10
BAB II KERANGKA TEORI
A. Definisi Terjemahan
Seperti halnya ilmu-ilmu lain, di dalam bidang penerjemahan ditemukan banyak definisi. Berbagai macam definisi itu mencerminkan pandangan ahli yang membuat
definisi tentang hakikat terjemahan. Berikut akan disajikan beberapa definisi yang sering dikutip dalam buku tentang penerjemahan.
Penerjemahan atau translation selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang teori serta pendekatan yang berbeda-beda dari berbagai segi,
baik segi semantik kemaknaan maupun linguistik kebahasaan dan sebagainya. Meskipun tidak mewakili keseluruhan definisi yang ada dalam dunia penerjemahan
dewasa ini. Definisi terjemahan dalam arti luas adalah “semua kegiatan manusia dalam
mengalihkan makna atau pesan, baik verbal maupun non verbal dari informasi asal atau informasi sumber source information ke dalam informasi sasaran target
information .”
1
Sedangkan definisi terjemahan dalam arti sempit adalah “suatu proses pengalihan pesan yang terdapat di dalam teks bahasa sumber source linguistik
dengan kesepadanan di dalam bahasa ke dua atau bahasa sasaran target language.
2
Eugene a. Nida dan Charles R. Taber, dalam buku mereka The Theory and Practice of Translation, memberikan definisi terjemahan sebagai berikut :
“Translating consist in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in the terms of meaning secondly in
1
Suhendra Yusuf, Teori Terjemah Pengantar kearah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik. Bandung. PT.Mandar Maju, 1994, Cet ke-1, h. 8.
2
Ibid, h. 8.
11 terms of style.”
3
menerjemahkan berarti menciptakan padanan yang dekat dalam bahasa penerima terhadap pesan bahasa sumber, pertama dalam hal makna dan kedua
pada gaya bahasa. Secara lebih sederhana, menerjemahkan dapat didefinisikan sebagai
memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima sasaran dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua mengungkapkan gaya
bahasanya. Disini Nida dan Teber tidak mempermasalahkan bahasa yang terlibat dalam
penerjemahan, tetapi lebih tertarik pada cara kerja penerjemahan. Seperti yang dikutip oleh Maurust Simatupang yakni mencari padanan alami yang semirip mungkin
sehingga pesan dalam bahasa sumber bisa disampaikan dalam bahasa sasaran.
4
Sehingga orang yang membaca atau yang mendengar pesan itu dalam bahasa sasaran pesannya sama dengan pesan orang yang membaca atau mendengar pesan itu dalam
bahasa sumber. Menurut resensi Willie Koen, nida dalam bukunya mengajarkan bahwa cara
baru mnerjemahkan haruslah fokus pada response penerima pesan. cara lama berfokus pada bentuk pesan. Itu berarti terjemahan dapat dikatakan baik bila benar-
benar dapat dipahami dan dinikmati oleh penerimanya. Makna dan gaya atau nada yang diungkapkan dalam bahasa sasaran bahasa penerima tidak boleh menyimpang
dari makna dan gayanada yang diungkapkan dalam bahasa sumber, itulah sebabnya nida mengatakan bahwa
di dalam bahasa penerima harus terdapat “ The closest natural equivalent of the source language message, first in the terms of meaning
secondly in terms of style
.” Akan tetapi, ekuivalen itu haruslah natural wajar, sesuai dengan langgam atau idiom bahasa kita sendiri.
3
Nida F.A. dan Charles R. Teber, The Theory and Patrice of Translation Leiden. E.J. Brill. 1996, h.24.
4
Maurust Simatupang. Enam Makalah Tentang Penerjemahan. Jakarta: PT.UKI.1993, h. 3.
12 Catford 1965 menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat kegiatan
penerjemahan dan ia mendefinisikannya sebagai “The replacement of textual material in one language SL by equivalent textual material in another language
TL”.
5
mengganti bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran.
Newmark 1988 juga memberikan definisi serupa, namun lebih jelas lagi: “Rendering the meaning of a text into another language in the way that the author
intended the text” menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai
yang dimaksudkan pengarang. Pada definisi di atas tidak ditemukan tentang makna. Sementara itu secara garis
besar terjemahan tidak bisa dipisahkan dari persoalan makna atau informasi. Sebagai ganti dari konsep makna adalah materi tekstual yang sepadan. Kesepadanan yang
dimaksud materi tekstual oleh catford tidak harus naskah tulis. Sedangkan zuhrudin mengatakah bahwa. “penerjemahan bisa berasal dari bahasa lisan atau tulisan.”
6
Ungkapan lain tentang hakikat penerjemahan yang dikemukakan oleh Juliana House dalam disertasinya mengatakan bahwa penerjemahan adalah “penggantian
kembali naskah bahasa sasaran yang secara semantik dan pragmatik sepadan.”
7
Pada hakikatnya “esensi terjemahan itu terletak pada makna dari dua bahasa yang berbeda.”
8
Oleh karena itu, house pun menjelaskan bahwa makna beraspek semantik erat kaitannya dengan makna denotatif, yaitu makna yang terdapat dalam
kamus makna leksikal dan makna beraspek pragmatik bertautan dengan makna konotatif, yaitu makna yang berarti kiasan.
5
Rochayah Machali. Pedoman bagi Penerjemah. Jakarta: PT. Grasindo. Anggota IKAPI 2000, h. 5.
6
Zuhrudin Suryawinata.et. al. Translation Bahasa Teori dan Penentu Menerjemahkan. Yogyakarta: Knisius. 2003, Cet. Ke-1, h. 11.
7
Nurrahman Hanafi. Teori dan Sastra Menerjemahkan.NTT: Nusa Indah. 1986, Cet. Ke-1, h. 26.
8
Ibid, h. 27.
13 Dengan melihat definisi di atas, baik definisi penerjemahan dalam arti luas atau
sempit, baik tinjauan semantik atau linguistik, sekilas masing-masing definisi tersebut berbeda-beda, yang sebenarnya mempunyai muatan yang sama, yaitu adanya
persamaan dan penyusuaian pesan yang disampaikan oleh penulis naskah dengan pesan yang diterima pembaca.
B. Jenis Penerjemahan