jatuhnya korban dan kerugian material apabila terjadi bencana. Dalam paradigma baru, penanganan bencana adalah suatu pekerjaan terpadu yang melibatkan
masyarakat secara aktif. Pendekatan yang terpadu semacam ini menuntut koordinasi yang lebih baik di antara semua pihak, baik dari sektor pemerintah,
lembaga-lembaga masyarakat, badan-badan internasional, dan sebagainya. Perubahan paradigma penanganan bencana mulai bergeser ke arah
pengurangan risiko bencana yaitu kombinasi dari sudut pandang teknis dan ilmiah terhadap kondisi sosial, ekonomi dan politis, dan menganalisis risiko bencana,
ancaman, kerentanan, dan kemampuan masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola dan mengurangi risiko, dan juga
mengurangi terjadinya bencana. Kegiatannya dilakukan bersama oleh semua para pihak stakeholder dengan pemberdayaan masyrakat.
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, yang menjadi permasalahan yaitu: 1.
Bagaimana strategi Adaptasi Masyarakat dalam mengahadapi bencana banjir pada masyarakat di Daerah Aliran Sungai DAS Deli Kota Medan
Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun? 2.
Bagaimana mitigasi bencana banjir pada masyarakat di Daerah Aliran Sungai DAS Deli Kota Medan Kelurahan Kampung Aur Kecamatan
Medan Maimun?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui strategi adaptasi masyarakat dalam mengahadapi
bencana banjir pada masyarakat di Daerah Aliran Sungai DAS Deli Kota Medan Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun.
2. Untuk mengetahu hal-hal yang berhubungan dengan mitigasi bencana
banjir pada masyarakat di Daerah Aliran Sungai DAS Deli Kota Medan Kelurahan Kampung Aur Kecamatan Medan Maimun.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis
1. Sebagai bahan informasi tentang data empiris yang dapat digunakan sebagai bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.
2. Dapat digunakan untuk menambah khasanah perpustakaan.
b. Manfaat Praktis a.
Sumber informasi bagi stakeholder untuk berpartisipasi dalam penanggulangan bencana.
b. Bahan masukan bagi stakeholder penanggulangan bencana Provinsi
Sumatera Utara untuk penyempurnaan penanggulangan bencana.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Bencana
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam maupun faktor non-alam sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Carter 2001 dalam Kodoatie dan Sjarief 2006 yang dikutip oleh Purnomo
dan Sugiantoro 2010 mendefenisikan bencana sebagai suatu kejadian alam atau buatan manusia, yang datang secara tiba-tiba yang menimbulkan dampak yang
dahsyat, sehingga masyarakat yang terkena harus merespon dengan tindakan- tindakan yang luar biasa.
Menurut United Nation Development Program UNDP dalam Ramli 2010, bencana adalah suatu kejadian yang ekstrem dalam lingkungan alam atau manusia
yang secara merugikan mempengaruhi kehidupan manusia, harta benda atau aktivitas sampai pada tingkat yang menimbulkan bencana.
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 mengklasifakasikan bencana ke dalam tiga jenis, yaitu:
a. Bencana Alam : Merupakan bencana yang besumber dari
fenomena alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, pemanasan global, topan dan tsunami.
7
Universitas Sumatera Utara
b. Bencana Non-Alam : Merupakan bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam antara lain; gagal teknologi, epidemik, dan wabah penyakit.
c. Bencana Sosial : Merupakan bencana yang diakibatkan oleh
manusia seperti; konflik sosial, dan aksi teror.
2.1.1. Manajemen Bencana
Manajemen bencana adalah upaya sistematis dan komprehensif untuk menanggulangi semua kejadian bencana secara cepat, tepat, dan akurat untuk
menekan korban jiwa dan kerugian yang ditimbulkannya Ramli, 2010: 10. Manajemen bencana pada dasarnya merupakan konsep penanggulangan
bencana. Dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang
beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Menurut Ramli 2010 ada empat tujuan manajemen bencana, yaitu: 1
Mempersiapkan diri menghadapi semua bencana atau kejadian yang tidak diinginkan.
2 Menekan kerugian dan angka korban yang dapat timbul akibat dampak
suatu bencana. 3
Meningkatkan kesadaran semua pihak dalam masyarakat atau organisasi terhadap bencana sehingga terlibat dalam proses penanggulangan bencana.
4 Melindungi anggota masyarakat dari ancaman, bahaya atau dampak
bencana.
Universitas Sumatera Utara
Manajemen bencana dapat dibagi atas tiga tingkatan, yaitu pada tingkat lokasi, tingkat unit atau daerah, dan tingkat nasional atau korporat. Untuk tingkat lokasi
disebut manajemen insiden incident management, pada tingkat daerah atau unit disebut manajemen darurat emergency management, dan pada tingkat nasional
disebut manajemen krisis crisis management. 1
Manajemen insiden incident management : Yaitu penanggulangan bencana di lokasi atau langsung di tempat kejadian. Penanggulangan
bencana pada tingkat ini bersifat teknis. 2
Manajemen darurat emergency management : Yaitu penanggulangan bencana di daerah yang mengkordinir lokasi kejadian. Tingkatan ini
meliputi strategi dan taktis. 3
Manajemen krisis crisis management : Manajemen krisis berada pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu tingkat nasional. Tingkatan ini lebih
bersifat strategis dan penentuan kebijakan. Tahapan bencana merupakan suatu proses terencana yang dilakukan untuk
mengelola bencana dengan baik dan aman. Tahapan tersebut pada dasarnya adalah satu kesatuan sistem dalam upaya penanggulangan bencana. Berikut tahapan
manajemen bencana tersebut : 1 Pra bencana.
a Kesiagaan : Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Kesiagaan merupakan tahapan yang paling strategis, karena sangat
Universitas Sumatera Utara
menentukan ketahanan anggota masyarakat dalam manghadapi datangnya suatu bencana.
b Peringatan dini : Langkah ini diperlukan untuk memberi peringatan
kepada masyarakat akan bencana yang akan terjadi. Peringatan yang diberikan didasarkan pada berbagai informasi teknis dan
ilmiah yang dimiliki, diolah, atau diterima dari pihak berwenang mengenai kemungkingan akan terjadinya suatu bencana.
c Mitigasi : Mitigasi adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi
dampak yang ditimbulkan suatu bencana Ramli, 2010. Pendekatan-pendekatan dalam mitigasi bencana.
a. Pendekatan teknis. 1
Membuat rancangan bangunan yang kokoh. 2
Membuat material yang tahan terhadap bencana. Contoh: material tahan api. 3
Membuat rancangan teknis pengaman. Contoh: tanggul. b.
Pendekatan manusia. Pendekatan ini ditujukan untuk membentuk karakter manusia yang paham dan
sadar mengenai bahaya bencana. oleh karenanya hidup manusia harus dapat diperbaiki dengan kondisi lingkungan dan potensi bencana yang dihadpainya.
c. Pendekatan administratif. 1
Penyusunan tata ruang dan tata lahan yang memperhitungkan aspek resiko bencana.
2 Sistem prizinan dengan memasukkan aspek analisa resiko bencana.
3 Penerapan kajian bencana untuk setiap kegiatan dan industri bersiko tinggi.
Universitas Sumatera Utara
4 Menyiapkan prosedur tanggap darurat dan organisasi pelaksananya baik
pemerintah maupun industri bersiko tinggi. d. Pendekatan kultural.
Pendekatan ini pada dasarnya bertujuan untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat mengenai bencana dan bahaya yang ditimbulkannya.
Penyadaran disesuaikan dengan kearifan lokal dan tradisi masyarakat yang telah membudaya sejak lama Ibid.
2 Saat terjadi bencana tanggap darurat. Tangggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi proses pencarian, penyelamatan, dan evakuasi korban,
pemenuhan kebutuha n dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, serta pemulihan sarana dan prasarana.
Dalam UU No. 24 Tahun 2007 disebutkan proses penyelengaraan bencana pada saat tanggap darurat sebagai berikut:
a Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap loksi, kerusakan, dan sumber
daya. b
Penentuan status keadaan darurat bencana. c
Penyelamatan dan evakuasi. d
Pemenuhan kebutuhan dasar. e
Perlindungan terhadap kelompok rentan. f
Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital.
Universitas Sumatera Utara
3 Pasca bencana a
Rehabilitasi : Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada
wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat. b
Rekontruksi: Rekontruksi adalah pembangunan kembali semua sarana dan prasarana serta kelembagaan di wilayah pasca bencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perkonomian, sosial dan budaya, tegaknya
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat Ramli, 2010.
2.1.2. Bencana Banjir
Menurut Hasibuan 2004, banjir adalah jumlah debit air yang melebihi kapasitas pengaliran air tertentu, ataupun meluapnya aliran air pada palung sungai
atau saluran sehingga air melimpah dari kiri kanan tanggul sungai atau saluran. Dalam kepentingan yang lebih teknis, banjir dapat di sebut sebagai genangan air
yang terjadi di suatu lokasi yang diakibatkan oleh : 1 Perubahan tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai DAS; 2 Pembuangan sampah; 3 Erosi dan
sedimentasi; 4 Kawasan kumuh sepanjang jalur drainase; 5 Perencanaan sistem pengendalian banjir yang tidak tepat; 6 Curah hujan yang tinggi; 7 Pengaruh
fisiografigeofisik sungai; 8 Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai; 9 Pengaruh air pasang; 10 Penurunan tanah dan rob genangan akibat pasang
Universitas Sumatera Utara
surut air laut; 11 Drainase lahan; 12 Bendung dan bangunan air; dan 13 Kerusakan bangunan pengendali banjir. Kodoatie, 2002.
Banjir adalah keadaan dimana suatu daerah tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang
secara tiba-tiba yang disebabkan oleh tersumbatnya sungai maupun karena penggundulan hutan di sepanjang aliran sungai Ramli, 2010: 98.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2011, banjir adalah peristiwa meluapnya air sungai melebihi palung sungai.
2.1.3. Faktor-faktor Penyebab Banjir
Berikut beberapa faktor penyebab banjir menurut Ramli 2010: d.
Curah hujan tinggi. e.
Permukaan tanah lebih rendah dari permukaan air laut. f.
Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keluar sempit atau terbatas.
g. Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran bantaran
sepanjang sungai. h.
Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan dipinggir sungai.
i. Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
Kodoatie 2002 menjelaskan faktor-faktor penyebab banjir karena tindakan manusia sebagai berikut:
a. Perubahan kondisi Daerah Pengaliran Sungai DPS.
b. Kawasan kumuh.
Universitas Sumatera Utara
c. Sampah.
d. Drainase lahan.
e. Kerusakan bangunan pengendali banjir.
f. Perencanaan sistem pengendalian banjir yang tidak tepat.
2.1.4. Penanggulangan Banjir
Maryono 2005 menjelaskan langkah-langkah pokok dalam menyusun pedoman atau kerangka acuan untuk pembuatan masterplan atau program
penanganan banjir. Langkah-langkah tersebut yaitu: a.
Pemetaan dan analisis perubahan tata guna lahan di DAS. Hasil dari langkah ini adalah berupa peta tata guna lahan di DAS perubahannya, serta
kaitannya dengan kejadian-kejadian banjir. b.
Pemetaan dan analisis wilayah sungai, sempadan sungai, dan alur sungai, baik sungai besar di hilir maupun sungai kecil di bagian hulu. Dari
pemetaan di sepanjang sungai ini selanjutnya dapat di analisis dengan cermat karakter sungai bersangkutan serta kaitannya dengan potensi banjir,
baik banjir biasa maupun banjir banding. c.
Pemetaan komponen ekologi retensi alamiah sempadan sungai dan kondisi fisik hidraulik di sepanjang sempadan sungai. Hasil dari pemetaan ini
dapat digunakan untuk menganalisis kemungkinan peningkatan retensi sepanjang alur sungai.
d. Pemetaan dan analisis saluran drainase yang masuk ke sungai. Dari hasil
pemetaan ini dapat ditetapkan alur-alur drainase yang perlu diperbaiki. e.
Pemetaan dan pendataan kondisi daerah pedesaan dan daerah semi urban bagian hulu dan tengah. Langkah ini labih baik dilaksanakan besama
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, sehingga tujuan penanganan banjir dapat tercapai, dan masyarakat mendapatkan pembelajaran dai itu.
f. Pemetaan sistem makro dan mikro wilayah keairan sungai, danau, pantai,
dan lain-lain yang dilanda banjir. Hasil kegiatan ini adalah dapat ditemukan secara pasti penyebab banjir pada skala mikro dan makro
wilayah tersebut. Hasil pemetaan ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan kebijakan mengenai penanggulangan banajir.
g. Pemetaan budaya masyarakat dan kaitannya dengan penanggulangan
banjir. Selain langkah-langkah di atas, terdapat langkah-langkah penanggulangan
banjir lainnya yang terkait langsung dengan sungai, yaitu: 1
Reboisasi dan konservasi hutan di sepanjang DAS dari hulu ke hilir. 2
Penataan tata guna lahan yang meminimalisir limpasan langsung dan mempertinggi retensi dan konservasi air di DAS.
3 Tidak melakukan pelurusan sungai.
4 Mempertahankan bentuk sungai yang berliku-liku, karena akan
mengurangi erosi, dan meningkatkan konservasi. 5
Memanfaatkan daerah genangan air di sepanjang sempadan sungai dari hulu ke hilir.
6 Mengubah sistem drainase konvensional yang mengalirkan air buangan
secepat-cepatnya ke hilir menjadi sistem yang alamiah lambat, sehingga waktu konservasi air cukup memadai dan tidak menimbulkan banjir di
hilir. 7
Melakukan relokasi pemukiman yang berada di DAS atau bantaran sungai.
Universitas Sumatera Utara
8 Melakukan pendekatan sosio-hidraulik, yaitu dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat secara terus menerus untuk terlibat dalam penanggulangan banjir.
Beberapa tindakan penanggulangan banjir menurut Ramli 2010: a.
Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai dengan fungsi lahan.
b. Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai
yang sering menimbulkan banjir. c.
Tidak membangun rumah atau pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir.
d. Mengadakan program pengerukan sampah di sungai.
e. Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan air
laut.
2.2 Adaptasi Sosial 2.2.2 Pola Adaptasi Sosial
Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan
lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi Gerungan,1991:55.
Menurut Karta Sapoetra adaptasi mempunyai dua arti. Adaptasi yang pertama disebut penyesuaian diri yang autoplastis auto artinya sendiri, plastis
Universitas Sumatera Utara
artinya bentuk, sedangkan pengertian yang kedua disebut penyesuaian diri yang allopstatis allo artinya yang lain, palstis artinya bentuk. Jadi adaptasi ada yang
artinya “pasif” yang mana kegiatan pribadi di tentukan oleh lingkungan. Dan ada yang artinya “aktif”, yang mana pribadi mempengaruhi lingkungan Karta
Sapoetra,1987:50. Menurut Suparlan Suparlan,1993:20 adaptasi itu sendiri pada hakekatnya
adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup:
1. Syarat dasar alamiah-biologi manusia harus makan dan minum untuk
menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya.
2. Syarat dasar kejiwaan manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh
dari perasaan takut, keterpencilan gelisah. 3.
Syarat dasar sosial manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar
mengenai kebudayaanya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh. Menurut Soerjono Soekanto Soekanto, 2000: 10-11 memberikan
beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial, yakni: a.
Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. b.
Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan.
c. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang
berubah. d.
Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan.
Universitas Sumatera Utara
e. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan
lingkungan dan sistem. f.
Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah. Dari batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
adaptasi merupakan proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma,
proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang diciptakan. Lebih lanjut tentang proses penyesuaian tersebut, Aminuddin
menyebutkan bahwa penyesuaian dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu Aminuddin, 2000: 38, di antaranya:
a. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
b. Menyalurkan ketegangan sosial.
c. Mempertahankan kelanggengan kelompok atau unit sosial.
d. Bertahan hidup.
Di dalam adaptasi juga terdapat pola-pola dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Suyono 1985, pola adalah suatu rangkaian unsur-
unsur yang sudah menetap mengenai suatu gejala dan dapat dipakai sebagai contoh dalam hal menggambarkan atau mendeskripsikan gejala itu sendiri. Dari
definisi tersebut diatas, pola adaptasi dalam penelitian ini adalah sebagai unsur- unsur yang sudah menetap dalam proses adaptasi yang dapat menggambarkan
proses adaptasi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam interaksi, tingkah laku maupun dari masing-masing adat-istiadat kebudayaan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Proses adaptasi berlangsung dalam suatu perjalanan waktu yang tidak dapat diperhitungkan dengan tepat. Kurun waktunya bisa cepat, lambat, atau
justru berakhir dengan kegagalan. Bagi manusia, lingkungan yang paling dekat dan nyata adalah alam fisio-organik. Baik lokasi fisik geografis sebagai tempat
pemukiman yang sedikit banyaknya mempengaruhi ciri-ciri psikologisnya, maupun kebutuhan biologis yang harus dipenuhinya, keduanya merupakan
lingkungan alam fisio-organik tempat manusia beradaptasi untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Alam fisio organik disebut juga lingkungan eksternal.
Adaptasi dan campur tangan terhadap lingkungan eksternal merupakan fungsi kultural dan fungsi sosial dalam mengorganisasikan kemampuan manusia
yang disebut teknologi. Keseluruhan prosedur adaptasi dan campur tangan terhadap lingkungan eksternal, termasuk keterampilan, keahlian teknik, dan
peralatan mulai dari alat primitif samapai kepada komputer elektronis yang secara bersama-sama memungkinkan pengendalian aktif dan mengubah objek fisik serta
lingkungan biologis untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Alimandan, 1995:56.
Stategi adaptasi yang dilakukan dalam masyarakat pasca bencana alam dapat dilakukan dengan penanggulangan bencana alam yang tepat, agar
masyarakat bisa aktif kembali pasca bencana alam. Besarnya potensi ancaman bencana alam yang setiap saat dapat mengancam dan mempengaruhi kehidupan
sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia serta guna meminimalkan risiko pada kejadian mendatang, perlu disikapi dengan meningkatkan kapasitas dalam
penanganan dan pengurangan risiko bencana baik di tingkat Pemerintah maupun masyarakat. Sejauh ini telah tersedia perangkat regulasi penanggulangan bencana,
Universitas Sumatera Utara
yaitu UU Nomor 24 Tahun 2007 yang memberikan kerangka penanggulangan bencana, meliputi prabencana, tanggap darurat, dan pascabencana. Aktivitas
penanggulangan bencana yang menjadi prioritas utama meliputi: mitigasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi.
1. Mitigasi yaitu upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah apa yang
akan terjadi terutama berdampak negatif pada lingkungan akibat bencana alam.
2. Rehabilitasi yaitu pemulihan kembali yang dilakukan terhadap kerusakan-
kerusakan berupa fisik dan infrastruktur akibat bencana alam. 3.
Rekontruksi yaitu membangun kembali dari kerusakan kerusakan yang terjadi akibat bencana alam. Penaggulangan bencana yang telah ditetpakan
pemerintah dibuat guna membangun kembali daerah yang terkena bencana menggingat indonesia rawan akan bencana alam.
2.2.2 Perubahan Sosial
Setiap kehidupan manusia akan mengalami perubahan. Perubahan itu dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola prilaku,
perekonomian, lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, interaksi sosial dan yang lainya. Perubahan sosial terjadi pada semua masyarakat dalam setiap proses dan
waktu, dampak perubahan tersebut dapat berakibat positif dan negatif. Terjadinya perubahan merupakan gejala yang wajar dalam kehidupan manusia. Hal ini terjadi
karena setiap manusia mempunyai kepentingan yang tidak terbatas. Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami masyarakat serta
semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat
Universitas Sumatera Utara
kehidupan masyarakat secara suka rela atau di pengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya dan sistem sosial yang baru.
Perubahan sosial terjadi pada dasarnya karena ada anggota masyarakat pada waktu tertentu merasa tidak puas lagi terhadap keadaan kehidupanya yang lama
dan menganggap sudah tidak puas lagi atau tidak memadai untuk memenuhi kehidupan yang baru.
Menurut Gillin dan Gillin Abdulsyani,2002:163 perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena
perubahan geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Selain
itu, Selo Soemardjan berpendapat bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu
masyarakat, yang memepengaruhi sistem sosial lainya, termasuk didalam nilai- nilai, sikap, dan pola prilaku antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Soerjono Soekanto,2007:263. Soerjono Soekanto 2000:338 berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi
sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi ekonomis, teknologis dan geografis, atau biologis yang menyebabkan terjadinya
perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya. Sebaliknya ada pula yang mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan
menghasilkan perubahan-perubahan sosial. Adapun yang menjadi ciri-ciri perubahan sosial itu sendiri antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a. Perubahan sosial terjadi secara terus menerus
b. Perubahan sosial selalu diikuti oleh perubahan-perubahan sosial lainnya
c. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan
disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri
d. Setiap masyarakat mengalami perubahan masyarakat dinamis
Perubahan sosial tidak terjadi begitu saja. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi berpendapat bahwa perubahan sosial dapat bersumber dari dalam
masyarakat internal dan faktor dari luar masyarakat eksternal. 1. Faktor internal
Perubahan sosial dapat disebakan oleh perubahan-perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Adapun faktor tersebut antara lain:
a Perkembangan ilmu pengetahuan, Penemuan-penemuan baru akibat
perkembangan ilmu pengetahuan, baik berupa teknologi maupun berupa gagasan-gagasan menyebar kemasyarakat, dikenal, diakui, dan
selanjutnya diterima serta menimbulkan perubahan sosial. b
Kependudukan, faktor ini berkaitan erat dengan bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk.
c Penemuan baru untuk memenuhi kebutuhannya, manusia berusaha untuk
mencoba hal-hal yang baru. Pada suatu saat orang akan menemukan suatu yang baru baik berupa ide maupun benda. Penemuan baru sering
berpengaruh terhadap bidang atau aspek lain.
Universitas Sumatera Utara
d Konflik dalam masyarakat, adanya konflik yang terjadi dalam masyarakat
dapat menyebabkan perubahan sosial dan budaya, pertentangan antara indvidu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok sebenarnya
didasari oleh perbedaan kepentingan. 2. Faktor eksternal
Perubahan sosial disebabkan oleh perubahan-perubahan dari luar masyarakat itu sendiri seperti:
a Pengaruh kebudayaan masyarakat lain, Adanya interaksi langsung tatap
muka antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya akan menyebabkan saling berpengaruh. Disamping itu, pengaruh dapat
berlangsung melalui komunikasi satu arah, yakni komunikasi masyarakat dengan media-media massa.
b Peperangan, Terjadinya perang antar suku atau antar negara akan berakibat
munculnya perubahan-perubahan pada suku atau negara yang kalah. Pada umumnya mereka akan memaksakan kebiasaan-kebiasaan yang biasa
dilakukan oleh masyarakatnya, ataupun kebudayaan yang dimilikinya kepada suku atau negara yang mengalami kekalahan.
c Perubahan dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar
manusia,terjadinya gempa bumi, topan, banjir besar, gunung meletus dan lain-lain mungkin menyebabkan masyarakat-masyarakat yang mendiami
daerah- daerah tersebut terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya dan kemungkinan masih bertahan di daerahnya tersebut. Hal tersebut akan
mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan pada lembaga
Universitas Sumatera Utara
kemasyarakatanya karena masyarakatnya harus memulai kehidupan baru kembali. Sebab yang bersuber dari lingkungan alam fisik kadang-kadang
ditimbulkan oleh tindakan para warga masyarakat itu sendiri. Strategi Adaptasi Masyarakat Dalam Bencana Hardesty 1977
mengemukakan tentang adaptasi bahwa: “adaptation is the process through which benefi cial relationships are established and maintained between an organism and
its environment”, maksudnya, adaptasi adalah proses terjalinnya dan terpeliharanya hubungan yang saling menguntungkan antara organisme dan
lingkungannya. Sementara itu para ahli ekologi budaya cultural ecologists Alland, 1975;
Harris, 1968; Moran, 1982 mendefi nisikan, bahwa adaptasi adalah suatu strategi penyesuaian diri yang digunakan manusia selama hidupnya untuk
merespon terhadap perubahan-perubahan lingkungan dan sosial. Dalam kajian adaptabilitas manusia terhadap lingkungan, ekosistem merupakan keseluruhan
situasi, di mana adaptabilitas berlangsung atau terjadi. Karena populasi manusia tersebar di berbagai belahan bumi, konteks
adaptabilitas sangat berbeda-beda. Suatu populasi di suatu ekosistem tertentu menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan dengan cara-cara yang spesifi k.
Ketika suatu populasi atau masyarakat mulai menyesuaikan diri terhadap suatu lingkungan yang baru, suatu proses perubahan akan dimulai dan dapat saja
membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menyesuaikan diri Moran 1982. Sahlins 1968 menekankan bahwa proses adaptasi sangatlah dinamis, karena
lingkungan dan populasi manusia terus dan selalu berubah. Smit dkk., 1999
Universitas Sumatera Utara
dalam kajiannya mengenai perubahan iklim, mengartikan adaptasi sebagai penyesuaian di dalam sistem ekologi-sosial-ekonomi sebagai respon terhadap
kondisi ikilm dan dampaknya. Smit dan Wandel 2006 juga menyatakan bahwa adaptasi manusia dalam
perubahan global merupakan proses dan hasil dari sebuah sistem, untuk mengatasi dan menyesuaikan diri terhadap perubahan, tekanan, bahaya, risiko, dan
kesempatan. Dalam perubahan iklim terdapat 2 peran adaptasi yaitu sebagai bagian dari penilaian dampak dengan kata kunci yaitu 1 adapatasi yang
dilakukan, dan 2 respon kebijakan dengan kata kunci rekomendasi adaptasi. Kerangka dalam mendefi niskan adaptasi adalah dengan mempertanyakan: 1
adaptasi terhadap apa?; 2 siapa atau apa yang beradaptasi?; dan 3 bagaimana adaptasi berlangsung?. Hal ini berarti bahwa adaptasi adalah proses adaptasi dan
kondisi yang diadaptasikan
2.2. Strategi Adaptasi
Adaptasi menurut Soerjono Soekanto dalam Rabanta 2009, mengemukakan tentang adaptasi dalam beberapa batasan adaptasi sosial:
1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan
2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan
ketegangan 3.
Proses perubahan-perubahan menyesuaikan dengan situasi yang berubah
4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan
5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan
lingkungan dan sistem
Universitas Sumatera Utara
6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi ilmiah
Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses penyesuaian individu, kelompok terhadap norma-norma, perubahan agar dapat
disesuaikan dengan kondisi yang diciptakan. Lebih lanjut tentang proses penyesuaian tersebut Aminuddin dalam Rabanta 2009 menyebutkan bahwa
penyesuaian dilakukan demi tujuan-tujuan tertentu, diantaranya: 1.
Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan 2.
Menyalurkan ketegangan sosial 3.
Mempertahankan kelangsungan keluargaunit sosial 4.
Bertahan hidup
Strategi adaptasi dimaksud oleh Edi Suharto dalam Edi 2009, sebagai Coping strategies
. Secara umum strategi bertahan hidup coping strategies dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara
untuk mengatasi berbagi permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota
keluarga dalam mengelola segenap aset yang dimilikinya. Berdasarkan konsepsi ini, Mosser dalam Suharto 2009 membuat kerangka
analisis yang disebut “The Aset Vulnerability Framework”. Kerangka ini meliputi berbagai pengelolaan aset yang dapat digunakan untuk melakukan penyesuaian
atau pengembangan strategi dalam mempertahankan kelangsungan hidup: 1.
Aset tenaga kerja, misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam bekerja untuk membantu ekonomi rumah tangga
Universitas Sumatera Utara
2. Aset modal manusia , misalnya memanfaatkan status kesehatan
yang dapat menentukan kapasitas seseorang atau bekerja atau ketrampilan dan pendidikan yang menentukan umpan balik atau
hasil kerja terhadap tenaga yang dikeluarkannya. 3.
Aset produktif , misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan lainnya.
4. Aset relasi rumah tangga atau keluarga, misalnya memanfaatkan
jaringan dan dukungan dari sistem keluarga besar, kelompok etnis, migarasi tenaga kerja dan mekanisme “uang kiriman”
5. Aset modal sosial, misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga
sosial loka, arisan dan pemberi kredit dalam proses dan sistem perekonomian keluarga.
Selanjutnya Edi Suharno dalam Edi 2009:31 menyatakan strategi bertahan hidup coping strategies dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:
1. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga
untuk misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitarnya
dan sebagainya 2.
Strategi pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga misalnya, biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya.
3. Strategi jaringan, misalnya menjalin relasi, baik formal maupun informal
dengan lingkungan sosialnya, dan lingkungan kelembagaan misalnya:
Universitas Sumatera Utara
meminjam uang dengan tetangga, mengutang di warung, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank, dan
sebagainya.
2.3. Masyarakat