU Ketenagakerjaan, bahwa yang dimaksud dengan pekerjaan yang bersifat tetap dalam ayat ini adalah pekerjaan yang
sifatnya terus-menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu dan merupakan bagian dari suatu proses produksi dalam satu perusahaan atau pekerjaan yang
bukan musiman. Pekerjaan yang bukan musiman adalah pekerjaan yang tidak bergantung pada cuaca atau suatu kondisi tertentu. Apabila pekerjaan itu
merupakan pekerjaan yang terus-menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu, dan merupakan bagian dari suatu proses produksi, tetapi bergantung pada
cuaca atau pekerjaan itu dibutuhkan karena adanya suatu kondisi tertentu, pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan musiman yang tidak termasuk pekerjaan
tetap sehingga dapat menjadi objek perjanjian kerja waktu tertentu.
65
Hidayat Muharam, Panduan Memahami Hukum Ketenagakerjaan Serta Pelaksanaannya di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, 2006,Bandung, hal. 6.
3 Perpanjangan dan Pembaruan PKWT
Berdasarkan Pasal 59 UU Ketenagakerjaan, PKWT yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 tahun PKWT I dan
hanya boleh diperpanjang 1 kali untuk jangka waktu paling lama 1 tahun perpanjangan PKWT pertama atau PKWT kedua. Dalam hal pengusaha ingin
melakukan perpanjangan PKWT, maka paling lama tujuh hari sebelum PKWT berakhir perusahaan telah memberikan pemberitahuan secara tertulis maksud
mengenai perpanjangan PKWT tersebut kepada pekerja yang bersangkutan. Pembaruan PKWT PKWT ketiga hanya boleh dilakukan 1 kali paling lama 2
tahun dan pembaruan PKWT ini baru dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 hari berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama.
Dalam masa tenggang waktu tiga puluh hari ini tidak boleh ada hubungan kerja apa pun antara pengusaha dan pemberi kerja.
4 PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau bersifat sementara
Menurut Keputusan Menteri perjanjian kerja waktu tertentu untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya maksudnya adalah perjanjian kerja
waktu tertentu yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu dan dibuat untuk waktu paling lama tiga tahun. Dalam hal pekerjaan tertentu yang
diperjanjikan dalam perjanjian kerja waktu tertentu dapat diselesaikan lebih cepat dari yang diperjanjikan, perjanjian kerja waktu tertentu tersebut putus demi
hukum pada saat selesainya pekerjaan. Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu harus dicantumkan batasan suatu
pekerjaan dinyatakan selesai.
66
Perjanjian kerja waktu tertentu, dalam hal dibuat berdasarkan selesainya pekerjaan tertentu namun karena kondisi tertentu pekerjaan tersebut belum dapat
diselesaikan, dapat dilakukan pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu.
66
Pasal 3 ayat 1, 2, dan ayat 4 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor Kep.100MenVI2004 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu.
Pembaruan dilakukan setelah melebihi masa tenggang waktu tiga puluh hari setelah berakhirnya perjanjian kerja. Selama tenggang waktu tiga puluh hari tidak
boleh ada hubungan kerja antara pekerjaburuh dan pengusaha.
67
5 PKWT untuk pekerjaan yang bersifat musiman.
“Pekerjaan yang bersifat musiman adalah pekerjaan yang pelaksanaannya bergantung kepada musim atau cuaca dan hanya dapat dilakukan untuk satu jenis
pekerjaan pada musim tertentu.”
68
“Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu dapat dilakukan dengan perjanjian kerja waktu tertentu sebagai
pekerjaan musiman dan hanya diberlakukan untuk pekerjaburuh yang melakukan pekerjaan tambahan.”
69
“Perjanjian kerja waktu tertentu untuk pekerjaan yang bersifat musiman ini tidak dapat dilakukan pembaruan.
”70
6 PKWT untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru
“Perjanjian kerja waktu tertentu dapat dilakukan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang
masih dalam percobaan atau penjajakan.”
71
67
Pasal 3 ayat 5, 6 dan ayat 7 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor Kep.100MenVI2004 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu.
68
Pasal 4 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor Kep.100MenVI2004 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
69
Pasal 5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor Kep.100MenVI2004 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
70
Pasal 7 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor Kep.100MenVI2004 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
71
Pasal 8 ayat 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor Kep.100MenVI2004 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
“Perjanjian kerja waktu tertentu untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru hanya dapat dilakukan untuk jangka waktu paling lama 2 tahun dan
dapat diperpanjang satu kali paling lama 1 tahun tetapi tidak dapat dilakukan pembaruan.”
72
Kemudian juga, “perjanjian kerja waktu tertentu untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru hanya dapat diberlakukan bagi
pekerjaburuh yang melakukan pekerjaan di luar kegiatan atau di luar pekerjaan yang biasa dilakukan perusahaan.”
73
7 Perjanjian kerja harian lepas
“Pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran, dapat dibuat perjanjian
kerja harian lepas.”
74
“Perjanjian kerja harian lepas harus memenuhi ketentuan bahwa pekerjaburuh bekerja kurang dari 21 hari dalam 1 bulan. Mengenai pekerjaburuh
yang bekerja selama 21 hari atau lebih selama 3 bulan berturut-turut atau lebih, maka perjanjian kerja harian lepas berubah menjadi perjanjian kerja waktu tidak
tertentu.”
75
“Perjanjian kerja harian lepas yang memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud di atas dikecualikan dari ketentuan batasan jangka waktu
72
Pasal 8 ayat 2 dan ayat 3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor Kep.100MenVI2004 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
73
Pasal 9 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor Kep.100MenVI2004 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
74
Pasal 10 ayat 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor Kep.100MenVI2004 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
75
Pasal 10 ayat 2 dan ayat 3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor Kep.100MenVI2004 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu
PKWT pada umumnya.”
76
Maksud dikecualikan dari ketentuan batasan jangka waktu PKWT pada umumnya adalah jangka waktu perjanjian kerja harian lepas
tidak dibatasi oleh hanya satu kali perpanjangan dan atau satu kali pembaruan sebagaimana perjanjian kerja waktu tertentu pada umumnya.
b. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT
“Perjanjian kerja waktu tidak tertentu PKWTT adalah perjanjian kerja antara pekerjaburuh dan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat
tetap.”
77
Menurut Pasal 1603 I KUH Perdata, jika diperjanjikan mengenai masa percobaan dalam perjanjian kerja waktu tidak tertentu, selama waktu itu tiga bulan
masing-masing pihak berhak mengakhiri seketika hubungan kerjanya dengan pemberitahuan penghentian. Menurut Pasal 60 UU Ketenagakerjaan, perjanjian kerja
waktu tidak tertentu dapat mempersyaratkan masa percobaan selama tiga bulan. Selama masa percobaan tersebut pengusaha dilarang membayarkan upah minimum
yang berlaku. Penjelasan Pasal 60 ayat 1 UU Ketenagakerjaan, bahwa syarat masa percobaan kerja dalam penjanjian kerja waktu tidak tertentu harus dicantumkan
dalam perjanjian kerja. Apabila perjanjian kerja dilakukan secara lisan, syarat masa percobaan kerja harus diberitahukan kepada pekerja yang bersangkutan dan
dicantumkan dalam surat pengangkatan. Apabila tidak dicantumkan dalam perjanjian kerja atau dalam surat pengangkatan, ketentuan masa percobaan kerja dianggap tidak
ada. Selanjutnya dalam Pasal 63 ayat 1 ditentukan, penjanjian kerja waktu tidak
76
Pasal 11 ayat 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor Kep.100MenVI2004 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
77
Pasal 1 angka 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor Kep.100MenVI2004 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
tertentu yang dibuat secara lisan, apabila pekerja telah selesai melalui masa percobaan, pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja yang
bersangkutan. Surat pengangkatan tersebut sekurang-kurangnya memuat: 1 nama dan alamat pekerja;
2 tanggal mulai bekerja; 3 jenis pekerjaan; dan
4 besarnya upah.
4. Berakhirnya Perjanjian Kerja