Adat istiadat Faktor Budaya yang Memengaruhi Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan

dianggap berkualitas panas, sementara wanita hamil juga dianggap memiliki kualitas panas maka perpaduan dua unsur panas ini dianggap bisa menimbulkan bahaya berupa keguguran. Demikian juga hasil penelitian Sudriana dalam Swasno 1998, pantangan yang harus dipatuhi suami yang menyiratkan pula pandangan keselamatan anak bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab istri, melainkan juga suaminya, di Bali kesulitan seorang wanita saat melahirkan dikaitkan dengan perbuatan suaminya semasa wanita itu hamil seperti sering memukul binatang dan mencukur rambut.

2.5.3. Adat istiadat

Tata kelakuan yang berintegrasi secara kuat dengan pola-pola prilaku masyarakat dapat mengikat menjadi adat istiadat custom. Anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan mendapat sanksi keras Syafrudin, 2009 Menurut Koenjaranigrat 1997, adat istiadat adalah pedoman yang bernilai dan memberikan arah atau norma yang terdiri dari aturan-aturan untuk bertindak yang apabila dilanggar menjadi tertawaan, ejekan dan celaan sesaat oleh masyarakat di sekitarnya. Adat istiadat adalah suatu kaidah yang timbul dari masyarakat sesuai dengan kebutuhannya pada suatu saat lazimnya. Adat istiadat disuatu tempat berbeda dengan adat istiadat ditempat lain, demikian pula adat istiadat disuatu tempat berbeda menurut kurun waktunya Soekanto, 2008. Bentuk kepedulian dan keterlibatan suami dalam kehamilan istrinya itu dimanifestasikan dalam tindakan-tindakan seperti memperhatikan gizimakanan ibu Universitas Sumatera Utara hamil, memeriksakan kehamilan sejak dini, menjaga kesehatan fisik dan mental ibu, berdoa kepada Tuhan, mengusahakan agar persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan mengikuti trasidi Beni, 2000. Hasil penelitian Keumalahayati 2008, dukungan suami kepada ibu hamil dapat berupa dukungan fisik, emosional dan finansial, tetapi proses pengambilan keputusan dalam perawatan kehamilan dan persalinan disesuaikan dengan adat budaya Aceh, dan pengaruh budaya masyarakat Aceh menjadi hambatan dalam mengambil keputusan untuk memberi dukungan terhadap ibu hamil. Hasil penelitian Priantina dalam Swasno 1998, pada masyarakat jawa barat, upacara-upacara yang berkenaan dengan daur hidup, sejak kehamilan, kelahiran, perkawinan hingga kematian. Dilakukan mulai dari upacara tujuh bulan ketika ia masih berupa janin dalam kandungan ibunya, yang ditujukan untuk keselamatan bayi selanjutnya upacara kelahiran yang antara lain terdiri dari upacara penanaman ari-ari dan upacara kelahiran bayi, kemudian setelah ia 40 hari diadakan upacara pengesahan keberadaan bayi sebagai anggota keluarga dimulai dari pembacaan doa keselamatan bagi bayi dan diakhiri dengan pemberian berkah berupa nasi lauk pauk kepada para tetangga. Demikian juga hasil penelitian Napitupulu 2008, pada masyarakat Batak Toba upacara adat yang dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan di lakukan pada anak pertama dari seorang wanita yang bertujuan untuk keselamatan bagi janin sampai pada proses saat kelahirannya. Universitas Sumatera Utara Demikian juga hasil penelitian Swasno 1998, pada masyarakat Jawa yang sering menitik beratkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari peristiwa kehamilan, kelahiran sehingga dalam adat istiadat mereka terdapat berbagai upacara adat yang cukup rinci untuk menyambut kelahiran bayi yang bertujuan mengupayakan keselamatan bagi janin dalam proses menjadi bayi hingga saat kelahirannya.

2.6. Landasan Teori

Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan sesuatu. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka Mikkelsen, 2003. Partisipasi suami saat kehamilan sangat penting untuk membantu ketenangan jiwa istrinya. Suami memenuhi kebutuhan istrinya, membantu perawatannya, dan terlibat secara dekat dengan segala sesuatu yang terjadi pada istrinya selama kehamilan serta mendukung istri agar mendapat pelayanan antenatal yang baik. Menurut Mikkelsen 2003, faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi masyarakat itu yaitu: faktor sosial, faktor budaya dan faktor politik. Salah satu faktor yang menjadi perhatian untuk menelaah tingkat partisipasi masyarakat adalah faktor budaya. Faktor budaya yaitu adanya kebiasaan atau adat istiadat yang bersifat tradisional statis dan tertutup terhadap pembaharuan. Universitas Sumatera Utara