Ada empat teknik yang dapat digunakan untuk menghasilkan epoksida dari molekul olefin:
1. Epoksida dengan asam perkarboksilat yang sering digunakan dalam industri
dan dapat dipercepat dengan bantuan katalis atau enzim 2.
Epoksida dengan peroksida organik dan anorganik, termasuk epoksidasi alkali dengan hydrogen peroksida nitril dan epoksida yang dikatalisis logam transisi.
3. Epoksida dengan halohidrin, menggunakan asam hipohalogen HOX dengan
garamnya sebagai reagen, dan epoksida olefin dengan defisiensi elektron ikatan rangkap.
4. Epoksida dengan menggunakan molekul oksigen, untuk minyak nabati jarang
digunakan karena dapat menyebabkan degradasi dari minyak menjadi senyawa yang lebih kecil seperti aldehid dan keton atau asam dikarboksilat
berantai pendek sehingga oksidasi dengan O
2
merupakan metode yang tidak efisien untuk epoksida minyak nabati Goud,V.V,dkk,2006.
2.5. Surfaktan
Molekul-molekul atau ion-ion yang teradsorbsi pada perbatasan interfasa disebut dengan bahan aktif permukaan surface active agents atau surfaktan.
Surfaktan mempunyai peran penting untuk menurunkan tegangan permukaan bahan yang dikenai. Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan
pembasah wetting agent, bahan pengemulsi emulsifying agents, dan sebagai bahan pelarut solubilizing agents. Aktifitas kerja suatu surfaktan karena sifat ganda dari
Universitas Sumatera Utara
molekul tersebut Pavia,D.,1976. Struktur kimia surfaktan mempengaruhi sifat kelarutan yang cocok untuk aktifitas surfaktan tersebut tergantung pelarut dan kondisi
yang digunakan. Di dalam bentuk surfaktan yang umum, kepala menggambarkan gugus yang larut dalam air, sering disebut gugus hidrofil atau gugus lipofob dan ekor
menggambarkan gugus lipofil atau hidrofob dalam air. Klasifikasi kimia yang paling berguna dari surfaktan didasarkan pada sifat hidrofil dan lipofilnya. Dibawah ini ada
empat klasifikasi dasar dari surfaktan yaitu: 1.
Surfaktan anionik, memiliki gugus hidrofil yang bermuatan negatif seperti gugus karboksilat RCOO
-
M
+
, sulfonasi RSO3
-
M
+
, sulfat ROSO3
-
M
+
, atau posfatROPO3
-
M
+
. 2.
Surfaktan kationik, gugus hidrofil memiliki muatan positif. Sebagai contoh ammonium halida R
4
N
+
X
-
. 3.
Surfaktan anionik, dimana gugus hidrofil tidak memiliki muatan tetapi turunannya memiliki kelarutan yang besar terhadap air dibandingkan gugus
polar tertinggi seperti senyawa POE atau R-OCH
2
CH
2
O-R adalah gugus poliol termasuk gula.
4. Surfaktan amfoter zwitter ion memiliki muatan positif dan muatan negatif,
sebagai contoh sulfobetain RN
+
CH
3 2
CH
2
CH
2
SO
3-
. Secara umum, gugus hidrofob memiliki lebih banyak variasi dibandingkan gugus
hidrofil. Selain gugus hidrokarbon berantai panjang, dibawah ini merupakan variasi struktur gugus hidrofob lainnya, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Gugus alkil rantai panjang lurus n = C
8
-C
22
dengan substitusi dari gugus kepala CH
3
CH
2
n-S 2.
Gugus alkil rantai panjang bercabang n = C
8
-C
22
, substitusi internal CH
3
CH
2
nCCH
3
HCH
2
mCH
2
-S. 3.
Rantai alkena tidak jenuh, contohnya turunan dari minyak nabati CH
3
CH
2
nCH=CHCH
2
m-S. 4.
Alkil benzen C
8
-C
15
C
6
H
4
dengan bentuk substitusi yang berbeda-beda C
9
H
19
C
6
H
4
-S 5.
Alkil naftalena alkil R biasanya C
3
atau lebih besar R
n
-C
10
H
7-n
-S.
6.
Gugus Fluoroalkil n4, sebagian atau seluruhnya terfluoronasi
CF
3
CF
2
n-S.
7. Polidimetilsiloksan, CH
3
-Osi[CH
3
]
2
On-S 8.
Turunan polioksipropilena glikol CH
3
CHOH-CH
2
-O-CHCH
3
CH
2
O
n
S 9.
Biosurfaktan 10.
Turunan polimer alami dan sintetik.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian