BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya masyarakat untuk melakukan pengobatan terhadap dirinya sendiri dikenal dengan istilah swamedikasi, swamedikasi umumnya dilakukan untuk
mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti demam, nyeri, batuk, influenza dan lain-lain. Swamedikasi menjadi salah
satu alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Obat bebas dan obat bebas terbatas menjadi pilihan masyarakat
dalam melaksanakan swamedikasi, salah satu golongan obat bebas terbatas yang sering digunakan dewasa ini adalah obat analgetik-antipiretik dan antiinflamasi
Ditjen Binfar, 2006. Campuran ibuprofen dan parasetamol merupakan salah satu jenis
kombinasi dalam formula sediaan tablet analgetik-antipiretik dan antiinflamasi, kombinasi ini dapat menghasilkan efek potensiasi dalam meringankan nyeri
,demam dan radang Segedin,K., 2009. Pada pembuatan sediaan farmasi, pemeriksaan kadar zat aktif merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan tersebut dan salah satu persyaratan tersebut adalah kadar zat aktif yang dikandung sediaan
harus memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia atau buku-buku resmi lainya Depkes RI, 2009.
Monografi campuran ibuprofen dan parasetamol dalam sediaanya tidak dijumpai dalam Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995 dan United Stated
Pharmacopoeia USP XXX tahun 2007. Penentuan kadar baku ibuprofen dan sediaan tabletnya dalam bentuk tunggal dapat ditentukan secara Kromatografi
Universitas Sumatera Utara
Cair Kinerja Tinggi KCKT FI.ed IV, USP 30 dan dalam Japanese Pharmacopoeia XV dan British Pharmacopoeia 2007, baku ibuprofen ditentukan
secara alkalimetri sedangkan baku parasetamol dan sediaan tabletnya dalam bentuk tunggal dapat ditentukan secara KCKT FI ed IV, USP 30 dan menurut
Higuchi, T dan Hanssen, B.E, 1968 parasetamol dalam sediaan tablet dapat ditentukan secara nitrimetri setelah dihidrolisa terlebih dahulu.
Ditinjau dari struktur ibuprofen dan parasetamol yang mempunyai gugus kromofor maka senyawa ini dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet.
Menurut Moffat, A.C., dkk., 2005 ibuprofen memiliki serapan maksimum dalam larutan basa pada panjang gelombang 265 nm A
1 1
=18.5a sedangkan parasetamol dalam larutan asam pada panjang gelombang 245 nm A
1 1
=668a dan dalam larutan basa pada panjang gelombang 257 nm A
1 1
=715a. Kombinasi kedua komponen ini bila dilakukan penentuan kadarnya secara multikomponen dalam
larutan basa dapat memberikan hasil yang kurang baik karena harga A
1 1
ibuprofen terlalu kecil bila dibandingkan dengan parasetamol. Metode KCKT memerlukan
alat dan biaya operasional yang relatif mahal serta waktu analisis yang relatif lama.
Ditinjau dari harga pKa ibuprofen 4.4 kemungkinan kadar ibuprofen dapat ditetapkan secara alkalimetri dimana parasetamol dengan pKa 9.5 tidak akan
tertitrasi. Parasetamol dapat ditetapkan kadarnya secara nitrimetri setelah dihidrolisa menjadi aminofenol, ibuprofen tidak akan tertitrasi karena tidak
memiliki gugus amin primer aromatis.
Universitas Sumatera Utara
Mengingat hal tersebut diatas maka diperlukan metode analisis alternatif yang memerlukan alat dan biaya operasional yang lebih murah serta lebih mudah
dalam pelaksanaanya namun masih dapat memberikan hasil dengan akurasi dan presisi yang baik. Salah satu metode alternatif yang dapat digunakan adalah secara
volumetri dimana ibuprofen ditentukan secara alkalimetri dan parasetamol secara nitrimetri.
1.2 Perumusan Masalah