Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga

terjadi atas dirinya. perbuatan tersebut didalam KUHP digolongkan penganiayaan pasal 354 dan 352 KUHP. 7 Pada Sidang Umum ke 85 tanggal 20 Desember 1993, Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB mengesahkan “Deklarasi Anti Kekerasan Terhadap Perempuan”, yang menegaskan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Dijelaskan dalam pasal 1 Deklarasi PBB tentang penghapusan kekerasan terhadap perempuan yaitu: 8 “Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap perbuatan berdasarkan perbedaan kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan dan penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau pskologis, termasuk ancaman tndakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi”. Dari uraian di atas dapatlah kita simpulkan bahwa tindakan kekerasan tidak hanya berupa tindakan fisik, melainkan juga perbuatan non fisik psikis. Tindakan fisik bisa dirasakan langsung akibatnya oleh korban, serta dapat dilihat oleh siapa saja, sedangkan non fisik psikis yang bisa merasakan langsung hanyalah korban, karena hal tersebut langsung menyinggung hati nurani atau perasaan seseorang. Sedangkan pengertian rumah tangga tidak dapat di temukan dalam Deklarasi PBB, namun secara umum dapat diketahui bahwa rumah tangga 7 R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Bogor: Politeia, 1996, h. 98. 8 Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan Dal am Rumah Tangga “Dalam Persepektif Yuridis- Viktimologis, h. 60. merupakan organisasi terkcil dalam masyarakat yang terbentuk karena adanya ikatan perkawinan. Di dalam rumah tangga biasanya berisi ayah, ibu dan anak- anak. Pengertian rumah tangga juga tidak tercantum secara khusus, tetapi yang dapat kita jumpai adalah pengertian keluarga dalam pasal 1 angka 30 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana 9 . Pengertian rumah tangga atau keluarga disini hanya dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang apa yang menjad objek pembicaraan tentang kekerasan terhadap perempuan. Karena terjadinya kekerasan dalam rumah tangga sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. Namun selama ini selalu dirahasiakan oleh keluarga, maupun korban sendiri. Hal tersebut menjadi budaya dimasyarakat, karena tindakan kekerasan apapun bentuknya yang terjadi dalam rumah tangga atau keluarga adalah merupakan masalah keluarga private yang mana orang lain tidak boleh mengetahuinya. 10 Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT merupakan salah satu bentuk kekerasan berbasis gender, yakni kekerasan yang terjadi karena adanya asumsi gender dalam relas laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan masyarakat. KDRT tidak sekedar percekcokan dan perselisihan suami istri belaka. Perselisihan antara suami dan istri merupakan hal biasa, namun KDRT lebih buruk dari itu. 9 Pasal 1 angka 30 KUHAP: Keluarga adalah mereka yang mempunyai hubugan darah sampai derajad ertentut atau hubungan perkawinan. 10 Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga “Dalam Persepektif Yuridis- Viktimologis, h. 61. KDRT bersumber pada cara pandang yang merendahkan martabat kemanusiaan dan relasi yang timpang, serta pembakuan peran-peran gender pada seseorang. KDRT dapat menimpa siapa saja yang ada dalam lingkup rumah tangga 11 , seperti istri, suami, anak, saudara atau pekerja rumah tangga yang hidup dalam satu rumah. Tetapi yang lebih banyak menjadi korba dalam hal ini adalah perempuan. 12 Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah bentuk kejahatan yang terjadi didalam suatu rumah tangga yang dilakukan oleh suami kepada isterinya atau sebaliknya oleh isteri kepada suaminya. 13 Hal ini terjadi karena tidak adanya kesepahaman dan saling pengertian akan hak dan tanggung jawabnya dalam keluarga, disatu pihak merasa memiliki kekuasaan penuh superprioritas sedangkan pihak lain merasa sebagai pelengkap dalam keluarga, sehingga terlahirlah berbaga bentuk kekerasan yang pada realitanya banyak dialami oleh kalangan perempuan. 14 11 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang PKDRT. 12 Faqihuddin Abdul Kodir dkk, Referensi Bagi Hakim Peradilan Agama Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Jakarta: Komnas Perempuan, 2008, h. 31. 13 Mustofa Hasan, Pengantar Hukum Keluarrga, h. 363. 14 Muhammad Zain dan Mukhtar as-Shodiq, Membangun Keluarga Humanis, Jakarta: Graha Cipta, 2005, cet. 1, h. 41.

B. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Persfektif Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang PKDRT

Disahkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan merupakan momentum sejarah bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi kaum perempuan dan kelompok masyarakat lainnya yang memiliki kepedulian mengenai masalah kekerasan terhadap perempuan. Lahirnya undang-undang tersebut merupakan bagian dari penegakan Hak Asasi Manusia dan Demokrasi lahirnya undang-undang tersebut juga dilandasi oleh berbagai pertimbangan, antara lain bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan. Dengan demikian, segala bentuk kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga khususnya kaum perempuan merupakan pelanggaran hak asasi manusia. 15 Terdapat banyak bentuk-bentuk pelanggaran kekerasan dalam rumah tangga, seperti yang marak dan realitanya dirasakan oleh kaum perempuan atau laki-laki yang menerima perlakuan kekerasan dalam rumah tangga. Di dalam pasal 5 Undang-Undang nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yaitu larangan melakukan kekerasan dalam rumah tangganya yaitu dengan cara: 1. Kekerasan Fisik, 2. Kekerasan Psikis, 15 Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga “Dalam Persepektif Yuridis- Viktimologis, h. 64-65. 3. Kekerasan Seksual, atau 4. Penelantaran Rumah Tangga. Dalam Undang-Undang PKDRT kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. 16 Kekerasan fisik merupakan bentuk kekerasan yang secara langsung dirasakan oleh fisik, misalnya memukul dan membunuh. 17 Korban kekerasan fisik, biasanya ia telah mengalami kekerasan psikis sebelum dan sesudahnya. Kekerasan fisik bisa muncul dalam berbagai bentuk dan rupa, mulai dari menampar, menempeleng, memukul, membanting, menendang, membenturkan ke benda lain sampai bisa menusuk dengan pisau bahkan membakar. 18 Kekerasan psikis yang mana mengarah pada serangan terhadap mentalpsikolog seseorang, kekerasan ini berupa kekerasan yang mengakibatkan perasaan tertekan, stres, dan munculnya penyakit didalam hati. 19 Kekerasan terhadap psikis ini paling banyak kasus-kasus yang dilaporkan ke lembaga- lembaga pendamping. 20 16 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang PKDRT. 17 Mustofa Hasan, Pengantar Hukum Keluarrga, h. 364. 18 Faqihuddin Abdul Kodir dkk, Referensi Bagi Hakim Peradilan Agama Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga, h. 32. 19 Mustofa Hasan, Pengantar Hukum Keluarrga, h. 364. 20 Faqihuddin Abdul Kodir dkk, Referensi Bagi Hakim Peradilan Agama Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga, h.32. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hlangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, danatau penderitaan psikis berat terhadap seseorang. Di pasal 8 UU PKDRT kekerasan seksual meliputi pemaksaan hubungan sksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu. Kekerasan seksual yaitu kekerasan yang mengarah kepada seksualitas seseorang, yakni dapat berupa pemaksaan hubungan seksual atau perkosaan, pemukulan dan bentuk-bentuk kekerasan lain yang menyertai hubungan intim; besa sebelum atau sesudah berhubungan suami istri, pemaksaan dalam berbagai posisi dan kondisi dalam berhubungan seksual, pemaksaaan aktivias tertentu, pornografi, penghinaan terhadap seksualitas perempuan melalui bahasa verbal ataupun juga pemaksaan terhadap istri untuk terus-menerus hamil ataupun menggugurkan kehamilan. Biasanya kekerasan seksual ini disertai dengan kekerasan lain, baik kekerasan terhadap fisik, mental, maupun ekonomi, yang pastinya tidak hanya berdapak pada organ seksreproduksi secara fisik, tetapi juga berdampak pada kondisi psikis atau mental seseorang. Penelantaran rumah tangga, suami sebagai kepala keluarga memiliki kewajiban untuk menafkahi juga mengurusi keluarganya. Kekerasan ini berdimensi ekonomi yang dialami perempuan, sekalipun pihak suami ditempatkan sebagai kepala rumah tangga, namun tidak sedikit dari pihak suami menelantarkan isteri dan anak-anak mereka, melarang istri untuk bekerja tetapi juga tidak memberikan uang atau pendapatan yang cukup untuk keluarga. 21 Hal ini diatur juga dalam pasal 9 UU No. 23 tahun 2004 tantang PKDRT. Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT merupakan segala bentuk kekerasan yang terjadi dalam lingkup rumah tangga. Didalam Undang-Undang nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga PKDRT menyebutkan bahwa lingkup rumah tangga dalam Undang-Undang meliputi suami, istri dan anak, orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian yang menetap dalam rumah tangga tersebut, orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. Pembantu rumah tangga atau orang yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga juga termasuk dalam lingkup rumah tangga, karena selama dia berada dalam rumah tangga tempat dia bekerja dalam jangka waktu tersebut dia dianggap sebagai anggota keluarga. 22 Setiap orang dalam rumah tangga berpotensi menjadi korban kekerasan, siapapun yang merasa tersubordinasi dan menerima perlakuan kekerasan oleh 21 Ibid. 22 Pasal 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang PKDRT.