dikenakan kepada kedua pihak yang tidak menaati ketentuan, di mana
franchisor berkewajiban untuk menentukan prospektus usaha waralabanya dan franchisee berkewajiban untuk mendaftarkan perjanjian waralaba. Sanksi
tersebut secara tegas disebutkan dalam Permendag No. 31 2008 yang diterbitkan pada 21 Agustus 2008.
22
2. Jenis-jenis waralaba
Dilihat dari kegiatan yang dilakukannya, waralaba dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu:
1 Waralaba Produk dan Merk Dagang
Pemberi waralaba memberikan hak kepada penerima waralaba untuk menjual produk yang dikembangkan oleh pemberi waralaba yang
disertai dengan pemberian izin untuk menggunakan merk dagang milik pemberi waralaba dalam rangka penjualan produk yang diwaralabakan
tersebut. Atas pemberian izin penggunaan merk dagang tersebut biasanya pemberi waralaba memperoleh keuntungan royalty berjalan melalui
penjualan produk yang diwaralabakan kepada penerima waralaba. Biasanya berbentuk keagenan, distributor atau lisensi penjualan.
23
2 Waralaba Format Bisnis menurut Martin Mandelson sebagaimana dikutip oleh Gunawan Widjaya
22
Linda T. Silitonga, “Tak Ada lagi Waralaba yang Luput dari Sanksi Denda,” artikel diakses pada 21 Februari 2009 dari http:web.bisnis.com.
23
Gunawan Widjaya, Waralaba, h. 13.
Pemberian sebuah lisensi oleh seseorang pemberi waralaba kepada pihak lain penerima waralaba, lisensi tersebut memberi hak
kepada penerima waralaba untuk berusaha dengan menggunakan merk dagang pemberi waralaba, dan untuk menggunakan keseluruhan paket,
yang terdiri dari seluruh elemen yang diperlukan untuk membuat seseorang yang sebelumnya belum terlatih dalam bisnis dan untuk
menjalankannya dengan bantuan yang terus-menerus atas dasar-dasar yang telah ditentukan sebelumnya.
24
3. Mekanisme Kerja dan Bisnis Waralaba
Mekanisme kerja dalam waralaba berdasarkan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan.
25
Dalam sistem ini terdapat pelaku bisnis yang sukses dan kemudian menyebarluaskan kesuksesannya kepada pihak lain.
26
Kemitraan antara pewaralaba terwaralaba digambarkan sebagai berikut:
Diagram 2
Hubungan Kemitraan Pewaralaba dan Terwaralaba
24
Ibid.
25
Darmawan, Waralaba Syariah, h. 49.
26
Ibid., h. 48.
PEWARALABA Direktur
Staf Staf
Staf
Kantor Pusat TERWARALABA
Manajer Pegawai
Pegawai Pegawai
“Cabang”
Pewaralaba dalam hal ini memberikan bantuan manajemen, teknis, dan pemasaran kepada terwaralaba selama keduanya terikat dalam kontrak.
Terwaralaba membayar fee atas izin penggunaan merk dagang dan sistem bisnis. Sedangkan pembayaran royalti digunakan sebagai imbal jasa atas
bantuan manajemen, teknik, dan promosi yang diberikan oleh pewaralaba secara kontinu.
Berikut ini digambarkan beberapa hak dan kewajiban yang diberikan
pihak franchisor kepada franchisee ataupun sebaliknya, yaitu sebagai
berikut:
Diagram 3
Hak Kewajiban antara Franchisor dan Franchisee secara umum
KONTRAK DEAL
Berdasarkan diagram di atas diketahui beberapa unsur yang lazim ada dalam waralaba. Sebagaimana dikutip oleh Gunawan Widjaya, Martin
PEWARALABA FRANCHISOR
Pemberian izin merk dagang,
Sistem Bisnis SOP,
Bantuan Manajemen,
Teknis, Promosi.
Mendapat beberapa macam Fee dari
Franchisee
TERWARALABA FRANCHISEE
Franchisee Fee,
Royalty fee, Kewajiban
menjalankan ketentuan yang telah
disepakati bersama. Mendapatkan izin
pemanfaatan merk dagang dan sistem
bisnis, bantuan teknis, dll.
Mandelson dalam bukunya franchising: Petunjuk Praktis bagi Franchisor dan Franchisee disebutkan bahwa waralaba format bisnis terdiri atas:
27
a. Konsep bisnis yang menyeluruh dari pemberi waralaba
b. Adanya proses permulaan dan pelatihan atas seluruh aspek penglolaan
bisnis, termasuk di dalamnya pelatihan untuk menggunakan peralatan, metode pemasaran, penyiapan produk, dan penerapan proses
c. Proses bantuan dan bimbingan yang terus-menerus dari pihak pemberi
waralaba selama masa perjanjian masih berlangsung Sedangkan menurut penulis sendiri, unsur-unsur yang lazim terdapat
pada waralaba dapat disimpulkan di antaranya sebagai berikut: a.
Payung perlindungan hukum bagi keberadaan bisnis waralaba tersebut b.
Kedua pihak yang terkait, yakni franchisor dan franchisee yang terikat
kontrak c.
Adanya merk dan produk yang unik dan ‘menjual’ d.
Adanya SOP, manajemen usaha serta pelatihan dan bimbingan yang
diberikan secara berkala oleh franchisor kepada franchisee sebagai
bagian dari ketentuan perjanjian e.
Adanya fee innitial fee dan royalty fee yang diberikan oleh franchisee kepada franchisor sebagai bentuk timbal balik atas pelatihan, bimbingan,
27
Ibid., h. 14.
dan keseluruhan pengelolaan usaha yang telah ditransfer dari franchisor kepada franchisee.
Unsur-unsur yang diperlukan dalam pola bisnis waralaba dapat digambarkan sebagai berikut:
Diagram 1
Unsur-unsur dalam Waralaba
Sedangkan aspek keuangan yang terdapat dalam bisnis waralaba secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a.
Biaya waralaba awal up-Front Fee Initial Franchise Fee atau lazim
disebut fee saja Menurut Mendelson, sebagaimana dikutip oleh Darmawan Budi
Suseno dalam Waralaba Syariah, Franchise Fee ini dibebankan kepada
terwaralaba untuk semua jasa yang disediakan, termasuk biaya rekruitmen
Unsur-unsur Waralaba
Produk Merk: Logo, motto, visi misi
Fee Innitial Royalty
SOP, manaj. usaha,
bimbingan, training Perlindungan Hukum
Franchisee Franchisor
sebesar biaya pendirian yang dikeluarkan oleh pewaralaba untuk kepentingan terwaralaba.
28
Sedangkan menurut IPPM, sebagaimana dikutip oleh Darmawan, jumlah dan jangka waktu pembayaran awal dicantumkan di dalam
perjanjian. Pembayaran yang telah diserahkan sepenuhnya menjadi milik pewaralaba dan tidak dapat dikembalikan kecuali disebutkan di dalam
perjanjian.
29
Fee awal diperlukan oleh pewaralaba untuk membantu
terwaralaba, dan terdiri dari: 1. Bantuan pra operasi dan awal operasi bisnis terwaralaba
2. Pembuatan manual operasi untuk digunakan terwaralaba 3. Penyelenggaraan pelatihan awal initial training dan biaya konsultasi,
khususnya pada operasi bisnis waralaba 4. Biaya promosi atau periklanan, khususnya untuk promosi menjelang
pembukaan perusahaan grand opening terwaralaba 5. Survei pemilihan atau seleksi lokasi Karamoy, sebagaimana dikutip
oleh Darmawan Budi Suseno
30
b. Royalty
Royalty sering juga disebut uang waralaba terus-menerus. Uang
tersebut merupakan pembayaran atas jasa terus-menerus yang diberikan
28
Ibid., h. 55.
29
Ibid., h. 56.
30
Ibid.
pewaralaba secara periodik. Dalam prakteknya, uang tersebut dihitung dalam bentuk prosentase dari pendapatan kotor terwaralaba.
Biaya royalty yang ditarik oleh pewaralaba secara rutin diperlukan untuk membiayai pemberian bantuan teknik, manajemen, atau promosi
kepada terwaralaba secara berkelanjutan, selama kedua belah pihak terikat dalam perjanjian.
Pada kenyataannya tidak semua waralaba menetapkan fee atau royalty
atas franchiseenya. Setiap waralaba memiliki kebijakan tersendiri
dalam menentukan jenis fee atau royalty sesuai dengan kontribusi yang
diberikan kepada franchisee.
Secara garis besar kebaikan dari waralaba dapat disimpulkan sebagai berikut:
31
Tabel 4
Kebaikan Usaha Waralaba bagi Franchisor dan Franchisee
No Kebaikan bagi Franchisor
Kebaikan bagi Franchisee
1 Pengembangan usaha dengan biaya
yang relatif murah dan tingkat laba yang lebih tinggi
Menghemat waktu, tenaga, dan dana untuk proses trial and
error .
2 Potensi passive income yang besar
dengan potensi kegagalan yang minimum
Memperkecil resiko kerugian usaha karena konsep usaha telah
matang dan tinggal dijalankan
3 Efek bola salju dalam hal Brand
Awareness sadar merk dan Brand
Equity nilai merk usaha yang
makin meningkat Penggunaan Brand Name nama
merk yang sudah lebih dikenal masyarakat.
4 Terhindar dari UU Antimonopoli
Memberi kemudahan
dalam
31
Pietra Sarosa, Mewaralabakan Usaha Anda, h. 21.
operasional usaha
dan pemasarannya
Sedangkan keburukan dari waralaba dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tabel 5
Keburukan Usaha Waralaba bagi Franchisor dan Franchisee
No Keburukan bagi Franchisor
Keburukan bagi Franchisee
1
Adanya peluang bagi franchisee untuk bermain ‘nakal’ di belakang
franchisor
Biaya paten Royalty fee yang harus
dibayarkan franchisee
secara terus-menerus
disertai biaya-biaya lain yang ditentukan
2
Sulit mencari franchisee yang memenuhi syarat dan satu visi.
Franchisee lebih memperhatikan profit, bukan pengelolaan usaha
Tidak semua
franchisor
memberikan kepedulian,
pembinaan dan pelatihan yang baik secara berkala
3 Sulitnya melakukan pengelolaan
bisnis yang tepat seiring dengan semakin
bertumbuhnya jumlah
outlet yang ada Cukup sulit untuk lepas dari
pengaruh
franchisor karena
keterikatan dengan perjanjian dan aturan main yang ada
4. Tata Cara Penyelesaian Masalah dalam Usaha Waralaba