Analisis terhadap perilaku seks bebas pada remaja : kasis pada remaja srenseng. kebangkitan jakarta barat

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.kom.I)

Oleh :

Nawal Azka Faisal

NIM : 106052001967

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M.


(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Nawal Azka Faisal NIM : 106052001967

Pembimbing,

Dra. HJ. Asriati Jamil, M. Hum NIP : 196104221990032001

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M.


(3)

1. Skripsi ini karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar srata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(4)

ANALISIS TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA (Kasus Pada Remaja Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat )

Penelitian mengenai analisis terhadap perilaku seks bebas pada remaja dilaksanakan oleh peneliti pada remaja Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat. Hurlock mendefinisikan Masa remaja dimulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir pada saat ia mencapai usia matang secara fisik dan psikis. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Sedangkan perilaku seks bebas adalah perbuatan hubungan intim suami istri di luar pernikahan dan tanpa ikatan yang jelas. Prilaku seks bebas bisa terjadi kapan saja dan dimana saja.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif terhadap data yang diperoleh dari wawancara mendalam, observasi terhadap tiga remaja yang dikategorikan remaja penganut perilaku seks bebas. Selanjutnya untuk mengetahui faktor kecenderungan terjadinya perilaku seks seksual tersebut, penulis melakukan analisis / studi kasus terhadap data yang diperoleh dari masing-masing remaja yang bersangkutan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rasa ketidaktahuan penulis tentang sejauh mana keterlibatan remaja terhadap perilaku seks bebas. Ini karena penulis meyakini dengan fakta yang ada bahwa semakin hari semakin meningkat jumlah remaja yang terjerat dalam perilaku seks bebas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah remaja yang menganut perilaku seks bebas semakin meningkat pada saat ini. Banyak faktor yang menggiring mereka ke dalam jebakan seks bebas. Diantara faktor yang ditemukan adalah, sebagai berikut :

1. Kematangan sosial yang seperti tidak memperdulikan batas-batas pertemanan antara lawan jenis.

2. Mengkhianati kebebasan dan kepercayaan yang telah diberikan oleh orangtua.

3. Rasa ingintahu dan mencoba yang sangat tinggi, akibat dari kontrol berlebihan yang diberikan oleh orangtua.

4. Pengaruh lingkungan sekitar dan teman dekat, Sahabat atau pacar 5. Pendidikan seks dini yang masih sangat tabu yang diberikan

orangtua kepada anak-anak.


(5)

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. yang memberi hidayah kepada hamba-NYA yang memohon petunjuk kepadanya-NYA, agar diselamatkan dari jalan kesesatan dan tipu daya syaitan, dan dengan izin-NYA juga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ya Allah, semoga Engkau menurunkan rahmat kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang berhasil merubah akhlak dari zaman jahiliyah menuju ke zaman penuh ketauhidan dan akhlakul karimah. Semoga shalawat dan salam juga tercurahkan kepada ahlul bait beliau dan para sahabatnya.

Dengan penuh rasa kerendahan hati, penulis menyadari dan mengakui penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan juga tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis membalas jasanya. Namun berkat doa, bantuan serta dukungan yang begitu banyak dari berbagai pihak, Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyusun skripsi ini hingga selesai dengan

judul “ ANALISIS TERHADAP PRILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA (

Kasus Pada Remaja, Srengseng, Kembangan, Jakarta barat ) ”

Dengan penuh rasa hormat, penulisan skripsi ini begitu banyak mendapatkan bantuan, motivasi, teguran, semangat serta doa dan nasehat yang selalu mengiringi dalam pembuatan skripsi. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak DR. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin


(6)

Islam, serta ibu Dra. Nasichah, M. Ag, selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

3. Ibu Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum, selaku Pembimbing skripsi yang telah mengorbankan waktu dan ilmu untuk memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini akan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

4. Ibu Prof. DR. Ismah Salman, M.Hum, selaku Pembimbing Akademik Mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2006.

5. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak membri tunjuk ajar, bantuan, ilmu dan pengalaman. Dan juga untuk perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas memadai atas buku-bukunya.

6. Yang paling dicintai dan dihormati yaitu ayahanda Faisal Hasan Sufi, beserta Ibunda Khadijah Muhammad, suami, Ramadhani Ali Murtala Lc. MA. dan adik-adik tercinta (zaki, imad, zuhairah, manal, dan sumairah) yang telah mencurahkan kasih sayang dan perhatian, serta segala pengorbanan dalam bentuk apapun sehingga penulis mampu menyelesaikan kuliah dan meraih gelar sarjana.

7. Informan (keluarga Pak Ferdi dan Pak Slamet) yang ikut berpartisipasi dalam memberikan informasi dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga kebaikannya dibalas dengan kebaikan oleh Allh SWT.

iii ii


(7)

iii

9. Para sahabat dan kerabat, serta semua pihak yang tidak dapat penulis cantumkan satu persatu, dengan penuh kerendahan hati, untuk kesian kalinya penulis mengucapkan jutaan terima kasih atas doa dan dukungannya. Semoga bantuan dan kerjasama yang baik ini dibalas oleh Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya. Amien.


(8)

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...v

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...11

D. Metodologi Penelitian...13

E. Tinjaun Pustaka...16

F. Sistematika Penulisan ...20

BAB II LANDASAN TEORI A. Prilaku Seks Bebas...18

1. Pengertian Prilaku Seks Bebas...18

2. Faktor-faktor Seks Bebas...19

3. Dampak dari Seks Bebas ...22

B. Remaja ...25

1. Pengertian Remaja ...25

2. Batas Usia Remaja ...26

3. Tugas Perkembangan Remaja...27

4. Kecendrungan Seks Bebas Pada Remaja ...28


(9)

vi

A. Letak Geografis ...33

B. Kondisi Sosial Masyarakat Srengseng ...33

C. KondisiFisik...35

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Subjek Peneltian...36

B. Deskripsi Kasus Perilaku Seks Bebas Pada Remaja ...37

C. Interpretasi Antar Kasus...42

D. Analisa Hasil Penelitian ...45

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...55

B. Saran...57

DAFTAR PUSTAKA...58


(10)

A. Latar Belakang Masalah

Belakangan ini praktek seks bebas yang menjalar di kalangan remaja telah menjadi masalah serius. Berubahnya oreintasi seks para remaja, dari berhubungan intim suami istri yang sah kepada pemenuhan hasrat seksual tanpa ikatan apapun. Masa belasan tahun lalu amat jauh berbeda dengan masa sekarang, terutama dalam hal membicarakan masalah seks bebas. Dewasa ini seks bebas bukan lagi menjadi hal yang tabu. Fenomena seks bebas di kalangan remaja seperti sebuah fenomena gunung es. Yaitu, fenomena yang tertutup rapat namun sebenarnya banyak dilakukan. Hal itu masih belum ditambah oleh jumlah mereka yang melakukannya tanpa diketahui oleh masyarakat.

Berbicara soal remaja, maka tidak akan pernah lepas dari percintaan remaja. Tentu semua remaja telah mengalaminya, sebagian remaja di dunia termasuk Indonesia mempunyai suatu cara untuk mengekspresikan percintaan remaja itu sendiri yang biasa disebut sebagai "pacaran". Pacaran, bukan hal yang tabu lagi di kalangan sebagian remaja saat ini.

Dengan berbagai macam pula remaja tersebut mengekspresikan rasa cintanya pada sang ‘pacar’. Mulai dari yang biasa sampai yang tidak bisa diterima secara moral karena perbuatan mereka telah melanggar ketentuan norma yang ada. Salah satu cara yang merupakan cara yang paling tidak diterima di kalangan


(11)

masyarakat timur adalah seks bebas. Seks bebas yang sering dikenal dengan kata “freesex” kini mulai mewabah di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Dalam ajaran Islam tentang prilaku seks bebas sudah sangat jelas hukumnya. Islam mengharuskan setiap pemeluknya, laki-laki dan wanita untuk menjaga kehormatannya dan tidak menyerahkan kesuciannya kecuali kepada pasangan hidup yang sah menurut ajaran agama dan menjauhi hal-hal yang dapat membawa kepada ternodanya kesucian. Dalam al-Quran kepada kaum laki-laki Allah S.W.T berfirman dalam surah an-Nur ayat 30 :

Artinya

:

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".(Q.S. An-Nur:30).

Sementara kepada kaum wanita yang beriman Allah S.W.T lebih menekankan lagi tentang pentingnya mereka menjaga kehormatan dan menghindarkan diri dari perbuatan yang dapat membawa kepada timbulnya permasalahan yang dapat menodai kesucian. Dalam al-Quran Allah berfirman, an-Nur : 31


(12)

Artinya

:

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Q.S. An-Nur:31).

Dari dua ayat di atas, sudah sangat jelas bahwa Allah SWT melarang keras orang yang beriman, baik laki-laki maupun wanita untuk menyerahkan


(13)

kehormatannya kepada orang lain yang bukan suaminya , namun bagaimana memahami fenomena seks bebas yang marak menjadi budaya hidup di kalangan remaja saat ini, tentu tidak mudah menyadarkan remaja dengan hanya membacakan dua ayat di atas kepada mereka, pada kenyataannya masalah cinta adalah masalah terbesar yang dialami remaja, hampir 80 persen masalah yang dihadapi remaja tentang cinta.1 Yang perlu difahami juga, paradigma umum remaja tentang kasih sayang dan cinta hanya dengan “berpegangan, berpelukan dan bahkan berciuman” menurut sebagian remaja itu hanya sebatas cinta. Dan itulah kasih sayang dan bukti cinta. Sedangkan Allah juga memerintahkan kaum beriman, laki-laki dan wanita untuk menjauhi perbuatan dan segala hal yang dapat menyebabkan terjadinya perbuatan zina. Allah berfirman dalam surah al-Isra : 32

Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (Q.S Al-Isra: 32)

Untuk membahas jauh tentang prilaku seks bebas pada remaja, ada baiknya jika peneliti menjelaskan siapakah remaja ini sehingga seringkali remaja menjadi soroton tajam masyarakat. Sedangkan, sudah pasti seks bebas bukan hanya dilakukan oleh remaja, namun ada juga sebagian besar dilakukan oleh mereka yang sudah berada pada periode dewasa dalam hidupnya. Namun di sini peneliti hanya ingin meyorot seks bebas yang dilakukan oleh remaja.

1

Marenda Darwis, Kafe Curhat Remaja. Seri Pengembangan Pribadi Remaja, (Eureka. Solo), h.18


(14)

Seperti yang diketahui, masa transisi pasti dialami oleh semua remaja, dimana pada masa transisi itu para remaja sedang mengalami perubahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Kelabilan pada masa transisi ini membuat mereka sering membuat sensasi untuk menarik perhatian umum tentang keberadaan mereka. Ada sensasi yang mereka buat terkadang bermuatan positif. Namun bagi remaja yang lemah aqidah dan mempunyai dasar akhlak yang kurang memadai, seringkali membuat sensasi-sensasi yang bernada negatif, bahkan sering juga menjurus kedalam kriminalitas. Dan sensasi negatif inilah yang membuat sebagian remaja terjerumus dalam lingkaran maksiat yang berterusan seperti prilaku seks bebas.

Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.2 Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.3 Perlu diketahui juga, tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, namun sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsukuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Misalnya, masalah yang berhubungan dengan percintaan merupakan masalah yang pelik pada periode ini dan oleh karena itulah, perilaku seks bebas rentan menyambangi kehidupan anak pada periode ini.

2

Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan, ( Jakarta. PT. Gelora Aksara Pratama ), edisi kelima. h. 206

3


(15)

Di antara salah satu fenomena psikologis anak pada masa remaja adalah mempunyai perhatian yang besar terhadap masalah-masalah seks. Ini karena pertumbuhan organ-organ seks pada diri anak dimasa baligh menyebabkan anak itu banyak memperhatikan masalah-masalah seks secara berlebihan, hingga menyita sebagian besar waktu dan fikirannya. Dengan itu mereka akan terdorong untuk membaca buku-buku dengan harapan bisa memperoleh pengetahuan yang cukup tentang seks. Bahkan yang menjadi masalah ketika mereka mencari referensi yang kurang pas untuk memuaskan rasa hausnya tentang informasi tersebut, seperti menerima informasi dari temannya, pembantu, dari jalan, buku-buku murahan dan film-film porno yang banyak digandrungi belakangan ini.

Kondisi seperti ini berbahaya sekali bagi anak pada masa ini, dan juga bagi manusia pada setiap fase umurnya. Dan terkadang hal ini yang dapat menyebabkan sang remaja mengalami penyimpangan seksual. Biasanya remaja menentang pengarahan orang tua yang berhubungan dengan kaidah-kaidah akhlak dalam kelakuannya, akan tetapi mereka sebenarnya menanti-nanti bantuan orang tua, bahkan boleh jadi merasa goncang apabila orangtua mereka berhenti menasehati dan berusaha tidak mencampuri urusan mereka. Dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh H.H Remmers dan C. G. Hacket dan ditulis dalam buku mereka4, menyatakan sembilan dari sepuluh orang remaja menyatakan bahwa mereka mengharapkan dari orangtuanya untuk memberi tahukan tentang hal yang salah dan benar. Hanya saja terkadang, banyak orang tua yang

4

H.H Remmers dan C.G.Hacket, Lets Listen to Youth, Memahami Persoalan Remaja. Diterjemahkan dari Bahasa Arab oleh Prof . Dr. Zakiah Daradjat, ( Jakarta . PT. Bulan Bintang. 1984), h. 46.


(16)

siakan kesempatan yang memungkin untuk membantu anak-anak mereka, terutama dalam usaha menghindari berbagai bentuk masalah, salah satunya masalah seks bebas.

Jadi, sudah sangat jelas sering mendengar bahwa dalam jiwa pemberontakan remaja, sebagian besar dari mereka masih banyak yang merindukan perhatian dan dituntun oleh orangtua mereka. Oleh karena itu, peran orang tua atau anggota keluarga yang lain sangat penting dalam membentuk kepribadian seorang anak. Sepintas lalu tampaknya mendengar itu adalah pasif. Padahal mendengar dapat merupakan suatu kegiatan aktif dalam arti yang sebenarnya. Dan aktif dalam mendengarlah yang memberikan arti bagi remaja. Orang yang penuh dengan berbagai perasaan dan penderitaan kejiwaan, ingin menumpahkan apa yang menyenak dadanya kepada seseorang yang penyayang, dapat dipercaya, yang sangat penting adalah dua hal yaitu keras dan penyayang. Keras tanpa kekasaran dan lembut tanpa kelemahan. Itulah sebuah arti dari mendengar, yang hendak peneliti kemukakan di sini adalah dalam mendengar terhadap luahan remaja.

Remaja menderita berbagai persoalan, maka semua yang berada di lingkungan mereka dituntut terlibat sama untuk duduk mendengarkan persoalan-persoalan mereka, memahami dan membimbing mereka dalam mencari penyelesaian bagi persoalan-persoalan tersebut baik dalam kelompok atau sendiri. Maka ini sangat membutuhkan perhatian yang khusus, jangan menyangka bahwa penyelesaian persoalan remaja, hanya menuntut kepada remaja saja tanpa dengan orang yang lainnya, terutama sekali adalah keluarganya. Kenapa remaja membutuhkan perhatian besar dari semua pihak, ini karena bahwa remaja dari


(17)

umur 13- 21 tahun sedang melalui suatu masa di mana ia meninggalkan di belakangnya masa kanak-kanak yang lemah, menghadap masa dewasa yang mantap, baik laki-laki atau wanita. Ketika orang melalui masa ini maka pemikiran, angan-angan, cita-cita dan perasaannya terpengaruh oleh masa lalu dan oleh harapan-harapan masa mendatang. 5

Maka di sini masalah-masalah tidak bertemu secara sehat dan mantap, akan tetapi diganggu oleh berbagai goncangan, badai dan topan. Oleh karena itu, dari sini penulis bisa menyimpulkan dan memahami bahwa seharusnya remaja kecil itu dibantu untuk melalui masa peralihan dengan cara menambah kepercayaan kepada dirinya dan orang-orang dalam lingkungannya.

Persoalan dilema remaja bukanlah seluruhnya persoalan remaja, tetapi ini juga persoalan orangtua yang mengalami kesulitan dalam menghadapi anak-anaknya, karena jalan pikiran anak-anak tidak sesuai dengan pemikiran mereka. Seperti remaja yang dibesarkan dalam keluarga dimana bapaknya ingin mengarahkan anak tersebut seperti ia membimbingnya diwaktu kecil. Remaja berontak terhadap hal itu, karena ia tidak kecil lagi, bahkan ia telah merasa dewasa, ia harus diperlakukan seperti orang dewasa yang merdeka dan bebas. Maka dari sini juga bisa mulai persoalan, bahkan mungkin meningkat. Dalam hal seperti ini, diperlukan pengarahan bagi orangtua dan bagi anak-anak secara perseorangan dan bersama-sama. Apa yang dilakukan oleh remaja pada umumnya merupakan produk dari konsitusi anggota keluarga dan lingkungan tetangga dekat, ditambah dengan nafsu dan keinginan di masa remaja yang tidak terkendali.

5


(18)

Semua itu mempengaruhi mental dan kehidupan remaja yang belum matang dan sangat labil.

Oleh karena itu, bahwa persoalan remaja adalah persoalan yang sangat rumit dan perlu perhatian yang khusus dalam menanganinya. Apa sebenarnya yang dibutuhkan remaja, mereka butuh perhatian, sebagian besar remaja sanggup melakukan apa saja supaya lingkungannya terutama keluarga untuk memperhatikannya, akan tetapi mereka juga tidak mau dikekang dalam arti ingin bebas dan tidak mau siapapun mencampuri urusannya. Remaja bukan hanya memiliki persoalan dengan dirinya saja, tetapi persoalannya dengan keluarga. Diantara persoalan remaja dengan keluarga adalah persoalan dengan keluarga yang membesarkannya, dan persoalannya tentang keinginannya untuk bebas. Sedangkan keluarganya telah terbiasa memperlakukannya seperti anak kecil. Ini adalah sebuah bentuk konflik yang sangat kompleks dan bisa berakhir dengan suatu kejadian yang tidak diinginkan disebabkan oleh ketidak stabilan emosi di usia remaja.

Dari situasi yang penuh konflik di atas, maka benang merah dalam penelitian ini adalah, persoalan kenakalan remaja. Dalam penelitian ini, salah satu bentuk kenalakan remaja akan dibahas secara mendalam yaitu perilaku seks bebas pada remaja. Tentunya, perilaku ini tidak terbentuk begitu saja tanpa ada faktor-faktor pendorong yang bisa mengakibatkan semua ini terjadi. Siapa yang harus dijadikan kambing hitam ketika melihat kembali hasil penelitian Synovate Research yang dilakukan sejak September 2004 tentang prilaku seksual remaja di empat kota. Yaitu Jakarta, Bandung, Medan dan Surabaya. Dari 450 responden


(19)

berusia 15-24 tahun yang tersebar di 4 kota tersebut, 44 persen responden mengaku bahwa mereka sudah pernah mempunyai pengalaman seks di usia 16 sampai 18 tahun. Sementara 16 persen lainnya mengaku pengalam seks itu sudah mereka dapatkan saat berusia antara 13-15 tahun.6 Selain itu, pengakuan mereka menyatakan bahwa rumah adalah tempat paling favorit sebanyak 40 persen untuk melakukan hubungan seks bebas dan sisanya, mereka memilih hubungan seks di tempat kost, 26 persen, dan di hotel, 26 persen.

Data di atas menunjukkan bahwa pola hidup seks bebas sudah dianut oleh sebagian remaja, ini jelas sangat memprihatinkan. Dengan fakta seperti ini, hubungan seks seolah-olah menjadi suatu hal yang sangat gampang dan murah. Hubungan seks bebas begitu mudahnya dilakukan atas nama “cinta” dan “kasih sayang”. Sebagian remaja bahkan ada yang berpandangan bahwa tidak dinamakan pacaran kalau belum melakukan persetubuhan. Tidak mengherankan jika seks bebas menjadi tidak asing lagi di kalangan remaja.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti terdorong untuk menganalisa perilaku seks bebas pada remaja, dengan identifikasinya faktor-faktor yang mendorong kenakalan remaja yang semakin memanas disana- sini, khususnya prilaku seks bebas. Penelitian ini berdasarkan kasus di kawasan padat penduduk di Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat.

Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian ini dengan menentukan judul, yakni “ ANALISIS TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA (Kasus Pada Remaja Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat)”.

6

Ustaz. Jefri Al-Bukhori, Senandung Cinta. Panduan Menjadi Remaja Yang Berbudi dan Berprestasi, (Jakarta. Pustaka Al-Mawardi, 2006), h. 37-38


(20)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dengan adanya uraian yang peneliti paparkan pada latar belakang, untuk memfokuskan pembahasan maka peneliti membatasi masalah pada prilaku seks bebas remaja. Untuk mempermudah dan menghindari salah pengertian serta mempertegas ruang lingkup pembahasan, maka penulis memandang perlu menyampaikan batasan-batasan terhadap beberapa istilah yang terdapat dalam judul di atas. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan antara lain :

1. Prilaku seks bebas, atau lebih dikenal dengan freesex, yaitu segala bentuk penyimpangan prilaku seksual pranikah pada remaja.

2. Remaja. Peneliti memfokuskan pada remaja akhir. Usia 16 sehingga 21 tahun.

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Sejauh mana perilaku seks bebas sudah mewabak dikalangan remaja ? 2. Apakah penyebab kecendrungan remaja terlibat dalam seks bebas ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah :

1.1 Ingin menganalisa sejauh mana perilaku seks bebas sudah mewabak dikalangan remaja

1.2 Ingin mengetahui penyebab kecendrungan yang sudah membuat moral dan akhlak remaja merosot tajam pada saat ini.


(21)

2. Manfaat Penelitian 2.1 Manfaat akademis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat merupakan sumbangan pemikiran ilmiah yang dapat menambah pengetahuan dalam bidang ilmu dan bimbingan konseling remaja.

2.2 Manfaat Praktis

2.2.a. Remaja. Memberikan gambaran secara khusus mengenai penyesuaian diri remaja yang dihadapkan dengan kepribadian yang bimbang, karena dapat menjadi acuan untuk mengatasi masalah-masalah remaja yang menjadi remaja yang bermasalah-masalah.

2.2.b. Orang Tua. Hal ini merupakan salah satu cara untuk memberikan pengertian tentang pentingnya keterbukaan dan perhatian yang khusus pada anak remaja yang terus beranjak dewasa.

2.2.c. Masyarakat. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi orang tua dengan penuh kesadaran untuk membangun keluarga yang sakinah, mawadah, wa rahmah dengan dilandaskan pada pendidikan agama dengan cara memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak dari sedini mungkin.


(22)

Metode adalah, cara kerja untuk memahami suatu objek. Dengan demikian metode mempunyai arti yang sangat penting dalam penulisan karya ilmiah, karena akan memperlancar proses pembahasan dalam penelitian skripsi ini. Dalam penelitian ini, peneliti memilih melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskiptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti (Taylor dan Bogdan) sebagaimana yang telah dikutip oleh Bagong Suyanto Sutinah dalam bukunya 7 .

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada 12 Januari- 12 Februari 2010.

2. Jenis Penelitian

Menurut jenisnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, kualitatif berasal dari kata ’kualitas’ atau ’quality’ yang berarti mutu, sifat, ciri-ciri.8 Berarti, jika berbicara tentang kualitatif, berarti berbicara mengenai hal-hal yang bersifat mutu, ciri-ciri dan sifat sesuatu atau seseorang. Demikian pula jika berbicara mengenai manusia sebagai bahan pembicaraan atau kajian. Meskipun berasal dari latar belakang dan populasi yang sama, dipastikan bahwa tak satu pun yang memiliki sifat, ciri-ciri dan ’mutu’ yang sama. Maka dalam penelitian ini peneliti

7

Bagong Suyanto Sutinah (ed), Metode Penelitian Social, Berbagai Alternative Pendekatan, (Jakarta, Prenada Media Group. 2005), h. 166.

8


(23)

mengunakan diri sebagai instrumen. Dalam berupaya mencapai wawasan imajinatif kedalam dunia informan, peneliti diharapkan fleksibel dan reflektif tetapi tetap mengambil jarak. Pada hakekatnya penelitian kualitatif ini digunakan karna beberapa pertimbangan antara lain: pertama, menyesuaikan metode kualiatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan informan; ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman, pengaruh bersama dari terhadap pola-pola yang dihadapi. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Studi Kasus (case study) yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap informan. Oleh karena itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran yang utuh dan terorganisasi dengan baik tentang komponen-komponen tertentu, sehingga dapat memberikan kevalidan hasil penelitian.

3. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah remaja yang bertempat tinggal di kawasan Srengseng, Kembangan. Jakarta Barat. Dari pengamatan selama ini, kehidupan remaja yang rata-rata harus menikah karena mengalami kehamilan di luar nikah. Maka peneliti ingin memahami lebih dekat kenapa sensasi seks bebas begitu menjamur di kawasan ini.


(24)

Yang dijadikan sebagai sumber informasi untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian ini adalah:

4.1 Tiga orang remaja pelaku seks bebas yang terpenting adalah mereka setuju untuk berbagi kisah tentang dirinya.

4.2 Keluarga dan juga kerabat remaja

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini maka peneliti mengunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan, yaitu : a. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Observasi sebagai alat pengumpulan data dapat dilakukan secara spontan dapat pula dengan daftar isian yang telah disiapkan sebelumnya. Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan penilaian atas perubahan tersebut.


(25)

b. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan terhadap dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai tiga remaja yang bertempat tinggal di Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat, dan mereka melakukan seks bebas.

E. Tinjaun Pustaka

Dalam hal ini peneliti mengumpulkan informasi-informasi apa saja sebagai landasan teori terhadap buku-buku yang berkaitan dengan penelitian analisis perilaku seks bebas pada remaja.

Untuk menentukan judul skripsi penulis melakukan tinjauan pustaka

1. Penelitian Dr. Sarlito Wirawan Sarwono tentang “Pergeseran Norma Prilaku Seksual Kaum Remaja”. Sebuah penelitian terhadap remaja di Jakarta, yang terdiri dari 417 responden.

2. Survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Hasil survei PKBI, dikutip Media Indonesia, menyatakan bahwa sebanyak 85 persen remaja berusia 13-15 tahun mengaku telah berhubungan seks dengan pacar mereka. Penelitian pada 2005 itu dilakukan terhadap 2.488 responden di Tasikmalaya, Cirebon, Singkawang, Palembang, dan Kupang.


(26)

3. Penelitian lain dilakukan Annisa Foundation. 42,3 persen pelajar SMP dan SMA di Cianjur telah melakukan hubungan seksual. Menurut pengakuan mereka, hubungan seks itu dilakukan suka sama suka, dan bahkan ada yang berganti-ganti pasangan. Penelitian ini dilakukan Annisa Foundation (AF) pada Juli-Desember 2006 terhadap 412 responden, yang berasal dari 13 SMP dan SMA negeri serta swasta.

Sedangkan judul skripsi penulis adalah “ Analisis Terhadap Perilaku Seks Bebas ( Kasus Pada Remaja di Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat )." Sebuah penelitian yang berkaitan dengan perilaku seks bebas yang marak menjadi gaya hidup sebagian remaja saat ini.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN , pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian. Manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI, pada bab ini diuraikan mengenai pengertian, faktor, dan dampak dari prilaku seks bebas pada remaja. Dan juga perkenalan secara mendetail tentang remaja dan tugas perkembangannya.

BAB III : Pada bagian ini akan dibahas tentang letak geografis daerah Kawasan padat penduduk yang dijadikan tempat penelitian yaitu di Srengseng,


(27)

Kembangan, Jakarta Barat, serta latar belakang kehidupan masyarakat disini.

BAB IV : Bagian ini memuat dan membahas temuan lapangan, dan membahas tentang hasil dari penelitian Analisis Terhadap Prilaku Seks Bebas (Kasus Pada Remaja Srengseng, Kembangan , Jakarta Barat).

BAB V : PENUTUP, Kesimpulan Dan Saran DAFTAR PUSTAKA


(28)

A. Perilaku Seks Bebas

1. Pengertian Perilaku Seks Bebas

Seks di dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia berarti jenis kelamin1. Yaitu sifat atau ciri yang membedakan laki-laki dan perempuan. Maka perilaku seks adalah segala bentuk perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan seksual. Seksual adalah sesuatu yang ada hubungannya dengan seks atau yang muncul dari seks. Hubungan seksual mempunyai arti hubungan kelamin sebagai salah satu bentuk kegiatan penyaluran dorongan seksual.2 Bebas pula bermaksud lepas sama sekali ataupun merdeka3.

Oleh karena itu, maka, secara deskriptif yang dimaksud dengan perilaku seks bebas adalah perbuatan hubungan intim suami istri di luar pernikahan dan tanpa ikatan yang jelas. Perilaku seks bebas bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. 4 Prilaku seks bebas adalah pergaulan seks tanpa mengira pasangan, seks bebas merupakan aktivitas yang tidak sehat karena banyak membawa dampak negatif baik pada kehidupan sosial

1

Tri Kurnia Nurhayati, M.Pd. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta. Eska Media . 2005), h. 687

2

Pengurus Dharma Wanita Persatuan Kota Bandung. “Dampak Seks Bebas”artikel di akses pada 1 Januari 2010 di http://www.scribd.com/doc/19294352/dampak-seks-bebas

3

Tri Kurnia Nurhayati, M.Pd. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta. Eska Media . 2005), h. 130

4

Achmad Saptono (Mahasiswa Sosiologi FISIP-UNSOED) “Perilaku Seks Bebas di kalangan Remaja dan Orang (Dewasa) Sudah Berkeluarga (sebuah kajian tentang perilaku dan kebutuhan)”, artikel diakses pada 31 Desember 2009 dari http://www.scribd.com/doc/13753330/Free-Sex.


(29)

maupun pada pribadi remaja yang melakukan seks bebas tersebut. Namun yang menjadi persoalannya, faktor apakah yang mendorong sebagian remaja terjebak dalam prilaku seks bebas ini.

2. Faktor-faktor Seks Bebas Pada Remaja

2.1 Perkembangan Seksual

Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dan perempuan. Karakter seksual masing-masing jenis kelamin memiliki spesifikasi yang berbeda hal ini seiring dengan pendapat haurlock, yang mengemukakan tanda-tanda kelamin sekunder yang penting pada laki-laki dan perempuan. Menurut haurlock, pada remaja putra : tumbuh rambut kemaluan, kulit menjadi kasar, otot bertambah besar dan kuat, suara membesar dan lain-lain. Sedangkan pada remaja putri : pinggul melebar, payudara mulai tumbuh, tumbuh rambut kemaluan, mulai mengalami haid, dan lain-lain. Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja ke arah kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. 5 2.2 Rasa ingin tahu dan mencoba

Karena meningkatnya minat pada seks, remaja akan berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja

5

Arrum Chyntia Yuliyanti , “Pendidikan Seks”. artikel di akses pada 2 Januari 2010 di http://www.scribd.com/doc/14823326/Pendidikan-S-E-K-S


(30)

yang merasa cukup mengetahui informasi tentang seks dari orangtuanya. Orangtua sering kali menabukan seksual, seringkali orangtua tidak senang mendengar pertanyaan anaknya tentang seks, sehingga mereka pun akan menunjukkan sikap marah dan melarang. Oleh karena itu, remaja mencari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya dengan cara membahas dengan teman-teman, membaca buku-buku tentang seks, atau yang lebih ekstrim mengadakan percobaan dengan masturbasi, bercumbu, atau bahkan bersenggama. Pada akhir masa remaja sebagian remaja laki-laki dan perempuan sudah mempunyai cukup informasi tentang seks guna memuaskan keingintahuan mereka.6 Berkembang pula opini seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu dicoba.

2.3 Zaman globalisasi dan Lemahnya Pegawasan

Terdapat berbagai macam alasan serta penyebab seks bebas bisa terjadi, salah satunya adalah adanya kesempatan, mengingat globalisasi zaman yang sudah semakin canggih dengan berbagai macam penemuan baru dalam bidang teknologi khususnya media massa, dalam hal ini seperti internet. Materi seks di media yang secara sengaja ditujukan untuk membangkit hasrat seksual. Segenap bentuk materi yang terkait dengan seks. Yang menjadi masalah adalah apabila orang terdorong untuk terus menerus mengkonsumsi tayangan atau bacaan tersebut karena dampak yang dirasakan adalah

6

Elizabeth B. Hurlock . Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan, (PT. Gelora Aksara Pratama. Jakarta ), edisi kelima, h. 266


(31)

terbangkitnya dorongan seksual. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah dampak tontonan dan bacaan tersebut pada kalangan remaja. Sangat wajar ketika manusia memiliki naluri seks dan karena itu wajar jika mereka merasa senang dengan materi seks. Namun demikian, bila remaja sering mengkonsumsi materi seks secara terus menerus, dorongan untuk menyalurkan hasrat seksualnya menjadi tinggi, karena itu, seperti sudah dikatakan, mengkonsumsi materi seks di media, remaja potensial mendorong tumbuhnya perilaku seks bebas yang tidak bertanggungjawab.

Maka dengan itu pengawasan dari orangtua sangat diperlukan. Karena di zaman globalisasi ini budaya barat dengan mudah masuk yang pada akhirnya selalu membuat kebudayaan bangsa ini semakin terkikis, hidup berfoya-foya, gaya hidup bebas, dan lain sebagainya. Pada saat yang lain gambar-gambar wanita dengan pakaian nyaris telanjang itu dapat disaksikan pada tayangan televisi dirumah. Tidak banyak pemirsa yang memprotes tayangan-tayangan itu. Orangtuapun sering membeli dan membawa pulang tabloid dan kalender dengan gambar wanita nyaris telanjang kemudian dipajang dirumahnya. Hampir tidak satupun keluarga yang memprotesnya seakan gambar-gambar itu sudah biasa. 7 Disamping ancaman media hiburan yang sangat mengerikan, kelalaian orangtua yang suka mengumbar kemesraan di depan anak juga menjadi salah satu faktor

7

Dr. Burhan Bungin. Pornomedia, Kontruksi Sosial Teknologi Telematika & Perayaan Seks di Media Massa, (Prenada Media, Bogor. 2003) , h. 79


(32)

yang kuat. Beberapa kasus pernah terjadi, seringkali disebabkan pada waktu kecilnya, anak melihat kedua orangtuanya melakukan persetubuhan. Meskipun mereka melihatnya dengan tanpa sengaja. Kejadian seperti ini bisa mengakibatkan seorang anak menjadi teransang dan mempraktekkannya dengan teman-temannya. Atau pacarnya jika sudah miliki pacar. Sehingga mereka melakukan pelanggaran seks pranikah. Dan diantara prilaku seksual yang sering dilakukan remaja saat ini antara lain sebagai berikut 8 :

1. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.

2. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.

3. Dampak dari Seks Bebas

3.1 Kehamilan di luar nikah

Dampak yang paling menonjol dari perilaku seks bebas adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Bagi remaja

8

Achmad Saptono (Mahasiswa Sosiologi FISIP-UNSOED) “Perilaku Seks Bebas di kalangan Remaja dan Orang (Dewasa) Sudah Berkeluarga (sebuah kajian tentang perilaku dan kebutuhan)”, artikel diakses pada 31 Desember 2009 dari http://www.scribd.com/doc/13753330/Free-Sex


(33)

putri yang harus menanggung kehamilan di luar nikah terancam putus sekolah dan harus menjalankan pernikahan dini, jika pasangannya mau bertanggung jawab, sebaliknya terjadi ketika pasangan tidak mau bertanggung, maka yang terjadi adalah tindakan aborsi ataupun melahirkan anak tanpa ayah yang pada akhirnya menjadi beban pada remaja putri karena harus mencari nafkah demi biaya membesarkan anaknya.

3.2 Dampak Psikologis

Secara psikologis seks bebas memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil dan takut ketahuan, lemahnya ikatan yang terjalin kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta beban moral karena mendapat penghinaan dari masyarakat. Dan akhirnya ia menjadi orang yang rendah diri di lingkungan sekitar. Belum lagi dia memikirkan tanggungjawab yang amat besar dan pasti terjadi, yaitu pertanggungjawaban di padang mahsyar pada hari kiamat nanti. Ditambah dengan siksa kubur yang menantinya sesudah ia meninggal dunia nanti.

3.3 Aborsi

Aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan perempuan terutama jika dilakukan secara sembarangan yaitu oleh mereka yang tidak terlatih. Pendarahan yang terus menerus serta infeksi yang terjadi setelah tindakan aborsi merupakan sebab utama


(34)

kematian perempuan yang melakukan aborsi. Selain kematian, aborsi itu juga bisa berakibat kerusakan leher rahim, kanker rahim dan juga kanker indung telur. Disamping itu aborsi juga berdampak pada kondisi psikologis, perasaan sedih karena kehilangan bayi, beban batin akibat timbulnya perasaan bersalah dan penyesalan yang dapat mengakibatkan depresi.

3.4 Meningkatkan resiko terjangkitnya penyakit menular seksual Berbagai penyakit menular seksual yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual, seseorang berisiko tinggi terkena penyakit ini bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Ada banyak macam penyakit yang bisa digolongkan sebagai penyakit menular seksual, diantaranya 9 :

a) Sifilis b) Hepatitis c) HIV dan AIDS d) Dan lain-lain.

Perilaku seks bebas sangat berbahaya pada remaja sehingga banyak menimbulkan dampak negatif, baik pada remaja putra maupun remaja putri. Biasanya dampak negatif atau akibat buruk dari prilaku seks bebas tersebut lebih berat dirasakan oleh remaja putri ketimbang remaja putra.

9

Arrum Chyntia Yuliyanti , “Pendidikan Seks”. artikel di akses pada 2 Januari 2010 di http://www.scribd.com/doc/14823326/Pendidikan-S-E-K-S


(35)

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.10 Hurlock Mendefinisikan masa remaja dimulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir pada saat ia mencapai usia matang secara fisik dan psikis. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. 11

Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.12 Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa yang berada dalam peralihan atau berada di atas jembatan goyang yang menghubungkan masa anak-anak dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri.13

Maka remaja tidak hanya dikenali dari idealisme dan keadaan psikis mereka saja yang sebagian telah disebut oleh peneliti di atas, tetapi dalam Islam sendiri telah disebutkan secara sempurna bagaimana karakteristik seorang anak remaja. Karakteristik artinya orang yang mempunyai sifat yang khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Sedangkan Remaja adalah mereka

10

Ibid, h. 206

11

Ibid , h. 206

12

Ibid, h. 212

13


(36)

yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju pada masa kedewasaan. Pada masa itu seorang remaja pasti akan mengalami sederetan perubahan-perubahan yang terjadi. baik perubahan jasmani maupun perubahan rohani. Perubahan jasmani bisa kita lihat dengan jelas, misalnya adanya pertumbuhan badan yang mencolok sehingga para remaja akan sering berlama-lama di depan kaca, merasa resah akan keadaan tubuhnya yang begitu cepat berkembang.

Adapun perubahan yang berhubungan dengan kejiwaan (rohani), misalnya 14 :

1. Suka mencari perhatian orang lain, agar ia dapat pujian.

2. Selalu berusaha melepaskan diri dari berbagai macam aturan yang menurutnya terlalu mengikat. Semua nasehat Orangtua atau Guru dianggap ketinggalan jaman (kuno/jadul), kolot, terbelakang dll. 3. Sering berontak terhadap sesuatu yang dipaksakan, baik yang

berasal dari orangtua, guru atau sahabat yang tidak sependapat dengan dia.

4. Kalau berbicara agak keras dianggapnya marah dan tidak suka kepada dia.

5. Yang lebih khas lagi, mulai melirik-lirik kepada lawan jenisnya\

2. Batas Usia remaja

Mengenai batas usia remaja, Prof. Dr. Zakiah Daradjat menetapkan batas usia remaja dari 13- 21 tahun.15 Sedikit berbeda dengan pendapat yang di kemukakan oleh Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih Gunarsa yang membatasi usia remaja yaitu antara 12 sampai 21 tahun, di mulai saat

14Ikram Ridha, Puber Tanpa Gejolak, (Qisti Press. Jakarta. 2005), h. 19 15


(37)

timbulnya perubahan yang berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik, yakni pada usia 11 atau 12 tahun pada wanita, dan laki-laki lebih tua sedikit.16

Dr. ikram Ridha seorang ahli psikologi berkebangsaan mesir, dalam bukunya menyimpulkan bahwa masa baligh itu disertai pertumbuhan jasmani internal dan eksternal, serta pertumbuhan perasaan dan pengalaman. Pertumbuhan itu terjadi secara terus menerus, dimana prosesnya dimulai dari awal masa baligh dan mencapai puncaknya pada umur 15-18 tahun. Yaitu masa puber.17 Masa ini akan terus berlanjut dipenuhi oleh perubahan-perubahan yang sudah dimulai pada awal masa baligh tadi. Pada saat itu, perubahan tadi diiringin dengan pengalaman-pengalaman dan pemahaman-pemahaman yang semakin berkembang.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M. Pd. Dalam bukunya mengutip pendapat dari Lustin Pikunas yang membahas tentang tugas perkembangan ini, Lustin Pikunas mengemukakan pendapat William Kay, yaitu bahwa tugas perkembangan utama remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk

16

Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1995), h. 23

17


(38)

membimbing perilakunya.William Kay mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut 18:

1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

2) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mencapai otoritas.

3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul bersama teman sebaya atau orang lain, baik secara individu atau kelompok.

4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.

5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan dirinya.

6) Memperkuat kemampuan mengendalikan diri atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.

7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.

Disamping itu, mulai dari Erikson, banyak para ahli spikologi memandang bahwa pembentukan identitas diri atau jati diri merupakn tugas perkembangan utama bagi remaja. Jika remaja gagal atau tidak mampu menjawab pertanyaan “siapa saya?” dan “mengapa saya?” maka mereka akan mengalami konflik dalam dirinya. Jika secara terus menerus remaja aktif menanyakan tentang kebingungan mengenai idelogi dan ketidakjelasan tentang peranan dirinya dalam kelompok sebaya dan orang dewasa, maka remaja memerlukan tahun-tahun tambahan untuk menemukan solusi yang dapat diterima sebelum mereka mencapai gaya hidup seperti orang dewasa.

4. Kecenderungan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja

Setiap periode mempunyai masalah sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak

18

Dr. Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2007), h. 23


(39)

laki maupun anak perempuan. Perkembangan prilaku seksual yang merupakan akibat langsung pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks, adalah hal yang sangat penting dalam masa remaja. Perkembangan perilaku seksual yang berhubungan dengan pergaulan sosial remaja, terasa sangat kuat dorongannya bagi mereka untuk mendekati lawan jenis. Remaja mulai terdorong kuat untuk mendekati remaja putri, dan sebaliknya remaja putri terdorong ingin mendekati remaja putra. Perasaan mulai menyukai lawan jenis pada dasarnya adalah hal yang alami, tidak mungkin seorangpun bisa menghalangi.

Tumbuhnya rasa cinta kasih adalah fitrah bagi manusia yang diciptakan oleh Allah., agar kehidupan manusia itu terasa tentram dan bahagia , tanpa cinta kasih kehidupan manusia terasa hampa dan hambar. Akan tetapi kecintaan pada lawan jenis ini harus disertai dengan tuntunan akhlak dan pegangan agama yang kuat. Sebab ini adalah kendali utama agar remaja tidak melampaui batas dalam bergaul dengan lawan jenisnya. Ketika remaja menerjang rambu-rambu yang diberikan oleh agama dalam pergaulan maka akan terciptanya seks bebas.

Banyak hal yang menyebabkan remaja melakukan seks bebas sebagai pelarian dari berbagai persoalan yang membelenggu jiwanya. Keadaan remaja yang mana menjadi masa “badai dan tekanan” membuat remaja sering frustasi dan konflik batin yang berat, sehingga sering kali melakukan suatu tidakan yang menghancurkan masa depannya sendiri. Dari hipotesa


(40)

awal peneliti, ada beberapa sebab yang menjadikan remaja melakukan seks bebas diantaranya adalah :

4.1 Kurangnya kemampuan remaja untuk mengontrol dan

mengendalikan diri, terutama emosi-emosinya. Ini sering kali membuat remaja melakukan hal-hal negative, seperti prilaku seks bebas, tanpa terfikir olehnya mengenai dampak dan resiko yang ditimbulkan di kemudian hari.

4.2 Adanya ketidak stabilan psikis. Ini juga menjadi penyebab remaja mudah terjerumus dalam perbuatan negative dalam hal ini prilaku seks bebas. Ada kesan pada remaja bahwa seks itu menyenangkan, puncak rasa kecintaan, yang serba membahagiakan sehingga tidak perlu ditakutkan.

4.3 Kurang pemahaman agama. Konsep keimanan yang didapatkan dari pembelajaran keagamaan perlu dihayati serta diyakini setiap ketika oleh remaja. Pemahaman dan kesadaran tentang konsep ini akan membuat manusia rajin beribadat dan takut membuat maksiat. Inilah kunci atau intisari ilmu tauhid, pengesaan terhadap Allah dalam perbuatan, sifat dan zatNya. Dan yang sangat penting dengan nilai-nilai keimanan ini, tingkah laku remaja yang soleh, cerdas, bisa dibentuk. Dengan mempunyai akhlak yang tangguh dan iman yang kuat, meskiupun anak tersebut mencium bau-bau yang meransang daya seksualnya, maka hal tersebut akan disadarinya sebagai hal


(41)

yang normal-normal saja, jadi bukan sesuatu yang harus disalurkan saati itu juga, tanpa memandang efek-efek negatifnya.

Gambaran remaja dan seks bebas pada saat ini 1. Siswi gemar berbusana minim

2. Siswi yang merangkap gadis panggilan 3. Ayam kampus

4. Siswa yang merangkap gigolo

5. Parti seks dan striptease

6. Pernikahan usia muda dengan latar belakang hamil

Melihat pada gambaran di atas, remaja sering terlibat dalam hal-hal negative karena mereka memiliki persoalan dan tidak mengetahui cara pemecahannya. Karena itu mereka mencoba melupakan persoalannya tersebut dengan menjadi remaja yang bermasalah dan bergaul dengan kelompok yang salah. Orang dewasa atau orangtua sering mengeluh bahwa mereka tidak mengerti kemauan para remaja. Sebaliknya remaja mengeluh bahwa orang di sekitar tidak mau dan tidak bisa mengerti dunia mereka.

Sikap orang dewasa atau orang tua yang tidak mengerti dunia remaja karena mereka memandang dari sudut pandang dan pengalaman yang selama ini mereka miliki. Memahami perasaan (empatik) merupakan inti sukses berkomunikasi dengan remaja. Sangat tidak tepat jika oraang dewasa atau orangtua bersikap menggurui, karena harus disadari bahwa pada saat ini memasuki masa dunia remaja, anak-anak mengalami masa transisi antara lain tidak ingin tergantung dengan orangtua, merasa tidak membutuhkan orangtua,


(42)

tidak banyak bicara, serta tidak ingin banyak diawasi. Semua hal tersebut harus disadari dalam membangun komunikasi dengan remaja. Remaja membutuhkan bimbingan orangtua untuk membentuk pribadi yang baik dan mengembangkan berbagai potensi diri. Remaja perlu di arahkan dengan norma-norma yang berlaku, mereka harus dibantu untuk membentuk nilai-nilai memungkinkan mereka untuk membuat pilihan dan menggunakan kebebasan secara bijaksana.


(43)

A. Letak Geografis

Kelurahan Srengseng, Kembangan memiliki kode pos 11630. Kelurahan ini terletak di kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Kelurahan ini memiliki penduduk sebesar 29.425 jiwa dan luas 491.60 HA. Kelurahan ini berbatasan dengan jln. Meruya Utara di sebelah utara, Kelurahan Meruya Utara di sebelah barat, Kali Pesanggrahan di sebelah timur dan Kelurahan Ulujami Jakarta Selatan di sebelah selatan.

B. Kondisi Sosial Masyarakat Srengseng

Selama peneliti bermukim dan mengamati kondisi sosial masyarakat di Srengseng ini terbilang baik. Penduduk yang rata-rata berpendapatan bercukupan, hanya segelintir penduduk saja yang tergolong berpendapatan rendah. Kawasan yang tergolong kawasan padat penduduk ini merupakan salah satu kawasan yang sangat aman untuk bertempat tinggal. Sikap masyarakat yang ramah tamah dan saling membantu antara satu sama lain. Tali persaudaraan yang kuat antara mereka membuat peneliti merasa sangat nyaman untuk berada di sini.

Gambaran secara umum, kehidupan masyarakat di sini tergolong maju. Kehidupan remaja yang mulai mengalihkan kiblatnya ke arah barat, dari hasil


(44)

observasi yang tidak singkat yang peneliti lakukan, peneliti menilai bahwa kehidupan remaja di kawasan Srengseng semakin jauh dari harapan kita sebagai bangsa yang menganut adat timur. Bukan sesuatu yang mengherankan ketika remaja menikah disebabkan hamil pranikah, dan banyak anak-anak yang tidak berdosa dilahirkan. Namun begitu, tidak sedikit juga remaja yang berhasil mengukir prestasi. Ini karena secara keseluruhan remaja di sini mendapatkan pendidikan selayaknya.

Melihat kondisi sosial masyarakat seperti ini, maka peneliti memilih Srengseng sebagai tempat penelitian, semua ini terjadi karena masyarakat disini seolah-olah sudah tidak tabu lagi jika ada salah satu remaja mereka harus hamil di luar nikah dan bahkan melahirkan anak tersebut secara terang-terangan. Berbeda dengan kehidupan di wilayah dimana anggapan masyarakat yang melihat ini hal yang tabu. Meskipun kehidupan masyarakat disini tergolong kental dengan agama.

Kesimpulannya, praktek prilaku seks bebas pada remaja sudah menjamur di daerah ini tanpa mendapat penghakiman yang memalukan dari masyarakat. Sedangkan dari sudut penilaian lain, peneliti tahu bahwa masyarakat di sini adalah masyarakat yang baik, menjunjung tinggi nilai agama, saling membantu dan mengasihi, serta saling menghormati satu sama lain. Namun, gambaran kebaikan yang terukir oleh masyarakat tersebut tercoret dengan prilaku seks bebas yang marak terjadi pada sebagian remaja nya.


(45)

Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil dari penelitain ini, peneliti mengkhususkan penelitian dengan memilih tiga dari remaja di kawasan Srengseng ini, yang mana remaja tersebut menganut perilaku seks bebas. Meskipun penelitian ini yang harus dibuktikan keabsahannya, namun, peneliti tetap harus menjaga kerahasiaan dari tiga remaja tersebut.

C. Kondisi Fisik

Kelurahan Srengseng merupakan salah satu kelurahan yang berada di kecamatan Kembangan, Jakarta Barat sehingga banyak terdapat fasilitas umum yang tersedia, seperti pasar, lapangan bola, masjid, jalan raya, kantor pos, puskesmas, bidan, sekolah dari mulai TK sampai dengan SMA, Wartel, Warnet, dan lain sebagainya. Letak kelurahan Srengseng diapit oleh kota-kota lain di sekelilingnya. Karena letaknya yang strategis itu, maka akses menuju ke Srengseng sangat mudah. Banyak kendaraan yang dapat digunakan untuk menuju ke sini mulai dari ojek, angkutan umum antar kota. Kelurahan ini salah satu kelurahan yang berada di kota maju, penduduk yang sangat padat dan sudah tentu berbagai fasilitas umum dapat di akses dengan mudahnya. Kelurahan ini memiliki 7 masjid jamik, dan puluhan mushalla yang berada di hampir setiap gang.


(46)

A. Identiifikasi Subyek Penelitian

1. Kasus 1

Rita adalah seorang gadis yang kini telah menginjak usia dua puluh tahun. Rita telah mempunyai pacar, dan mereka pacaran di bawah restu orangtua. Pacar Rita adalah teman satu sekolah waktu di SMA dulu. Mereka telah menjalin hubungan selama 2 tahun. Rita dan pacarnya sama-sama datang dari keluarga yang bercukupan secara materi.

2. Kasus 2

Vina remaja yang berusia 19tahun. Dia baru saja menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negri di Jakarta. Jarak rumah Vina dengan kampus yang tidak terlalu jauh, maka Vina tidak tinggal di kost, dia tetap tinggal dirumah orangtuanya. Di awal masa perkuliahannya Vina berhasil memukau teman-teman dan dosennya sebagai gadis yang santun dan menutup aurat. Latar belakang pendidikan Vina yang berasal dari pesantren. Dan bahkan dari kecil Vina sudah dibiasakan dengan sekolah agama. Vina berasal dari keluarga yang sederhana dan kuat pendidikan agama.


(47)

3. Kasus 3

Rina seorang remaja yang berusia 21 tahun, lahir dalam keluarga yang cukup secara materi dan keluarga yang menganut kebebasan dalam berpikir dan bertindak. Tidak jauh berbeda dengan Rita, keluarga Rina bukanlah keluarga yang menekan akan kepentingan pendidikan agama. Rina adalah anak ke-3 dari 5 bersaudara. Dan kini dia sedang menuntut di salah satu perguruan swasta di Jakarta.

B. Deskripsi Kasus

1. Kasus 1

“Rita telah menjalin hubungan selama 2 tahun. Kebetulan Rita tinggal di kost, dan Rita sangat mencintai Rendi dan begitu juga sebaliknya. Rita sering datang ke kostnya Rendi, Rendi juga datang ke kost Rita. Dalam kesempatan itulah mereka saling menumpahkan isi hati masing-masing dan saling berjanji untuk setia walau dalam keadaan apapun. Merekapun telah berjanji untuk membangun sebuah rumah jika mereka selesai kuliah dan dapat kerja nantinya. Rita mengakui hampir setiap hari mereka berduaan, bercumbu, hingga mereka terlena dan lupa diri, mereka telah melakukan hubungan di luar batas. Dan hubungan seperti ini sering mereka lakukan. Sampai akhirnya Rita sering bolos kuliah. Rita juga sangat kecewa karena Rendi juga memilih untuk tidak melanjutkan studinya, padahal Rendi dari keluarga berada.


(48)

Semenjak mereka ambil keputusan untuk keluar dari kampus, Rendi pulang ke kotanya, sedangkan Rita tetap menjadi anak kost, karena Rita tidak mau orangtuanya tahu kalau dia sudah gagal kuliah. Rita masih membohongi keluarganya kalau dia masih kuliah. Rita tidak harus pusing masalah biaya sebab orangtuanya terbilang orang mampu. Pada awal perpisahan mereka sering berhubungan lewat handphone dan email. Dan Rita sesekali berkunjung ke rumah Rendi dan pernah menginap sekamar bersama Rendi. Saat itu mereka mengulang melakukan hubungan lagi. Namun setelah Rita jarang berkunjung, kabar Rendi sudah tidak pernah terdengar lagi, apalagi mengharapkan dia datang menemui Rita.

Dulu Rendi pernah kerumah Rita dan sudah sempat dikenalkan dengan orangtuanya, namun orangtua Rita tidak mengetahui hubungan mereka sudah terlampau jauh. Rita sangat takut jika orangtuanya mengetahui hal itu, karena itu saat ini Rita merasa sangat tertekan dan sedih. Rita jadi curiga pada Rendi, mungkin dia sudah miliki gadis lain, padahal Rita selama ini sudah coba untuk setia dan rela menyerahkan dirinya sepenuhnya karena dia sangat mencintai dan takut kehilangan Rendi. Pengorbanan yang dilakukan Rita selama ini pada akhirnya membuat dia terjatuh dalam lubang ke gagalan dan kehancuran. Pada saat ini Rita masih menggangur dan sering mengunci diri di kamar kosannya. ”

Setelah memperhatikan ungkapan dari kasus yang dialami oleh Rita, perlu diketahui bahwa orangtua Rita tidak mengetahui jika anaknya


(49)

sudah menghancurkan harapan orangtuanya. Cinta Rendi telah membutakan Rita. Tapi penyesalan itu baru datang saat ini, ketika dia sadar dia telah menghancurkan harapan dan kepercayaan orangtuanya. Perasaan bersalah itu sering menghantui Rita belakangan ini. Rita saat ini masih sangat bingung bagaimana harus keluar dari semua kisah memalukan ini dan ingin memulai semua yang baru.

2. Kasus 2

“ Vina remaja yang berusia 19tahun. Di awal masa perkuliahannya Vina berhasil memukau teman-teman dan dosennya sebagai gadis yang santun dan menutup aurat. Latar belakang pendidikan Vina yang berasal dari pesantren. Dan bahkan dari kecil Vina sudah dibiasakan dengan sekolah agama, jadi bisa di maklumi kalau Vina berprilaku layaknya wanita yang solehah. Namun semua itu tidak bertahan lama, sebagaimana yang diluahkan oleh Vina pada penulis, pada saat kuliah dia sering merasa beda dengan teman-teman yang lain. Teman-teman Vina bebas pacaran, sedangkan Vina berbicara sama laki-laki aja bisa dihitung dengan jari. Seiring waktu, Vina berteman akrab dengan Wati.

Wati seorang gadis yang peramah dan menyenangkan, namun dia seorang mahasiswa yang nakal. Vina sering di ajak main dan bahkan menginap di kosan Wati. Vina pernah mengajak Wati ke rumah dan memperkenalkan kepada keluarganya, sikap Wati yang peramah dan penuh dengan kesehajaan, membuat orangtua Vina percaya anaknya


(50)

berteman dekat dengan Wati. Sedangkan sejak dari Vina kecil, orangtuanya sering mengontrol dengan sapa Vina berteman. Saat ini orangtua Vina kecelongan. Semakin hari Vina semakin dekat dengan Wati, dan perlahan Wati memperkenalkan siapa dirinya pada Vina tanpa ada rasa sungkan seperti di awal mereka dekat. Wati jujur akan dirinya yang suka melakukan hal-hal yang tidak wajar bersama pacarnya.

Setiap hari Vina jadi tempat luahan cerita Wati. Tanpa di sadari Vina yang tidak pernah kenal dengan pergaulan bebas mulai memendam hasrat, ingin mencoba, dan merasakan hidup seperti Wati. Wati hidup dengan kebebasan, sedangkan Vina sangat di kontrol oleh orangtuanya. Jangankan pacaran dan keluar bersama laki-laki, untuk menonton televisi saja Vina sangat dibatasi. Rasa ingin tahu dan mencoba itu semakin menghampiri naluri Vina, walaupun pada awalnya Vina merasa sangat takut, namun Wati memberi dukungan kepadanya, Wati mengenalkan Vina pada temannya, dan pada akhirnya mereka pacaran. Jadi pada intinya, mereka sering mengadakan kencan bersama pasangan masing-masing.

Ringkas cerita, setelah beberapa waktu, Vina dan Wati berlibur ke luar kota, dan mereka mengajak pasangannya. Vina beralasan pada orangtuanya ada acara kampus ke sana, jadi Vina harus ikut. Tanpa disadari oleh orangtuanya, Vina semakin hari semakin menunjukkan perubahannya. Ketika disana Vina akhirnya melakukan hal yang selama


(51)

ini tidak pernah dia tahu, dan dia merasakan itu sangat indah. Vina sudah merelakan kesuciaannya dirampas oleh laki-laki yang baru dikenalinya.

Tidak lama kemudian, setelah dua bulan dari kejadian, Vina merasa badan tidak enak. Dan dia tidak sadar kalau sudah 1bulan ini haidnya tak kunjung tiba. Vina semakin resah, namun Wati memujuknya semua itu tidak mungkin terjadi, liat saja dirinya yang sudah kesekian kali melakukannya namun tidak terjadi apa-apa. Tetapi semua yang diyakini itu menjadi mimpi buruk pada Vina dan keluarga. Vina akhirnya mengetahui bahwa dirinya hamil disaat kandungannya menginjak 3bulan. Vina berusaha menutupi dari keluarganya, pacar Vina mau bertanggungjawab atas bayi tersebut. Karena tidak sanggup menutupi keaiban yang ditanggungnya, maka Vina jujur kepada keluarganya. Sudah tentu Vina siap dengan segala resiko yang akan dihadapi dan hukuman yang diberikan keluarganya. Kekecewaan terpancar jelas dari raut wajah orangtua Vina. Keluarga yang selama ini di junjung tinggi kehoramatannya oleh penduduk sekitar, sekarang harus menangggung aib yang sangat hina itu. akhirnya Vina menikah dengan laki-laki tersebut dan sekarang sudah memiliki seorang putri cantik yang tidak pernah tahu dosa yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.”


(52)

3. Kasus 3

“ Rina seorang remaja yang berusia 21 tahun, mengaku pernah melihat film-film porno, pada awalnya dia diajak oleh teman-temannya. Perasaan yang timbul setelah menonton adalah senang ingin melakukan. Rina mengakui melakukan senggama hampir setiap minggu, pasangannya adalah kekasihnya sendiri yang dikenalinya beberapa tahun belakangan. Ia tidak pernah malacurkan diri. Dalam berpacaran ia melakukan banyak hal, mulai dari saling mengunjungi, berjalan berduaan, cium pipi, cium bibir, pegang buah dada, pegang alat kelamin sampai senggama.

Rina berpendapat, hubungan seks di luar perkawinan adalah normal. Seks adalah sesuatu yang indah, yang dapat dinikmati oleh setiap orang. Tuhan yang menciptakannya. Asal mau tanggung resiko dan bisa mencegah kehamilan yang tidak diinginkan seks adalah normal. Tetapi Rina tidak setuju seks bebas dengan tukar menukar pasangan. Tentang dampak dari seks bebas, ia mengatakan tidak apa-apa, asalkan kehamilan dicegah dengan obat atau alat kontrasepsi. Dan sekiranya terjadi kehamilan yang tidak dikehendaki, maka kandungan itu digugurkan saja.”

C. Intepretasi Antar Kasus

Dari tiga kasus hasil penelitian yang dilakukan, merupakan contoh kasus yang sedikit berbeda walaupun punya kesamaan yaitu kasus seks bebas pada remaja. Dari penelitian ini , intepretasi antar kasus yang dilakukan oleh peneliti, rinciannya sebagai berikut :


(53)

Pada kasus seks bebas yang dialami Rita, sangat jelas bahwa keluarganya terlalu memberikan kepercayaan dan tidak disertai kontrol yang bagus. Orangtua Rita sangat menyayangi Rita yang menjadi putri tunggal dirumahnya. Peneliti menilai, kebebasan yang diberikan orangtua Rita tidak disertakan dengan kontrol yang baik. Perilaku seks bebas yang dilakukan Rita adalah atas keterlewatan batasan pacaran antara dia dan pacarnya. Dan hubungan yang sudah sangat jauh ini tidak diketahui oleh keluarganya. Keterlanjuran yang dirahsiakan itu kini hanya dipikul sendiri oleh Rita, dan dia merasa depresi sampai saat ini, Rita mengalami tekanan batin, karena merasa dirinya sant bodoh dan hina. Seolah-olah dia sangat kotor. Perasaan sesal dan kecewa ini sering menghantui dirinya.

Vina yang harus menanggung aib dan mencoreng nama baik keluarga dengan mengandung anak di luar nikah. Kepolosan dan keluguannya membuat dia salah langkah dan menghancurkan semua kesan positif tentang keluargnya di depan masyarakat sekitar. Pendidikan yang diberikan oleh orangtua Vina adalah pendidikan yang sangat sarat akan pendidikan agama, dan bahkan Vina sendiri alumni pesantren. Terjebaknya Vina dalam pergaulan yang salah menjadi bukti bahwa sifat keras dan kontrol berlebihan dari orangtua juga tidak bagus dalam perkembangan anak. Ini terjadi karena anak merasa tidak pernah diberi kesempatan untuk mengenal hal-hal yang bersifat sensitif, sehingga dia akan mencari tahu dari dunia luar. Vina merasa hidupnya terkungkung sejak dari kecil, dan dia juga ingin merasakan kebebasan seperti orang lain rasakan. Walau pada mulanya Vina sangat takut untuk mencoba


(54)

sesuatu yang sering dilakukan oleh temannya, lama kelamaan Vina akhirnya merasa tenang dan bahagia, seolah-olah merasakan hidup yang lain yang dia dapatkan selama ini. Pada akhirnya, Vina mengandung dan menikah dengan laki-laki yang dianggap ayah psikologis dari anaknya.

Rina yang masih kokoh dengan keyakinannya bahwa seks diluar pernikahan adalah normal, kejujuran yang dirasakan rina adalah suatu kebenaran yang harus dihargai. Rina penganut seks bebas namun ia menolak seks bebas yang saling tukar pasangan. Karena bagi rina seks bebas yang tukar menukar pasangan adalah tidak normal. Rina terlahir dalam keluarga yang menganut kebebasan dalam berfikir dan bertindak. Keterbukaannya mengenai perilaku seks bebas yang dilakukannya adalah suatu hal yang sangat dibanggakan olehnya.

Dari tiga contoh kasus yang telah peneliti lakukan, terjawab sudah bahwa fase remaja adalah fase dimana seorang anak akan mencari jati dirinya. Di satu sisi mereka ingin difahami dan diberi kesempatan, tidak mau dikekang dan terus dinasehati dengan hal-hal yang baik. Namun disatu sisi mereka juga sedih ketika orangtuanya tidak memberi perhatian padanya. Melihat dari letak perbedaan dari tiga contoh kasus diatas bisa memberi kesimpulan bahwa Kebebasan dan pemikiran terbuka yang diterapkan oleh keluarga Rita serta Rina membawa kesempatan besar untuk mereka berdua melakukan perilaku seks bebas. Kekangan dan sikap tabu akan hal yang negatif yang dijadikan fondasi keluarga Vina juga membuka peluang pada Vina untuk merasakan


(55)

suatu hal yang dia tidak pernah tahu dan rasa. Dalam diri Vina terdapat konflik batin dimana sebagai seorang remaja dia punya tugas perkembangannya, namun disatu sisi, orangtuanya melarang dia untuk kenal akan dunia luar yang penuh dengan kemaksiatan. Kontrol yang berlebihan yang dilakukan keluarga Vina membuat Vina mencari sumber rujukan yang lain diluar. Yaitu pada temannya. Namun, ilmu psikologi modern mengingkari sepenuhnya bahwa masa remaja adalah masa yang disertai dengan gejala-gejala prilaku yang menunjukkan penyimpangan atau kurangnya keseimbangan. Bahkan ahli ilmu psikologi modern berpendapat bahwa gejala-gejala ini tidak lain adalah pengaruh langsung dari pertumbuhan akseleratif sang anak puber. Kelemahan dalam beradaptasi, gangguan dalam prilaku, atau juga pemberontakan yang destruktif, semua bersumber dari kondisi yang ditemui anak puber yang menyebabkannya menjadi gelisah dan tak dapat beradaptasi.1

Disamping perbedaan dari tiga kasus tersebut, terdapat kesamaan, dimana ketiga remaja di atas terlibat dalam pergaulan bebas akibat dari salah pergaulan atau bermula dari ajakan teman. Mulai dari ajakan menonton film porno hingga ajakan untuk melakukan senggama.

D. Analisa Hasil Penelitian

Dari tiga kasus di atas jika dikaji berdasarkan sosiologis islam yang berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits, pria dan wanita yang melegalisir budaya

1


(56)

berpacaran pada umumnya memerlukan proses dalam memperoleh percintaan yang haram ini. Proses itu sendiri pada dasarnya tidak lari dari tiga faktor yang menyebabkan tumbuhnya perasaan cinta. Syamsudin Muhammad Ibnu Abu Bark , atau lebih popular dengan panggilan Ibnu Qayyim Al-jauziah, terkenal sebagai seorang pakar hukum Islam, dan juga seorang pakar cinta. Dalam karyanya Ibnu Qayyim sebagaimana yang telah dikutip oleh Abdurrahman Al-Mukaffi dalam bukunya,2 berpendapat ada tiga faktor yang menyebabkan tumbuhnya perasaan cinta. Pertama, sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang yang membuat ia dicintai kekasihnya. Kedua, perhatian sang kekasih terhadap sifat-sifat tersebut. Ketiga,

pertahuatan antara seseorang yang sedang jatuh cinta dengan orang yang dicintainya.

Dengan kelengkapan ketiga faktor di atas , maka terbinalah sebuah ikatan percintaan. Dalam islam sendiri mengakui adanya cinta. Tetapi islam menbedakan antara Cinta dan seks sebagai nafsu. Cinta dalah mawaddah dan rahmah, sedangkan nafsu seks sebagai naluri adalah nafsu syawat. Keduanya dalam islam hanya dapat bersatu di dalam perkawinan, dan ini merupakan prinsip. Karena berseminya cinta dalam pernikahan adalah cinta yang dijamin oleh Allah. Sebab Dialah yang memberikan cinta yang sesungguhnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan , sensasi seks bebas pada remaja saat ini terlihat jelas, penulis mencoba membuat sebuah tahapan pergaulan remaja yang akhirnya membawa kepada prilaku seks bebas perinciannya sebagai berikut :

2

Abdurrahman Al-Mukaffi, Pacaran Dalam Kacamata Islam (Jakarta, Media Da’wah, 2004), h.29.


(57)

Tahap I : Perjumpaan Pertama

Pada tahapan ini terjadi pertemuan anatara keduanya yang belum saling kenal, perkenalan sering kali terjadi pada suatu lembaga, organisasi, pesta dan bahkan juga ada yang dikenalin oleh teman. Hasrat ingin berkenalan ini begitu menggebu karena merasakan adanya suatu sifat yang menjadi keduanya merasakan suatu getaran. Tentunya sifat lahiriyah merupakan penilaian paling awal dan termudah yang dapat diditeksi oleh keduanya. Terutama dalam soal daya tarik fisik dan penampilan. Ketika semuanya sudah semakin dalam, maka senyumpun mengiringi, kemudian tertegun, akhirnya jantung berdebar dan hati rindu menggelora. Kesan-kesan tersebut sering terankum di dalam lirik lagu, film-film percintaan, surat cinta dari sang pacar. Dan bukan hanya itu, bahkan masing-masing pihak mampu berkencan sampai berzina dengan pasangannya hanya dalam hayalan dan mimpi. Ini terjadi karena antara kedanya masih pada tahapan pertama, baru memulai dengan percakapan yang sifatnya sepintas lalu dan menukar nformasi yang dangkal. Jadi kemesraan belum bisa terlaksanakan, dan masing-masing pihak masih selalu dihantui dengan pertanyaan “apakah dia mencintai saya atau tidak”.

Tahap II : Pengungkapan Diri dan Pertalian

Masing-masing pihak pada tahapan ini telah mengambil peran sebagaimana layaknya penjual dan pembeli. Ada perjanjian antara keduanya, dari perjanjian itu sesungguhnya telah ada kesepakatan dan izin untuk berkunjung ke rumah masing-masing. Yang sering di istilahkan dengan


(58)

pacaran, apel mingguan. Seperti halnya yang dilakukan oleh Rita pada kasus di atas, kunjungan yang meraka lakukan tidak terbatas pada waktu tertentu saja. Melainkan dalam setiap ada waktu luang, meraka akan saling mengunjungi. Sebagaimana pengakuan yang diberikan oleh informan berikut :

“ …dia sering main kerumah aku, dan aku sering main ke kosan dia, dan bahkan aku pernah ke rumah ibunya yang ada diluar kota, bagi kami saling mengunjungi itu hal yang harus kami lakukan agar hubungan kami lebih terjaga”.3

Dari wadah inilah meraka saling menumpahkan isi hati masing-masing, dan persoalanmu menjadi persoalanku, gulanamu menjadi gundahku, dan bahkan jiwamu menjadi hidupku. Disana terbentuk kesamaan, kesepakatan, janji, dan rencana perkawinan. Disini Vina menjelaskan bahwa :

“ semenjak aku dekat dengan dia memang aku sering curhat semua masalah suka dukaku, dia sangat mengerti aku, makanya aku percaya kalau dia mencintai aku dan aku tidak memikir panjang lagi ketika Wati mengajaknya melakukan apa yang ia lakukan.”4

Disamping itu, manipulasi peran pada tahap ini sangat berperan, dengan harapan kelangsungan hubungan, sebab jika masing-masing menunjukkan watak khasnya mereka masing-masing, maka hubungan cintapun akan segera berakhir.

3

Wawancara Pribadi dengan Rita , Jakarta, 12 januari 2010.

4


(59)

Tahap III : Pembuktian

Pengungkapan diri dan pertalian yang begitu membuai pada tahapan kedua telah berhasil mengikat pertahutan jiwa yang kuat di kedua belah pihak. Disini masing-masing pihak mulai merasa saling membutuhkan dan saling ketergantungan guna memenuhi kebutuhan di antara mereka. Seperti hal nya yang diakui oleh Rita:

“… ntahlah, sempat aku fikir aku gak bisa hidup tanpa dia wal, makanya aku sanggup lakuian apa aja asal dia selalu dengan aku, toh keluaraga kita merestui hubungan ini”.5

Dalam keadaan seperti ini, ajakan untuk berhubungan intim sangat susah ditolak. Karena kesediaan menuruti kehendak sang kekasih dianggap telah meringankan beban dan pendeRitaannya. Dengan melakukan hubungan haram ini diharapkan pertahutan jiwa diantara keduanya semakin kuat. Namun dalam kenyataan justru pertahutan semakin memudar. Begitulah yang terjadi dalam kasus diatas. Mereka saling berkunjung dan bertemu yang akhirnya keseringan itu mengundang kearah zina. Dimana mereka sering jalan berdua sambil bergandengan tangan, canda gurau dengan cubit sayang, senyum tawa sambil bergelayutan, dan cium sayang melepas rindu. Dan sekarang saat ini telah berlalu, yang ada hanya rasa sesal dan dosa menggunung setelah melakukan semua itu. Berikut pengakuan dua dari informan :

“sungguh aku rasa sangat bodoh dan hina, andai saja dari dulu aku tahu dia bukan laki-laki yang baik, hmmm…aku benci…”6

5

Wawancara Pribadi dengan Rita, Jakarta, 12 Januari 2010.

6


(60)

Dikuatkan oleh informaan lain, berikut :

“walaupun kini aku sudah menikah dan memiliki seorang anak yang aku dapatkan dari hasil kekhilafanku, namun perasaan berdosa dan bersalah telah mencoreng muka keluarga itu tidak dapat aku maafkan diriku, apalagi yang harus aku perbuat, kecuali hanya menyesali…sedih wal…”7

Rita dan Vina sebagian kecil kasus yang bisa terungkap dalam penelitian yang dilakukan ini, masih banyak kasus yang lain yang belum bisa kita nilai. Rita dan Vina sudah memberikan segalanya, kini mereka menuntut haknya, Vina lebih bernasib baik, karena sang pacar bersedia bertanggungjawab atas kehamilannya. Namun Rita harus meratapi kehancurannya karena sang pacar yang dicintai telah pergi meninggalkan dirinya setelah semua pengorbanan telah di berikan.

Demikianlah cerminan dari kisah tiga remaja di atas, perang batin antara rasa takut dan rasa penasaran berkecamuk di pikiran dan hati mereka. Tapi ternyata, rasa penasarannya lebih besar dan berhasil mengalahkan rasa takutnya. Meskipun begitu, mereka tersadar di saat semuanya sudah terlambat dan kisah cinta yang mereka jalani selama ini berakhir dengan sangat menyakitkan. Dampak psikologis yang dirasakan oleh Rita dan Vina setelah melakukan melakukan seks bebas adalah: rasa bersalah, marah, sedih, sesal, malu, kesepian, tidak punya bantuan, bingung, stres, benci diri sendiri, benci orang yang terlibat, takut tidak jelas, kehilangan percaya diri, gangguan makan, kehilangan konsentrasi, depresi, berduka, tidak punya pengharapan,

7


(61)

cemas, tidak memaafkan diri sendiri, takut hukuman tuhan, mimpi buruk, merasa hampa, sulit mempertahankan hubungan.

Dari penelitian yang sudah dilakukan, maka penulis menemukan beberapa faktor mengapa prilaku seks bebas bisa terjadi pada remaja, diantara sebagai berikut :

1. Salah satunya adalah kematangan sosial yang seperti tidak memperdulikan batas-batas pertemanan antara lawan jenis. Dalam dua kasus diatas , Rita dan Vina tergolong dalam kelompok remaja yang tidak memperdulikan batas-batas pertemanan antara lawan jenis. Alasan bisa terjadi hal ini karena :

1.1 Tidak Bisa Mengatakan ‘Tidak’:

1.1.1 Karena merasa takut diputusin oleh pacarnya. Untuk mempertahankan hubungan tersebut. Padahal kenyataannya, setelah itu pacar akan pergi juga meninggalkan dirinya. Seperti yang telah dilalui dan diinformasikan oleh Rita:

“ … Aku tidak mau mereka terluka wal kalau sampai mereka tau aku sama si cowok itu sudah terlanjur dan sekarang dia malah ninggalin aku… ”8

8


(62)

1.1.2 Pacar dan teman dekat sudah membujuk rayu, sampai akhirnya tidak bisa menolak. Diakui oleh Vina sebagai berikut

“… semenjak aku dekat dengan dia memang aku sering curhat semua masalah suka dukaku, dia sangat mengerti aku, makanya aku percaya kalau dia mencintai aku dan aku tidak memikir panjang lagi ketika Wati mengajaknya melakukan apa yang ia lakukan.”9

1.1.3 Dijadikan alasan sebagai pembuktian cinta. Pengakuan yang diberikan Rita :

" …demi buktiin cinta ama dia semuanya musnah, ntahlah, sempat aku fikir aku gak bisa hidup tanpa dia wal, makanya aku sanggup lakuian apa aja asal dia selalu dengan aku, toh keluaraga kita merestui hubungan ini”10

1.2 Merasa Bukan Anak Gaul

Banyak remaja menganggap dengan mempunyai pacar dan pernah melakukan seks, dianggap ‘gaul’. Vina juga melakukannya supaya dianggap ‘gaul’.

" remaja gaul ya seperti yang kita lihat di TV, hehehe…teman-teman aku dulu semua pada gaul. Dulu aku sendiri yang norak kata teman-teman. Tapi aku biasa aja ”

2. Ketika anggota keluarga saling memahami sesama, dan seringkali saling memahami itu diartikan dengan memberi kebebasan dalam memilih hak masing-masing, hal ini jelas terlihat berlaku di keluarga Rita dan Rina.

9

Wawancara Pribadi dengan Vina, Jakarta, 28 Januari 2010.

10


(1)

TRANSKIP WAWANCARA

ANALISIS TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS ( Kasus Pada Remaja Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat)

I. WAKTU DAN TEMPAT

Hari dan Tanggal : Kamis, 28 Januari 2010

Tempat : Kediaman Vina, di kawasan RT 04/ RW O5 Srengseng, Kembangan, Jakarta barat. II. IDENTITAS SUBYEK

Nama : Vina ( bukan nama sebenar)

Umur : 19 Tahun

Agama : Islam

A. Remaja

1. Apa kesibukan saudari saat ini?

"sekarang paling sibuk urus anak aja wal, namanya aja sudah jadi ibu."

2. Dengan dunia yang semakin canggih saat ini, pastinya sebagai remaja anda merasakan harus jadi remaja yang modern dan gaul. Bagaimana sih yang dikatakan remaja trend dan gaul itu?

" remaja gaul ya seperti yang kita lihat di TV, hehehe…teman-teman aku dulu semua pada gaul. Dulu aku sendiri yang norak kata teman-teman. Tapi aku biasa aja"


(2)

"yaiyalah, dulu pacar, sekarang sudah jadi suami"

4. Kalau bisa tau ni, apasih yang menyebabkan saudari ingin memiliki kekasih?

"kalau aku dulu sebab mau ikut-ikutan aja wal, mungkin juga sebab aku tidak pernah dekat sama cowok, jadi teman-teman suka ledekin, yang namanya kita masih remaja, perasaan itu pasti ada lah… semenjak aku dekat dengan dia memang aku sering curhat semua permasalahan suka dukaku, dia sangat mengerti aku, makanya aku percaya kalau dia mencintai aku dan aku tidak memikir panjang lagi ketika wati mengajaknya melakukan apa yang ia lakukan.”

5. Dalam jangka waktu berapa lama anda ketemu dengan pacar anda?

"dulu pas pacaran ketemunya mah pas lagi dikampus aja, kan aku pacarannya diam-diam. Biar abi gak tau, kalau abi tau mungkin kejadiannya gak begini "

6. Apakah orangtua mengetahui hubungan kalian?

"ya tidaklah…satu orang di rumah aku tidak tau, dikampus juga Cuma wati dan beberapa teman yang tau, mereka cukup mengerti aku dan keluarga aku. Jadi ya diam-diam aja"

7. Kalau tidak keberatan, sejauh mana hubungan anda berdua? Pernahkah anda melakukan sesuatu yang salah dimata agama?

" hmmm…tarik nafas panjang kalau ditanya tentang ini. Tanpa aku jelasin lagi, anak ini sudah bisa jelasin semuanya wal…maaf ya, soalnya aku tidak kuat untuk menceritakan semuanya lagi…"

8. Maaf ya, selalunya kan kalau kita pacaran, pasti sang cowok minta kita membuktikan kalau benar kita mencintai dia. Apakah itu juga berlaku pada


(3)

saudari? Dan apa saja yang sering dilakukan untuk membuktikan cinta anda padanya?

"ya begitu dah, kayak aku bilang tadi. Lihat anak ini, semua penjelasan itu ada pada dia"

9. Setelah kejadian yang menimpa anda, apa yang anda rasakan?

“ walaupun kini aku sudah menikah dan memiliki seorang anak yang aku dapatkan dari hasil kekhilafanku, namun perasaan berdosa dan bersalah telah mencoreng muka keluarga itu tidak dapat aku maafkan diriku, apalagi yang harus aku perbuat, kecuali hanya menyesali…sedih wal…"

10.Menurut pendapat anda, kenapa seks bebas itu bisa terjadi?

"Ini jawaban menurut pengalaman yang aku rasain ya. Jujur saja aku akui kalau aku anak rumahan yang kurang mengetahui dunia luar. Jadi disaat aku harus berhadapan dengan dunia luar, aku rasa ada sedikit rasa kaget. Aku sempat bingung, disatu sisi aku masih pegang ajaran yang selama ini aku dapat, disatu sisi naluri aku sebagai remaja juga menuntut untuk jadi seperti teman-teman aku. Pada awalnya kan memang aku sulit untuk dekat sama teman, akhirnya aku dekat ama wati (bukan nama sebenar), dia banyak ajarin aku cara bergaul sama semua orang, sebab dia memang anak gaul. Dari situ aku mulai terhanyut,. Jadi ya beginilah. Aku tidak nyalahin siapapun atas kejadian yang menimpa aku, ini semua sebab kebodohan aku aja."

Interviewer interviewee

Nawal Azka Faisal NIM : 106052001967


(4)

TRANSKIP WAWANCARA

ANALISIS TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS ( Kasus Pada Remaja Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat )

I. WAKTU DAN TEMPAT

Hari dan Tanggal : Selasa, 12 Januari 2010

Tempat : Kediaman Rina, Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat

II. IDENTITAS SUBYEK

Nama : Rina ( bukan nama sebenar)

Umur : 21Tahun

Agama : Islam

A. Remaja

1. Apa kesibukan saudari saat ini?

" Saat ini aku masih kuliah, udah mau selesai sih, aku kan diploma, jadi cepat"

2. Dengan dunia yang semakin canggih saat ini, pastinya sebagai remaja anda merasakan harus jadi remaja yang modern dan gaul. Bagaimana sih yang dikatakan remaja trend dan gaul itu?

" Bagi pendapat aku ya…remaja yang trend dan gaul itu harus lebih pintar dalam menyusuaikan diri ketika dalam pergaulannya, ya jangan noraklah…"


(5)

3. Saudari sudah punya pacar?

" punya…hehehe…"

4. Kalau bisa tau ni, apasih yang menyebabkan saudari ingin memiliki kekasih?

" Kenapa ya? Pertama, sebab aku suka sama dia, dan aku ingin miliki dia, kedua, aku mau juga dong diperhatiin sama seseorang, seterusnya ya seperti alas an orang lain…"

5. Dalam jangka waktu berapa lama anda ketemu dengan pacar anda?

" Lumayan sering sih, setiap hari dia datang jemput aku, kalau pulang juga dihantarin. "

6. Apakah orangtua mengetahui hubungan kalian?

" Orangtua pastilah tau, kan udah setiap hari dia kerumah hantar jemput aku"

7. Kalau tidak keberatan, sejauh mana hubungan anda berdua? Pernahkah anda melakukan sesuatu yang salah dimata agama?

“Wow…pertanyaannya menakutkan...hehehe, yang namanya pacaran ya bagi aku, mustahil juga kalau gak pernah ngapa-ngapain…paling ringan pegang tangan atau cium pipi, aku jujur aja gak mau munafik…"

8. Maaf ya, selalunya kan kalau kita pacaran, pasti sang cowok minta kita membuktikan kalau benar kita mencintai dia. Apakah itu juga berlaku pada saudari? Dan apa saja yang sering dilakukan untuk membuktikan cinta anda padanya?

" Kayaknya itu biasa berlaku ama siapa aja yang punya pasangan, tentu pasangan mau kita buktikan sebesar apa cinta kita ama dia, seperti aku bilang tadi, aku jujur aja pernah merelakan sesuatu yang sangat berharga bagi aku, tapi aku rasa itu semua


(6)

masih dalam batasan, aku kan gak ganti-ganti cowok, kalau aku lakukan itu juga Cuma sama cowok aku.”

9. Setelah kejadian yang menimpa anda, apa yang anda rasakan? " Biasa aja. ”

10. Menurut pendapat anda, kenapa seks bebas itu bisa terjadi?

" Banyak faktor kenapa hal ini bisa terjadi, salah satunya karena pergaulan, terus, mungkin kita juga penasaran dan ingin tau aja apa rasanya, kan sudah sering lihat di tv, di internet, tapi semua tergantung individu masing-masing sih…"

Interviewer interviewee

Nawal Azka Faisal NIM : 106052001967