tertentu yang dibuat secara lisan, apabila pekerja telah selesai melalui masa percobaan, pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja yang
bersangkutan. Surat pengangkatan tersebut sekurang-kurangnya memuat: 1 nama dan alamat pekerja;
2 tanggal mulai bekerja; 3 jenis pekerjaan; dan
4 besarnya upah.
4. Berakhirnya Perjanjian Kerja
Berdasarkan Pasal 61 UU Ketenagakerjaan, alasan-alasan berakhirnya suatu perjanjian kerja adalah:
a. Pekerja meninggal dunia. b. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.
c. Adanya putusan pengadilan dan atau putusan atau penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap. d. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja
Kemudian, berdasarkan Pasal 62 UU Ketenagakerjaan, apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja selain alasan-alasan tersebut di atas, atau sebelum
berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu, pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada
pihak lainnya sebesar upah pekerjaburuh sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu penjanjian kerja. Sebagai contoh, apabila seorang pekerjaburuh dikontrak
dengan penjanjian kerja waktu tertentu selama 1 tahun, kemudian setelah 6 bulan berjalan, pekerjaburuh tersebut diberhentikan secara sepihak oleh pengusaha,
pengusaha tersebut diwajibkan membayar sisa kontrak selama 6 bulan.
B. Outsourcing Tenaga Kerja dalam Perusahaan
1. Sejarah Outsourcing
Sejalan dengan terjadinya revolusi industri, perusahaan-perusahaan berusaha menemukan terobosan-terobosan baru dalam memenangkan persaingan. Pada tahap
ini, kemampuan untuk mengerjakan sesuatu saja tidak cukup untuk menang secara kompetitif, melainkan harus disertai dengan kesanggupan untuk menciptakan produk
paling bermutu dengan biaya terendah. Pada tahun 1970 dan 1980, perusahaan menghadapi persaingan global, dan
mengalami kesulitan karena kurangnya persiapan akibat struktur manajemen yang bengkak. Akibatnya, risiko usaha dalam segala hal, termasuk risiko ketenagakerjaan
pun meningkat. Tahap ini merupakan awal timbulnya pemikiran outsourcing di dunia usaha. Untuk meningkatkan keluwesan dan kreativitas, banyak perusahaan besar
yang membuat strategi baru dengan konsentrasi pada bisnis inti, mengidentifikasi proses yang kritikal, dan memutuskan hal-hal yang harus di-outsource.
78
”Gagasan awal berkembangnya outsourcing adalah untuk membagi risiko usaha dalam berbagai masalah, termasuk ketenagakerjaan. Pada tahap awal outsourcing
belum diidentifikasi secara formal sebagai strategi bisnis.”
79
Hal ini terjadi karena ”banyak perusahaan yang semata-mata mempersiapkan diri pada bagian-bagian
78
Lalu Husni, op. cit., hal. 176
79
Mullin dalam Sehat Damanik, Outsourcing Perjanjian Kerja Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, DDS Publishing, 2006,Jakarta, hal. 7.
tertentu yang bisa dikerjakan, sedangkan untuk bagian-bagian yang tidak bisa dikerjakan secara internal, dikerjakan melalui outsource.”
80
Sekitar tahun 1990, outsourcing telah mulai berperan sebagai jasa pendukung. Tingginya persaingan telah menuntut manajemen perusahaan melakukan perhitungan
pengurangan biaya. Perusahaan mulai melakukan outsource terhadap fungsi-fungsi yang penting bagi perusahaan, tetapi tidak berhubungan langsung dengan bisnis inti
perusahaan. Mengingat bisnis outsourcing berkaitan erat dengan praktik ketenagakerjaan,
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan ketenagakerjaan menjadi faktor penting dalam memacu perkembangan outsourcing di Indonesia. Legalisasi
penggunaan jasa outsourcing baru terjadi pada tahun 2003, yakni dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
2. Makna Dan Hakikat Penyediaan Tenaga Kerja Dengan Sistem