Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belakangan ini praktek seks bebas yang menjalar di kalangan remaja telah menjadi masalah serius. Berubahnya oreintasi seks para remaja, dari berhubungan intim suami istri yang sah kepada pemenuhan hasrat seksual tanpa ikatan apapun. Masa belasan tahun lalu amat jauh berbeda dengan masa sekarang, terutama dalam hal membicarakan masalah seks bebas. Dewasa ini seks bebas bukan lagi menjadi hal yang tabu. Fenomena seks bebas di kalangan remaja seperti sebuah fenomena gunung es. Yaitu, fenomena yang tertutup rapat namun sebenarnya banyak dilakukan. Hal itu masih belum ditambah oleh jumlah mereka yang melakukannya tanpa diketahui oleh masyarakat. Berbicara soal remaja, maka tidak akan pernah lepas dari percintaan remaja. Tentu semua remaja telah mengalaminya, sebagian remaja di dunia termasuk Indonesia mempunyai suatu cara untuk mengekspresikan percintaan remaja itu sendiri yang biasa disebut sebagai pacaran. Pacaran, bukan hal yang tabu lagi di kalangan sebagian remaja saat ini. Dengan berbagai macam pula remaja tersebut mengekspresikan rasa cintanya pada sang ‘pacar’. Mulai dari yang biasa sampai yang tidak bisa diterima secara moral karena perbuatan mereka telah melanggar ketentuan norma yang ada. Salah satu cara yang merupakan cara yang paling tidak diterima di kalangan 1 masyarakat timur adalah seks bebas. Seks bebas yang sering dikenal dengan kata “freesex” kini mulai mewabah di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Dalam ajaran Islam tentang prilaku seks bebas sudah sangat jelas hukumnya. Islam mengharuskan setiap pemeluknya, laki-laki dan wanita untuk menjaga kehormatannya dan tidak menyerahkan kesuciannya kecuali kepada pasangan hidup yang sah menurut ajaran agama dan menjauhi hal-hal yang dapat membawa kepada ternodanya kesucian. Dalam al-Quran kepada kaum laki-laki Allah S.W.T berfirman dalam surah an-Nur ayat 30 : ☺ ⌧ ☺ Artinya : Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.Q.S. An-Nur:30. Sementara kepada kaum wanita yang beriman Allah S.W.T lebih menekankan lagi tentang pentingnya mereka menjaga kehormatan dan menghindarkan diri dari perbuatan yang dapat membawa kepada timbulnya permasalahan yang dapat menodai kesucian. Dalam al-Quran Allah berfirman, an- Nur : 31 ☺ ⌧ Artinya : Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. Q.S. An-Nur:31. Dari dua ayat di atas, sudah sangat jelas bahwa Allah SWT melarang keras orang yang beriman, baik laki-laki maupun wanita untuk menyerahkan kehormatannya kepada orang lain yang bukan suaminya , namun bagaimana memahami fenomena seks bebas yang marak menjadi budaya hidup di kalangan remaja saat ini, tentu tidak mudah menyadarkan remaja dengan hanya membacakan dua ayat di atas kepada mereka, pada kenyataannya masalah cinta adalah masalah terbesar yang dialami remaja, hampir 80 persen masalah yang dihadapi remaja tentang cinta. 1 Yang perlu difahami juga, paradigma umum remaja tentang kasih sayang dan cinta hanya dengan “berpegangan, berpelukan dan bahkan berciuman” menurut sebagian remaja itu hanya sebatas cinta. Dan itulah kasih sayang dan bukti cinta. Sedangkan Allah juga memerintahkan kaum beriman, laki-laki dan wanita untuk menjauhi perbuatan dan segala hal yang dapat menyebabkan terjadinya perbuatan zina. Allah berfirman dalam surah al-Isra : 32 ⌧ ⌧ Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Q.S Al-Isra: 32 Untuk membahas jauh tentang prilaku seks bebas pada remaja, ada baiknya jika peneliti menjelaskan siapakah remaja ini sehingga seringkali remaja menjadi soroton tajam masyarakat. Sedangkan, sudah pasti seks bebas bukan hanya dilakukan oleh remaja, namun ada juga sebagian besar dilakukan oleh mereka yang sudah berada pada periode dewasa dalam hidupnya. Namun di sini peneliti hanya ingin meyorot seks bebas yang dilakukan oleh remaja. 1 Marenda Darwis, Kafe Curhat Remaja. Seri Pengembangan Pribadi Remaja, Eureka. Solo, h.18 Seperti yang diketahui, masa transisi pasti dialami oleh semua remaja, dimana pada masa transisi itu para remaja sedang mengalami perubahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Kelabilan pada masa transisi ini membuat mereka sering membuat sensasi untuk menarik perhatian umum tentang keberadaan mereka. Ada sensasi yang mereka buat terkadang bermuatan positif. Namun bagi remaja yang lemah aqidah dan mempunyai dasar akhlak yang kurang memadai, seringkali membuat sensasi-sensasi yang bernada negatif, bahkan sering juga menjurus kedalam kriminalitas. Dan sensasi negatif inilah yang membuat sebagian remaja terjerumus dalam lingkaran maksiat yang berterusan seperti prilaku seks bebas. Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. 2 Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. 3 Perlu diketahui juga, tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, namun sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsukuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Misalnya, masalah yang berhubungan dengan percintaan merupakan masalah yang pelik pada periode ini dan oleh karena itulah, perilaku seks bebas rentan menyambangi kehidupan anak pada periode ini. 2 Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan, Jakarta. PT. Gelora Aksara Pratama , edisi kelima. h. 206 3 Ibid, h. 212 Di antara salah satu fenomena psikologis anak pada masa remaja adalah mempunyai perhatian yang besar terhadap masalah-masalah seks. Ini karena pertumbuhan organ-organ seks pada diri anak dimasa baligh menyebabkan anak itu banyak memperhatikan masalah-masalah seks secara berlebihan, hingga menyita sebagian besar waktu dan fikirannya. Dengan itu mereka akan terdorong untuk membaca buku-buku dengan harapan bisa memperoleh pengetahuan yang cukup tentang seks. Bahkan yang menjadi masalah ketika mereka mencari referensi yang kurang pas untuk memuaskan rasa hausnya tentang informasi tersebut, seperti menerima informasi dari temannya, pembantu, dari jalan, buku- buku murahan dan film-film porno yang banyak digandrungi belakangan ini. Kondisi seperti ini berbahaya sekali bagi anak pada masa ini, dan juga bagi manusia pada setiap fase umurnya. Dan terkadang hal ini yang dapat menyebabkan sang remaja mengalami penyimpangan seksual. Biasanya remaja menentang pengarahan orang tua yang berhubungan dengan kaidah-kaidah akhlak dalam kelakuannya, akan tetapi mereka sebenarnya menanti-nanti bantuan orang tua, bahkan boleh jadi merasa goncang apabila orangtua mereka berhenti menasehati dan berusaha tidak mencampuri urusan mereka. Dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh H.H Remmers dan C. G. Hacket dan ditulis dalam buku mereka 4 , menyatakan sembilan dari sepuluh orang remaja menyatakan bahwa mereka mengharapkan dari orangtuanya untuk memberi tahukan tentang hal yang salah dan benar. Hanya saja terkadang, banyak orang tua yang mensia- 4 H.H Remmers dan C.G.Hacket, Lets Listen to Youth, Memahami Persoalan Remaja. Diterjemahkan dari Bahasa Arab oleh Prof . Dr. Zakiah Daradjat, Jakarta . PT. Bulan Bintang. 1984, h. 46. siakan kesempatan yang memungkin untuk membantu anak-anak mereka, terutama dalam usaha menghindari berbagai bentuk masalah, salah satunya masalah seks bebas. Jadi, sudah sangat jelas sering mendengar bahwa dalam jiwa pemberontakan remaja, sebagian besar dari mereka masih banyak yang merindukan perhatian dan dituntun oleh orangtua mereka. Oleh karena itu, peran orang tua atau anggota keluarga yang lain sangat penting dalam membentuk kepribadian seorang anak. Sepintas lalu tampaknya mendengar itu adalah pasif. Padahal mendengar dapat merupakan suatu kegiatan aktif dalam arti yang sebenarnya. Dan aktif dalam mendengarlah yang memberikan arti bagi remaja. Orang yang penuh dengan berbagai perasaan dan penderitaan kejiwaan, ingin menumpahkan apa yang menyenak dadanya kepada seseorang yang penyayang, dapat dipercaya, yang sangat penting adalah dua hal yaitu keras dan penyayang. Keras tanpa kekasaran dan lembut tanpa kelemahan. Itulah sebuah arti dari mendengar, yang hendak peneliti kemukakan di sini adalah dalam mendengar terhadap luahan remaja. Remaja menderita berbagai persoalan, maka semua yang berada di lingkungan mereka dituntut terlibat sama untuk duduk mendengarkan persoalan- persoalan mereka, memahami dan membimbing mereka dalam mencari penyelesaian bagi persoalan-persoalan tersebut baik dalam kelompok atau sendiri. Maka ini sangat membutuhkan perhatian yang khusus, jangan menyangka bahwa penyelesaian persoalan remaja, hanya menuntut kepada remaja saja tanpa dengan orang yang lainnya, terutama sekali adalah keluarganya. Kenapa remaja membutuhkan perhatian besar dari semua pihak, ini karena bahwa remaja dari umur 13- 21 tahun sedang melalui suatu masa di mana ia meninggalkan di belakangnya masa kanak-kanak yang lemah, menghadap masa dewasa yang mantap, baik laki-laki atau wanita. Ketika orang melalui masa ini maka pemikiran, angan-angan, cita-cita dan perasaannya terpengaruh oleh masa lalu dan oleh harapan-harapan masa mendatang. 5 Maka di sini masalah-masalah tidak bertemu secara sehat dan mantap, akan tetapi diganggu oleh berbagai goncangan, badai dan topan. Oleh karena itu, dari sini penulis bisa menyimpulkan dan memahami bahwa seharusnya remaja kecil itu dibantu untuk melalui masa peralihan dengan cara menambah kepercayaan kepada dirinya dan orang-orang dalam lingkungannya. Persoalan dilema remaja bukanlah seluruhnya persoalan remaja, tetapi ini juga persoalan orangtua yang mengalami kesulitan dalam menghadapi anak- anaknya, karena jalan pikiran anak-anak tidak sesuai dengan pemikiran mereka. Seperti remaja yang dibesarkan dalam keluarga dimana bapaknya ingin mengarahkan anak tersebut seperti ia membimbingnya diwaktu kecil. Remaja berontak terhadap hal itu, karena ia tidak kecil lagi, bahkan ia telah merasa dewasa, ia harus diperlakukan seperti orang dewasa yang merdeka dan bebas. Maka dari sini juga bisa mulai persoalan, bahkan mungkin meningkat. Dalam hal seperti ini, diperlukan pengarahan bagi orangtua dan bagi anak-anak secara perseorangan dan bersama-sama. Apa yang dilakukan oleh remaja pada umumnya merupakan produk dari konsitusi anggota keluarga dan lingkungan tetangga dekat, ditambah dengan nafsu dan keinginan di masa remaja yang tidak terkendali. 5 Ibid, h. 30 Semua itu mempengaruhi mental dan kehidupan remaja yang belum matang dan sangat labil. Oleh karena itu, bahwa persoalan remaja adalah persoalan yang sangat rumit dan perlu perhatian yang khusus dalam menanganinya. Apa sebenarnya yang dibutuhkan remaja, mereka butuh perhatian, sebagian besar remaja sanggup melakukan apa saja supaya lingkungannya terutama keluarga untuk memperhatikannya, akan tetapi mereka juga tidak mau dikekang dalam arti ingin bebas dan tidak mau siapapun mencampuri urusannya. Remaja bukan hanya memiliki persoalan dengan dirinya saja, tetapi persoalannya dengan keluarga. Diantara persoalan remaja dengan keluarga adalah persoalan dengan keluarga yang membesarkannya, dan persoalannya tentang keinginannya untuk bebas. Sedangkan keluarganya telah terbiasa memperlakukannya seperti anak kecil. Ini adalah sebuah bentuk konflik yang sangat kompleks dan bisa berakhir dengan suatu kejadian yang tidak diinginkan disebabkan oleh ketidak stabilan emosi di usia remaja. Dari situasi yang penuh konflik di atas, maka benang merah dalam penelitian ini adalah, persoalan kenakalan remaja. Dalam penelitian ini, salah satu bentuk kenalakan remaja akan dibahas secara mendalam yaitu perilaku seks bebas pada remaja. Tentunya, perilaku ini tidak terbentuk begitu saja tanpa ada faktor- faktor pendorong yang bisa mengakibatkan semua ini terjadi. Siapa yang harus dijadikan kambing hitam ketika melihat kembali hasil penelitian Synovate Research yang dilakukan sejak September 2004 tentang prilaku seksual remaja di empat kota. Yaitu Jakarta, Bandung, Medan dan Surabaya. Dari 450 responden berusia 15-24 tahun yang tersebar di 4 kota tersebut, 44 persen responden mengaku bahwa mereka sudah pernah mempunyai pengalaman seks di usia 16 sampai 18 tahun. Sementara 16 persen lainnya mengaku pengalam seks itu sudah mereka dapatkan saat berusia antara 13-15 tahun. 6 Selain itu, pengakuan mereka menyatakan bahwa rumah adalah tempat paling favorit sebanyak 40 persen untuk melakukan hubungan seks bebas dan sisanya, mereka memilih hubungan seks di tempat kost, 26 persen, dan di hotel, 26 persen. Data di atas menunjukkan bahwa pola hidup seks bebas sudah dianut oleh sebagian remaja, ini jelas sangat memprihatinkan. Dengan fakta seperti ini, hubungan seks seolah-olah menjadi suatu hal yang sangat gampang dan murah. Hubungan seks bebas begitu mudahnya dilakukan atas nama “cinta” dan “kasih sayang”. Sebagian remaja bahkan ada yang berpandangan bahwa tidak dinamakan pacaran kalau belum melakukan persetubuhan. Tidak mengherankan jika seks bebas menjadi tidak asing lagi di kalangan remaja. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti terdorong untuk menganalisa perilaku seks bebas pada remaja, dengan identifikasinya faktor-faktor yang mendorong kenakalan remaja yang semakin memanas disana- sini, khususnya prilaku seks bebas. Penelitian ini berdasarkan kasus di kawasan padat penduduk di Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian ini dengan menentukan judul, yakni “ ANALISIS TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA Kasus Pada Remaja Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat”. 6 Ustaz. Jefri Al-Bukhori, Senandung Cinta. Panduan Menjadi Remaja Yang Berbudi dan Berprestasi, Jakarta. Pustaka Al-Mawardi, 2006, h. 37-38

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah