Defenisi Semantik KERANGKA TEORI

17 Kita berproses dari sperma, lalu zigot, dan kemudian embrio. 18 Menurut Manna Al-Qaththan, 19 terjemahan dapat digunakan pada dua arti: 1 Terjemahan harfiah, yaitu mengalihkan lafal-lafal yang serupa dari suatu bahasa ke dalam lafal-lafal yang serupa dari bahasa lain sedimikian rupa. Sehingga susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama. 2 Terjemahan tafsiriyah atau terjemahan maknawiyah, yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.

C. Defenisi Semantik

1. Pengertian Semantik

Semantik di dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris yaitu semantik, dari bahasa Yunani Sema Nomina ‘tanda’: atau dari verba samaino ‘menandai’, ‘berarti’. Istilah tersebut digunakan oleh para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna. 20 Semantik merupakan cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Semantik biasanya dikontraskan dengan dua aspek lain dari ekspresi makna: sintaksis, merupakan pembentukan simbol kompleks dari simbol yang yang lebih sederhana, serta pragmatik yang merupakan penggunaan praktis simbol oleh komunitas pada suatu kondisi atau konteks tertentu. Istilah semantik sendiri sudah ada sejak abad ke-17 bila dipertimbangkan melalui frase semantics philosophy. Sejarah semantik dapat dibaca di dalam artikel “An Account of the Word Semantics. 21 Breal melalui artikelnya yang berjudul “Le Lois Intellectuelles du Language” mengungkapkan istilah semantik sebagai bidang 18 Ibid., h. 34. 19 Manna Khalil al Qattan, Studi Ilmu- ilmu al Qur’an Jakarta: Litera Antar Nusa, 1993, h. 443. 20 Fatimah Djajasudarma, Semantik I: Pengantar Arah Ilmu Makna Bandung: Refika, 1999, h. 1. 21 Ibid., h. 1. 18 baru dalam keilmuan, di dalam bahasa Prancis istilah sebagai ilmu murni historis historical semantics. Jadi, semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa fonologi, gramatika, dan semantik. 22 Dan semantik lebih umum digunakan dalam studi linguistik yang mempunyai cakupan objek yang lebih luas, yaitu mencakup makna tanda atau lambang pada umumnya dan merupakan bagian struktur bahasa yang terpenting yang berhubungan dengan makna ungkapan secara umum. 23

2. Manfaat Semantik

Studi semantik dari segi manfaatnya memang sangat banyak. Ilmu ini sangat dibutuhkan diberbagai bidang keilmuan untuk pemahaman yang lebih dalam terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Selain itu, semantik juga sangat membantu dalam bidang yang berhubungan dengan bahasa dan teks-teks yang menjadi bahan pustaka. Dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan, mereka akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai semantic yang dapat membantu dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Bagi pelajar, pengajar, dan peneliti bahasa dan sastra pengetahuan semantik tentu banyak memberi manfaat. Bagi pelajar bermanfaat untuk menganalisis bahasa yang sedang dipelajari, bagi pengajar bermanfaat untuk memahami dengan baik dan mudah menyampaikannya kembali kepada para siswanya. Sedangkan bagi peneliti bermanfaat sebagai alat bantu yang dapat memudahkan menganalisis suatu permasalahan kebahasaan. Selain itu, semantik juga bermanfaat bagi orang awam untuk memahami dunia yang penuh dengan informasi dan kebahasan yang terus berkembang, karena mereka 22 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia Jakarta: Rineka cipta,2002, h. 2. 23 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993, h. 193. 19 tidak bisa dapat hidup tanpa memahami sekeliling mereka yang mengunakan bahasa sebagai alat komunikasi. 24

3. Jenis-jenis Semantik

Jenis-jenis semantik cukup beragam, tetapi ada beberapa macam jenis semantik yang selalu menjadi pembahasan pada ilmu tersebut. Diantara jenis-jenis semantik ada 4 macam, yaitu : 1 Semantik Leksikal Semantik leksikal adalah semantik yang objek penyelidikannya adalah leksikon dari bahasa. Dan di dalam semantik leksikal diselidiki makna yang ada pada leksem dari bahasa tersebut. Sedangkan leksem itu adalah satuan gramatikal bebas terkecil dan dalam bahasa arab disebut dengan kalimat. Dalam studi semantik, semantik leksikal ini digunakan untuk menyebut satuan bahasa bermakna. 2 Semantik Gramatikal Semantik gramatikal adalah semantik yang objek kajiannya adalah bentuk makna gramatikal dari tataran tata bahasa yaitu morfologi dan sintaksis, kata, frase, klausa, dan kalimat. Dalam bahasa Arab morfologi disebut dengan istilah “Ilmu Sharaf” dan sintaksis dikenal dengan istilah “Ilmu Nahwu”. Semua bentuk tersebut di atas memiliki makna dalam bentuknya masing-masing ketika satuan- satuan morfologi dan sintaksis itu membentuk sebuah kalimat. 3. Semantik Kalimat Semantik kalimat adalah semantik yang berkaitan dengan topik kalimat dan menurut Verhaar, semantik kalimat ini belum banyak menarik perhatian para ahli linguistik. 24 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia Jakarta: Rineka Cipta,2002, hal. 12. 20 4. Semantik Maksud Semantik maksud adalah semantik yang berkenaan dengan pemakaian bentu- bentuk gaya bahasa seperti : metafora, ironi, litotes, dan majas perbandingan lainnya. Menurut Verhaar semantik maksud ini mirip dengan istilah semantic pragmatic yang biasa diartikan dengan bidang studi semantic yang mempelajari makna ujaran yang sesuai dengan konteks situasinya.

4. Satuan Semantik

Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon ikon, index indeks, dan symbol simbol. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan; misalnya foto. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan; misalnya asap sebagai tanda adanya api. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi, simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer, hubungan berdasarkan konvensi masyarakat. Sedangkan menurut Ogden dan Richards, semantik itu memilki segitiga makna yang saling berhubungan antara simbol, reference, dan referent. Simbol merupakan tanda yang bersifat arbitrer yang dapat digunakan untuk menamai suatu benda. Reference merupakan konsep pikiran yang tergambar di dalam otak tentang sesuatu yang sedang dipikirkan. Sedangkan referent merupakan objek yang sudah berbentuk jelas. 25 25 J. D. Parera, Teori Semantik Jakarta: Rineka Cipta, 2004, h. 29-30. 21

5. Pengertian Makna

Sudah disebutkan pada sub bab yang sebelumnya bahwa objek studi semantik adalah makna; atau dengan lebih tepat makna yang terdapat dalam satuan-satuan ujaran seperti kata, klausa, dan kalimat. 26 Aristoteles 384-322sm seorang sarjana bangsa Yunani sudah menggunakan istilah makna, yaitu ketika dia mendefinisikan mengenai kata.Menurutnya, kata adalah satuan terkecil yang mengandung makna. 27 Palmer dan Lyons membedakan pengertian makna dan arti. Makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri terutama kata-kata. Menurut palmer makna hanya menyangkut intra bahasa. Lyons menyebutkan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Arti dalam hal ini menyangkut makna leksikal dari kata- kata itu sendiri, yang cenderung terdapat di dalam kamus sebagai leksem. 28 Mengenai makna kata biasanya di bedakan bermacam-macam makna, maka pertama-tama harus diketahui dasar-dasar pengertian makna. Di sekitar kita terdapat bermacam-macam peristiwa atau hal yang dapat diserap panca indra kita yang secara tradisional kita kenal sebagai rumah, binatang, bulan, tanah, batu dan pohon. kata- kata semacam itu merupakan lambang bunyi ujaran untuk mengacu kepada benda- benda yang ada dialam itu. 29 26 Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 2. 27 Ibid, h. 27 28 Ibid, h. 5. 29 Gorys Keraf, tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesi: Untuk Tingkat Pendidikan Menengah, Jakarta: Grasindo, 1991, h. 159. 22

6. Jenis-jenis Makna

1. Makna Leksikal Makna leksikal adalah makna yang memiliki atau ada pada leksem meski pada konteks apa pun. Bisa dikatakan juga, makna leksikal adalah makna yang bersifat leksikon vokabuler, kosa kata, dan perbendaharaan kata, bersifat leksem satuan bentuk bahasa yang bermakna, atau bersifat kata. 30 Mansoer Pateda mendefinisikan makna leksikal adalah makna kata ketika makna itu berdiri entah dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu. Misalnya leksem pensil memiliki makna leksikal ‘sejenis alat tulis yang terbuat dari kayu dan arang’. Dengan contoh ini dapat pula dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita, atau makna apa adanya. 31 2. Makna Gramatikal Makna gramatikal adalah makna yang menyangkut hubungan intra bahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat. Makna leksikal biasanya dipertentangkan atau dioposisikan dengan makna gramatikal. Kalau makna leksikal itu berkenaan dengan makna leksem atau kata yang sesuai dengan referennya, maka makna gramatikal ini adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi atau kalimatisasi. Umpamanya, dalam proses afiksasi prefik ber- dengan dasar baju malahirkan makna gramatikal ‘mengenakan’ atau ‘memakai baju’. 32 Makna leksikal dapat berubah ke dalam makna gramatikal secara operasional. Sebagai contoh dapat kita pahami makna leksikal kata belenggu adalah i alat pengikat kaki atau tangan; 30 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h. 60. 31 Abdul Cahear, Linguistik Umum Jakarta, Rineka Cipta, 2003 h. 289. 32 Ibid, h. 290. 23 borgol, atau ii sesuatu yang mengikat sehinga tidak bebas lagi. Sebagaimana makna gramatikal perhatikan ekspresi berikut: i Polisi memasang belenggu pada kaki dan tangan pencuri yang baru tertangkap itu, ii mereka terlepas dari belenggu penjajahan. 33 3. Makna KontekstualSituasional Makna kontekstual contextual meaning atau makna situasional situational meaning muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan konteks. Jadi, makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks. Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu dan lingkungan bahasa itu. Konteks disini dapat berwujud dalam banyak hal, seperti 1 konteks orang, disini termasuk hal yang berkaitan dengan jenis kelamin, kedudukan pembicara, usia pembicarapendengar, latar belakang social ekonomi pembicarapendengar; 2 konteks situasi, misalnya situasi aman dan rebut; 3 konteks tujuan, misalnya meminta dan mengharapkan sesuatu; 4 konteks formal; 5konteks suasanan hati pembicara pendengar, misalnya: takut, gembira, dan jengkel; 6 konteks waktu, misalnya malam setelah magrib; 7 konteks tempat, misalnya di sekolah, di pasar dan lain-lain; 8 konteks objek,maksudnya apa yang menjadi focus pembicaraan; 9 konteks alat kelengkapan bicaradengan dengan pembicarapendengar; 10 konteks kebahasaan maksudnya bahasa indah bahasa yang digunakan oleh kedua belah pihak; 11 konteks bahasa, yakni bahasa yang digunakan. 34 4. Makna Tekstual Makna tekstual textual meaning adalah makna yang timbul setelah seseorang membaca teks secara keseluruhan. Makna tekstual tidak diperboleh hanya melalui 33 Varera, Pengantar Linguistik, h. 234. 34 Manoer Parera, Semantik Leksikal, hal. 236. 24 makna setiap kata, atau makna setiap kelimat, tetapi makna tekstual dapat ditemukan setelah seseorang membaca keseluruhan teks. Dengan demikian makna tekstual berhubungan dengan bahasa tertulis. Makna tekstual lebih berhubungan dengan pesan, tema yang ingin disampaikan melalui teks. 35 Makna leksikal adalah makna yang akan dipahami jika dibaca keseluruhan teks, untuk mencari makna kata tertentu agaknya seorang harus sabar. Ia harus membaca teks keseluruhan sebelum menentukan makna kata tertentu yang ia tidak ketahui maknanya. 5. Makna Konotatif Makna konotatif connotative meaning muncul sebagai akibat asosiasi perasaan memakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca. Zgusta 1971:38 berpendapat makna konotatif adalah makna semua komponen pada kata ditambah beberapa nilai mendasar yang biasanya berfungsi menandai. Harimurti 1982:91 berpendapat “aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atas pemikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicaraan pembicara penulis dan pendengar pembaca dengan kata lain makna konotatif ialah makna leksikal. Misalnya kata amplop. Kata amplop bermakna sampul yang berfungsi tempat mengisi surat yang akan disampaikan kepada orang lain atau kantor, instansi dan lain- lain. Makna ini adalah makna denotative. Tetapi pada kal imat “berilah ia amplop agar urusannya cepat selesai”, makna amplop sudah bermakna konotatif, yakni berilah ia uang. Kata amplop masih ada hubungan, karena uang dapat saja diidi di dalam amplopi. Dengan kata lain, kata amplop mengacu kepada uang, dan lebih khusus lagi dengan uang pelican, uang pelancar, dan uang sogok. Makna kata amplop tidak 35 Ibid, hal. 230. 25 sebagaimna adanya lagi, tetapi mengandung makna yang lain, yang kadang-kadang masih berhubungan dengan sifat, rasa, benda, peristiwa yang dimaksudkan. 36 6. Makna Deskriptif Makna deskriptif yang disebut juga makna kognitif atau makna referensial adalah makna yang terkandung di dalam setiap kata. Makna yang ditunjukan oleh lambing itu sendiri. Jadi, kalau seorang mengatakan air, maka yang dimaksud adalah sejenis benda cair yang digunakan untuk mandi, mencuci atau minum. Orang mengerti makna kata air, karena itu ia membawa air seperti yang kita kehendaki. Makna deskriptif adalah makna yang terkandung dalam makna itu pada masa sekarang. Makna dimaksud adalah makna yang masih berlaku sekarang, makna yang berlaku dalam masyarakat pemakai bahasa. Makna deskriptif tidak dikaitkan lagi dengan makna kata itu pada waktu dahulu, atau tidak dikaitkan dengan makna ketika itu baru muncul yang diperhatikan yakni makna yang sekarang berlaku dalam masyarakat pemakai bahasa. Makna dapat berubah, tetapi tetap yang diperhatikan adalah makna yang masih berlaku pada waktu sekarang. 37 7. Makna referensial Makna referensial referential meaning adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata. Sebelum dilanjutkan uraian makna referensial, ada baiknya dipahami lebih dahulu, apakah yang dimaksud dengan istilah referen. Menurut Palmer adalah hubungan antara unsure-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat, dan dunia pengalaman yang non linguistik. Referen dan acuan boleh saja benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yang ditunjukan oleh lambing. Makna referensial mengisyaratkan kepada kita tentang makna yang langsung menunjuk kepada sesuatu, apakah benda, 36 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h. 112. 37 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h. 100. 26 gejala, kenyataan, peristiwa, proses, sifat. Makna referensial merupakan makna unsure bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia diluar bahasa. 38 8. Makna Afektif Makna afektif affective meaning merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Oleh Karena itu, makna afektif berhubungan dengan reaksi pendengar dalam dimensi rasa, maka dengan sendirinya makna afektif berhubungan pula dengan gaya bahasa. 39

7. Sebab-sebab Perubahan Makna

Ahli bahasa Perancis Antoine Meiller “Bahwa bahasa ada tiga penyebab pokok untuk merubah makna yaitu: Bahasa, Sejarah, Masyarakat atau yang mengakibatkan atas perkataan ini. Macam-macam yang tiga ini menghimpun hal-hal yang bisa didalamnya antara menjelaskan banyak keadaan dari perubahan makna, akan tetapi bersamaan dengan hal itu bukan semua dari berbagai keadaan. Sebab-sebab yang mengakibatkan perubahan makna yaitu nampaknya kebutuhan ketika masyarakat memiliki ide bahasa atau selainnya, dia ingin menciptakan yang baru, bahwa contoh dari semua suara didalam kosakata atau kamus bahasa. Ketika masyarakat memiliki ide bahasa atau selainnya, dia ingin menciptakan yang baru , bahwa contoh dari semua suara didalam kosakata atau kamus bahasa. Telah ada dalam perumpaan ini dari metode natralisasi ketika diambil sesuatu dari referensi luar. Ada metode yang menjadikan kata baru ‘coining’ pada metode kalimat bahasa ini.

8. Penjelasan Makna dengan Akurasi Istilah Ekonomi-Politik

Istilah adalah satuan leksikal bahasa sasaran yang mempunyai makna leksikal yang sama dengan masing-masing satuan leksikal bahasa sumber, berbeda dengan 38 Ibid, h. 125. 39 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h. 97. 27 terjemahan. Terjemahan atau penerjemahan adalah proses pengalihan bahasa untuk mendapatkan hasil yang sama hampir mendekati bentuk aslinya di dalam bahasa sumber dan yang memiliki makna yang sama dengan bahasa sasarannya. 40 Sedangkan padanan bukanlah proses, melainkan hasil dari suatu proses penerjemahan dari bahasa sumber Bsu ke bahasa sasaran Bsa. Istilah juga merupakan kumpulan sinonim dalam bahasa asing baik sebagai kata tunggal yang mengacu pada obyek yang sama maupun kalimat-kalimat, penjelasan-penjelasan yang dianggap sebagai istilah penjelasan dari kata kepala. Penulis akan membagikan istilah berdasarkan jenis penggunaannya: 1 Sinonimi Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno yang terdiri dari sin “sama” atau “serupa” dan akar kata “onim” yang bermakna “sebuah kata yang dikelompompokan dengan kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkan makna umum ”. 41 Dengan definisi lain: sinonim adalah kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi berbeda dalam konotasinya. Suatu kata dikatakan bersinonim secara sempurna apabila kata-kata tersebut mengandung makna deskriftif, eksprestif dan social yang sama, sedangkan suatu kata disebut bersinonim secara absolut, apabila kata-kata tersebut mempunyai distribusi yang sama dan bermakna secara sempurna di dalam kehadirannya pada semua konteks. Contoh: kata meninggal dan kata mati memperlihatkan kesamaan makna, tetapi pemakaiannya berbeda. Kata meninggal hanya digunakan untuk manusia, dan tidak untuk binatang atau tumbuhan. Tidak mungkin orang mengatakan “pohon saya meninggal kemarin” tetapi “si Ali meninggal kemarin”. Derajat makna kata mati dan 40 Zgusta Ladislav, Manual of Lexicography, h. 312. 41 H.G. Tarigan, Pengajaran Sematik, Bandung: Angkasa, 1995, Cet. Ke-3, h. 17. 28 meninggal pada kalimat-kalimat ini pun berbeda, dalam arti kata meninggal lebih halus jika dibandingkan dengan kata mati. 42 2 Antonim Kata antonim berasal dari kata Yunani kuno, yaitu ianoma yang artinya ‘nama’ dan anti yang artinya ‘melawan’. 43 Maka, antonim adalah kata yang mengandung makna yang berkebalikan atau berlawanan dengan kata yang lain. Verhaar 1983:133 mengatakan “antonim adalah ungkapan biasanya kata, tetapi dapat juga frase atau kalimat yang dianggap bermakna kebalikan dari ungkapan lain.” 44 Antonim dan antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain. Misalnya: kata buruk berantonim dengan kata baik; kata mati berantonim dengan kata hidup; dan kata membeli berantonim dengan kata menjual. 45 Dalam buku-buku pelajaran Indonesia, antonim biasanya disebut lawan kata. Banyak orang tidak setuju dengan istilah itu sebab pada hakikatnya yang berlawanan bukan kata-kata itu, melainkan makna dari kata itu. 3 Hiponim Hiponim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma berarti ‘nama’, dan hypo berarti ‘di bawah’. Secara harfiyah berarti ‘nama yang termasuk di bawah nama lain’. Verhaar 1983:131 mengatakan “hiponimi adalah ungkapan biasanya berupa kata, tetapi kiranya bisa juga berupa frase atau kalimat yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain. 46 Hiponim adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya terucap dalam bentuk makna ujaran lain. Misalkan: kata warna adalah hiponim, sedangkan merah, hijau, biru, 42 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h. 224. 43 H.G Tarigan, Pengajaran Semantik, h. 41. 44 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h.207. 45 Abdul Chaer, Linguistik Umum, h. 299. 46 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 98. 29 putih adalah hipernimi. Jadi merah berhiponim terhadap warna, maka iwarna berhiponim terhadap merah. 47 4 Homonimi Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani kuno onoma yang artinya ‘nama’ dan homo artinya ‘sama’. Homonimi adalah kata-kata yang sama bunyinya tetapi mengandung arti dan pengertian berbeda. 48 Verhaar 198 memberi definisi homonimi sebagai ungkapan berupa kata, frase, atau kalimat yang bentuknya sama dengan ungkapan lain juga berupa kata, frase, atau kalimat tetapi maknanya tidak sama. 49 Homonimi adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya ‘kebetulan’ sama; maknanya tertentu saja berbeda, karena masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan. Misalnya: kata pacar yang bermakna ‘inai’, dan makna pacar yang bermakna ‘kekasih’. 50 Homonimi dibedakan menjadi dua bagian, yaitu homofon dan homograf. Homofon merupakan dua ujaran yang sama lafalnya tetapi berlainan tulisannya. Seperti kata bank dan bang, sangsi dan sanksi. Sedangkan homograf merupakan dan ujaran yang sama ejaannya tetapi berlainan lafalnya. 51 47 Abdul Chaer, Pengantar Linguistik, h. 305. 48 H.G Tarigan, Pengjaran Semantik, h. 30. 49 Ibid, h. 93. 50 Abdul Chaer, Linguistik Umum, h. 302. 51 JD, Parrera, Teori Semantik, h. 82. 30

BAB III Wawasan Tentang Kamus Al-

‘Ashri Dan Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Istilah Politik-Ekonomi

A. Wawasan kamus al-

‘Ashri dan kamus Istilah Pada bab ini, penulis mencoba menelusuri sinopsis kamus al- ‘Ashri yang disusun oleh KH.Atabik Ali dan Drs.A.Zuhdi Muhdlor dan sinopsis kamus Kontemporer Arab- Indonesia Istilah Ekonomi-Politik yang disusun oleh M.Napis Djuaeni dan istilah-istilah politik-ekonomi yang ada di dua kamus tersebut. Dimana kamus dwibahasa ini memiliki kelebihan masing-masing yang tidak dimiliki kamus lain. Jika penulis lihat dari ragam kamusnya, kamus al- ‘Ashri ini termasuk dalam kamus Terjemahan mazdujah atau bilingual yang memadukan dua bahasa untuk menentukan titik temu makna dari kosakata. Kamus terjemah memuat kata-kata asing yang kemudian dijelaskan satu persatu dengan mencari padanan makna yang disesuaikan dengan bahasa nasional atau bahasa pemakai kamus. Dalam penyusunan kamus terjemah dibutuhkan skill penyusunan yang mumpuni di bidang Ilmu Terjemah. Selain itu, penyusun kamus dituntut untuk menguasai dua bahasa bilingual secara baik. Pada dasarnya, kamus terjemah tergolong kamus yang paling dulu ada. Sebab, bangsa Smith di Irak pada 3000 SM telah mengenal kamus terjemah. Seiring dengan tingginya tingkat komunikasi antar umat beragama di berbagai belahan dunia yang kian mudah dan mengglobal, maka eksistensi kamus terjemah pasti akan terus ada dan bahkan bisa berkembang pesat melebihi jenis-jenis kamus lainnya. Kini, telah muncul kamus terjemah multilingual yang terdiri dari beberapa bahasa, bukan hanya dua bahasa bilingual.