Hubungan Antara Pemanfaatan Lahan Pekarangan Dengan Status Gizi Balita

74

5.1.6 Hubungan Antara Kepemilikan Lahan atau Tanah Pertanian Dengan Status Gizi Balita

Hasil analisis bivariat di peroleh p value sebesar 1,000 maka p value lebih besar dari 0,05 1,000 0,05, menunjukkan tidak ada hubungan antara kepemilikan lahan atau tanah pertanian dengan status gizi balita pada keluarga buruh tani di Desa Situwangi Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara tahun 2010. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Jelliffe dalam buku Penilaian Status Gizi I Dewa Nyoman Supariasa 2001:176-178 yang menyebutkan bahwa faktor penyebab malnutrisi yaitu ekologi yang dibagi menjadi 6 kelompok yang diantaranya adalah produksi pangan, produksi pangan juga dipengaruhi oleh kepemilikan lahan atau tanah pertanian. Tidak ada hubungan antara kepemilikan lahan atau tanah pertanian dengan status gizi balita pada keluarga buruh tani di Desa Situwangi Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara disebabkan terdapat 53 dari 72 responden 73,6 yang tidak mempunyai lahan pertanian, tetapi mereka masih dapat memberikan asupan makanan yang baik bagi balitanya terbukti 34 responden 64,2 memiliki status gizi baik.

5.1.7 Hubungan Antara Pemanfaatan Lahan Pekarangan Dengan Status Gizi Balita

Hasil analisis bivariat di peroleh p value sebesar 0,739 maka p value lebih besar dari 0,05 0,739 0,05 menunjukkan tidak ada hubungan antara 75 pemanfaatan lahan pekarangan dengan status gizi balita pada keluarga buruh tani di Desa Situwangi Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara tahun 2010. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Jelliffe dalam buku Penilaian Status Gizi I Dewa Nyoman Supariasa 2001:176-178 yang menyebutkan bahwa faktor penyebab malnutrisi yaitu ekologi yang dibagi menjadi 6 kelompok yang diantaranya adalah produksi pangan, produksi pangan juga dipengaruhi oleh penyediaan makanan keluarga. Penyediaan makanan keluarga bisa diperoleh melalui penyediaan makanan produki sendiri yaitu dengan memanfaatkan lahan pekarangan disekitar rumah. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori Suhardjo 2003:49-50 bahwa dalam produksi pangan keluarga perlu diadakannya kegiatan usaha perbaikan gizi keluarga UPGK. UPGK mempunyai beberapa kegiatan yaitu penimbangan bulanan anak balita dengan menggunakan KMS, pendidikan gizi dan kesehatan ibu dan anak-anak balitanya, demonstrasi memasak makanan yang memenuhi persyaratan gizi baik atau pemberian makanan tambahan yang bergizi tinggi untuk balita terutama balita yang menderita gizi buruk, mengembangkan intensifikasi pemanfaatan lahan pekarangan untuk memproduksi bahan makanan bernilai gizi tinggi maupun untuk tanaman obat tradisional apotek hidup, dan pemberian paket pertolongan gizi untuk mereka yang memerlukan yang terdiri dari vit A dosis tinggi, tablet besi, garam oralit, dan garam beryodium. Tidak ada hubungan antara pemanfaatan lahan pekarangan dengan status gizi balita pada keluarga buruh tani di Desa Situwangi Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara disebabkan terdapat 62 dari 72 responden 86,1 yang 76 tidak memanfaatkan lahan pekarangan, tetapi mereka masih dapat memberikan asupan makanan yang baik bagi balitanya terbukti 39 responden 62,9 memiliki status gizi baik.

5.1.8 Hubungan Antara Penyakit Infeksi Dengan Status Gizi Balita