Masyarakat Strategi Adaptasi Dan Mitigasi Bencana Banjir Pada Masyarakat Di Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun

meminjam uang dengan tetangga, mengutang di warung, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank, dan sebagainya.

2.3. Masyarakat

Koentjaraningrat 2003 merumuskan pengertian masyarakat berdasarkan empat ciri berikut : a. Interaksi. b. Adat-istiadat, norma-norma, hukum, dan aturan-aturan. c. Bersifat terus-menerus. d. Rasa identitas. Berdasarkan empat ciri di atas, masyarakat diartikan sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat-istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Sihotang 1992 menjelaskan masyarakat dalam dua defenisi, yaitu defenisi analitik dan defenisi fungsional. Dalam definisi analitik, masyarakat adalah sejumlah orang yang berdiri sendiri atau swasembada yang mempunyai cirri-ciri adanya organisasi sendiri, wilayah tempat tinggal, kebudayaan sendiri, dan keturunan yang akan meneruskan masyarakatnya. Sedangkan dalam defenisi fungsional, masyarakat adalah sejumlah manusia yang mempunyai sistem tidakan bersama, yang mampu terus ada lebih lama dari masa hidup seorang individu, dan para anggotanya bertambah sebagian melalui keturunan pada anggota. Ciri-ciri masyarakat Sihotang, 1992: a. Mampu berdiri sendiri dan memenuhi kebutuhan sendiri, Universitas Sumatera Utara b. Mampu mempertahankan keberadaanya melalui pergantian atau pertambahan anggota dengan adanya keturunannya. c. Mampu mempertahankan keberadaannya bergenerasi-generasi. d. Ada wilayah tertentu yang menjadi tempat tinggal. e. Mempunyai kebudayaan sendiri yang menjadi sumber nilai dan norma, pola tindakan, dan alat memenuhi keperluan hidup. f. Mempunyai sistem dan struktur. Berdasarkan ciri-ciri di atas, definisi masyarakat adalah sejumlah orang yang bertempat tinggal di wilayah tertentu yang tersusun oleh sistem dan mempunyai struktur, mempunyai kebudayaan sendiri, dan dapat mempersiapkan penerusan adanya anggota untuk bergenerasi Sihotang, 1992. Sihotang 1992 menilai bahwa masyarakat baik perkotaan ataupun pedesaan secara pasti akan menghadapi berbagai masalah sosial yang terwujud sebagai hasil dari kebudayaanya, sebagai akibat dari hubungan antar sesamanya dan juga sebagai akibat dari tingkah laku mereka. Berkembangnya kebudayaan nasional cenderung terjadi di kota. Masyarakat kota sendiri cenderung untuk lebih banyak terlihat dalam berbagai kegiatan sosial yang tergolong dalam lingkungan nasional. Masyarakat perkotaan bersifat heterogen. Heterogenitas yang mewarnai kehidupan di perkotaan berlaku juga untuk keanekaragaman lapangan mata pencaharian, karena adanya keanekaragaman sektor-sektor ekonomi. Perkembangan industri erat hubungannya dengan laju perkembangan kota, karena perkembangan industri merupakan salah satu terjadinya dinamika kota. Pada waktunya, kota-kota akan mengalami kesulitan untuk menyediakan pekerjaan, dan syarat-syarat minimal kehidupan yang pantas untuk jumlah yang besar secara terus menerus semakin Universitas Sumatera Utara meningkatkan laju pertumbuhan jumlah penduduk kota sedangkan mereka adalah orang baru yang memasuki ekonomi kota Sihotang, 1992. Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian