Defenisi Operasional Variabel Gambaran Perekonomian dan Ekonomi Makro Indonesia

Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Dimana: H o = tidak ada autokorelasi DW dl = tolak H o ada korelasi positif DW 4- dl = tolak H o ada korelasi positif du DW 4-du = terima H o tidak ada korelasi dl ≤ DW ≤ du = pengujian tidak dapat disimpulkan inconclusive 4- du ≤ DW ≤ 4- dl = pengujian tidak dapat disimpulkan inconclusive

3.7 Defenisi Operasional Variabel

1. Jumlah Uang Beredar adalah jumlah uang dalam arti luas broad money dengan menggunakan uang M 2 M 1 dan uang kuasi Milyar Rupiah. 2. Pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan pemerintah dalam periode tertentu biasanya satu tahun Milliar Rupiah. 3. Cadangan Devisa merupakan posisi bersih aktiva luar negeri pemerintah dan Bank-bank devisa Juta USD. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 4. Suku Bunga SBI merupakan suku bunga dalam bentuk persen yang ditentukan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam upaya pengendalian jumlah uang beredar . BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Perekonomian dan Ekonomi Makro Indonesia

Pertumbuhan ekonomi tahun 2006 tidak lebih baik dari pertumbuhan ekonomi tahun 2005. Meskipun stabilitas ekonomi makro dapat terjaga dengan cukup baik, namun hal tersebut tidak berhasil membangkitkan rasa optimis dikalangan masyarakat. Tingginya tingkat ketidakpastian dikalangan dunia usaha merupakan penyebab utama dari rendahnya tingkat pertumbuhan sepanjang tahun 2006 lalu, dan ini tidak lepas dari tidak kunjung kondusifnya iklim usaha di sektor produksi riil. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dapat dikatakan tidak efektif untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif karena seringkali dibayangi oleh keragu-raguan pemerintah dalam mengimplementasikan berbagai kebijakan yang dikeluarkan tersebut. Dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang hanya sekitar 5,48 selama tahun 2006, pertumbuhan investasi fisik pembentukan modal tetap bruto hanya Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 sekitar 2,9 yang jauh lebih rendah dari pertumbuhannya pada tahun 2005 yang mencapai 10,8. Rendahnya peningkatan investasi ini telah berlangsung sejak triwulan pertama tahun 2006, terutama investasi dalam bentuk mesin dan perlangkapan luar negeri yang turun sebesar 25,7, jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2005 yang mencatat kenaikan sebesar 31 pada investasi mesin dan perlengkapan luar negeri, maka penurunan investasi yang berkaitan dengan barang modal ini sangatlah signifikan selama tahun 2006 lalu. Kondisi ini tidak saja menggambarkan betapa tidak berkembangnya minat investasi sepanjang tahun 2006 lalu, tetapi bisa juga menjadi isyarat penting bagaimana perkembangan sektor riil pada beberapa tahun mendatang. Berkaitan dengan kenyataan ini selayaknya pemerintah segera mewaspadai kondisi perekonomian secara keseluruhan. Pemerintah jangan hanya merasa aman jika stabilitas nilai tukar dapat tercapai dan tingkat inflasi dapat dikendalikan. Harus disadari bahwa kondisi sektor riil saat ini betul-betul dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Terjadinya penurunan produksi beras dalam negeri merupakan salah satu bukti bahwa sektor pertanian jauh dari perbaikan yang cukup berarti, padahal telah dicanangkan revitalisasi sektor pertanian. Pertumbuhan sektor industri manufaktur yang hanya sekitar 4,63 menunjukkan tidak berkembangnya kegiatan produksi di sektor ini, karena pada tahun 2005 sektor ini juga tumbuh sekitar 4,6 pada tahun 2004 masih tumbuh sekitar 6,2 , dan yang paling memprihatinkan adalah penurunan pada industri tekstil, barang kulit dan dan alas kaki, yang merupakan industri padat karya yang selama masa orde baru menjadi tumpuan penting bagi perkembangan industri dan Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 kehidupan masyarakat. Pada tahun 2006 pertumbuhan pada industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki tercatat hanya sekitar 1,23 yang turun dari 1,31 pada tahun 2005. Sedangkan pada tahun 2004 industri ini masih mencatat pertumbuhan sekitar 4,1. Industri tekstil selayaknya juga menjadi prioritas perhatian pemerintah jika pemerintah benar-benar ingin membangun kembali sektor industri nasional. Selain bersifat padat karya yang bisa menciptakan lapangan kerja baru, industri ini merupakan industri yang sudah pernah teruji keberhasilannya menjadi motor pertumbuhan ekonomi. Industri ini tidak hanya didukung oleh pengalaman para pengusahanya di masa lalu, tetapi juga didukung oleh pengalaman para pengusahanya di masa lalu, tetapi juga didukung oleh ragam budaya Indonesia yang mempunyai ciri khas tertentu untuk memperkaya ragam produk tekstil Indonesia. Sayangnya, pemerintah belum terlihat serius menangani berbagai persoalan yang semakin menghambat perkembangan industri ini pada tahun-tahun terakhir ini. Industri tekstil tidak terlindung tidak saja oleh serbuan impor ilegal barang-barang tekstil, tetapi juga oleh kebijakan yang tidak kondusif. Undang- undang ketenagakerjaan yang berlaku dewasa ini telah menjadikan industri tekstil tidak lagi kompetitif karena mahalnya upah tenaga kerja disektor ini. Sementara itu tidak adanya kebijakan yang bisa menjadi pendorong peningkatan investasi di industri ini, menyebabkan industri tekstil masih banyak yang bergantung pada mesin-mesin yang sudah tua dan tidak efesien. Meskipun perbaikan investasi belum seperti yang diharapkan, fundamental ekonomi Indonesia sudah berada pada jalur yang tepat on the right Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 track. Stabilitas makro ekonomi dapat terjaga dengan baik dengan kurs rupiah yang cenderung menguat, sehingga tingkat inflasi dapat terus ditekan dan suku bunga perbankan terus diturunkan. Selama tahun 2006 kurs rupiah mengalami apresiasi sekitar 8,2 dan selama dua bulan pertama tahun 2007 dapat dikatakan relatif stabil pada kisaran sekitar Rp. 9.100 per dolar AS. Angka inflasi yang melonjak tinggi pada tahun 2005 17,1 turun menjadi 6,6 pada tahun 2006, dan diperkirakan akan terus terkendalikan selama tahun 2007. Selama Januari- Februari 2007 angka inflasi hanya mencapai 1,67 yang lebih rendah dari angka inflasi pada periode yang sama tahun 2006 sebesar 1,95. Dengan terkendalikannya tingkat inflasi, maka tingkat suku bunga perbankan juga dapat terus diturunkan, sehingga memberi harapan akan kembali berfungsinya perbankan sebagai lembaga intermediasi. Dengan BI rate yang dewasa ini telah berada pada level 9, maka suku bunga SBI sudah berada disekitar 9,25 dan suku bunga deposito berjangka satu bulan juga terus turun mendekati 8,6. penurunan ini diharapkan pada gilirannya akan memicu penurunan suku bunga kredit sehingga dapat meningkatkan investasi dalam negeri. Secara singkat kondisi ekonomi sampai tahun 2007 dapat disimpulkan sebagai berikut: 4.2.Perkembangan Jumlah uang beredar Indonesia Dalam mekanisme penciptaan uang beredar, pada dasarnya ditentukan oleh otorites moneter yaitu Bank Indonesia, bank umum dan masyarakat. Jumlah Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 uang beredar yang tercipta merupakan jumlah uang beredar yang ditinjau dari sisi penawaran. Sedangkan dari sisi permintaan, masyarakat membutuhkan uang kartal maupun uang giral untuk membiayai semua kegiatan ekonominya. Dengan demikian, jumlah uang beredar yang tercipta atau tersedia harus seimbang dengan jumlah yang dibutuhkan masyarakat, sehingga tidak terjadi kelebihan kekurangan jumlah uang beredar. Kondisi moneter selama tahun 2004 relatif stabil, baik untuk uang kartal maupun uang giral bergerak naik searah pertumbuhan jumlah uang beredar. Selama tahun 2004 secara rata-rata uang primer tumbuh 1,68 per tahun. Jumlah uang beredar dalam arti sempit M1 misalnya, di awal tahun tercatat sebesar Rp 235.818 miliar, sedangkan untuk jumlah uang beredar dalam arti luas M2 sebesar Rp.1.003.527 miliar. Seiring dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, dua bulan berikutnya terjadi pergeseran komposisi pada uang giral sehingga porsinya sekitar 60. Sementara untuk M1 yang umumnya banyak menggambarkan kebutuhan transaksi masyarakat, selama februari 2004 mencapai angka Rp. 219,03 triliun. Di bulan berikutnya M1 tetap tak jauh dari angka tersebut. Hal ini berarti besaran moneter tidak hanya naik sekitar Rp. 0,05 trilin. Jika dilihat dari sisi permintaan, diwarnai dengan terjadinya permintaan masyarakat terhadap uang kartal cukup tinggi. Selanjutnya perkembangan jumlah uang beredar dalam arti luas M2 mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan industri perbankan. Untuk Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 lebih jelasnya perkembangan jumlah uang beredar dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah uang beredar Miliar Rupiah Tahun Jumlah Uang Beredar 1988 41998 1989 58705 1990 84630 1991 99058 1992 119053 1993 145202 1994 174512 1995 222638 1996 288632 1997 355643 1998 577381 1999 646205 2000 747028 2001 844053 2002 883908 2003 955692 2004 1033527 2005 1203215 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 2006 1382074 2007 1643203 Sumber: Bank Indonesia, Laporan tahunan 1988-2007.

4.3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah