Ergonomi Sikap Kerja TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu “ergon” berarti kerja dan”nomos”berarti hukum atau aturan. Jadi secara ringkas ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan anatara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehinga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi baik Tarwaka, 2004. Secara umum tujuan penerapan ergonomi yaitu: 1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. 2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif. 3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi Tarwaka, 2004. Universitas Sumatera Utara

2.3. Sikap Kerja

Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus melayani mesin macam gerak, arah dan kekuatan Suma’mur, 1996. Terdapat 3 macam sikap dalam bekerja, yaitu: Santoso, 2004 1. Prinsip Posisi Duduk Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator yang bekerja sambil duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara potensial lebih produktif. Di samping itu lebih cekatan dan mahir. Namun sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah- masalah-masalah punggung. Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100; maka cara duduk yang tegang atau kaku erect posture dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140 dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong ke depan Nurmianto, 2004. Universitas Sumatera Utara Kenaikan tekanan tersebut dapat meningkat dari suatu perubahan dalam lekukan tulang belakang yang terjadi pada saat duduk. Suatu keletihan pada pinggul sekitar 90 tidak dapat dicapai hanya dengan rotasi dari tulang pada sambungan paha persendian tulang paha. Urat-urat lutut hamstring dan otot-otot gluteal pada bagian belakang paha dihubungkan sampai bagian belakang pinggul dan menghasilkan suatu rotasi parsial dari pinggul pelvis, termasuk tulang ekor sacrum. Hal tersebut hanya menghasilkan 60 -90 kelebihan putar pinggul dengan rotasi pada persendian tulang paha itu sendiri. Oleh sebab itu, perolehan 30 dari rotasi pinggul pelvis searah dengan lekukan tulang belakang kearah belakang lordosis dan bahkan memperkenalkan suatu lekukan tulang belakang kearah depan kyphosis Nurmianto, 2004. Posisi duduk pada otot rangka musculoskeletal dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri dan cepat lelah. Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar. Menurut Eko Nurmianto 1998 dalam Santoso 2004 bahwa tekanan posisi tidak duduk 100, maka tekanan akan meningkat menjadi 140 bila sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi 190 apabila saat duduk dilakukan membungkuk ke depan. Oleh karena itu perlu sikap duduk yang benar dan dapat relaksasi tidak statis. Universitas Sumatera Utara Sikap duduk yang paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit mungkin kifosa pada punggung. Sikap demikian dapat dicapai dengan kursi dan sandaran punggung yang tepat. Pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk. Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut: a. Kurangnya kelelahan pada kaki. b. Terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah. c. Berkurangnya pemakaian energi. d. K urangnya tingkat keperluan sirkulasi darah Suma’mur, 1989 2. Kerja Posisi Berdiri Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan mengakibatkan penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Seperti pembersih clerks, dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur pasti memerlukan sepatu ketika bekerja. Apabila sepatu tidak pas tidak sesuai maka sangat mungkin akan sobek dan terjadi bengkak pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut sepatu kerja secara ergonomis. Sepatu yang baik adalah sepatu yang dapat menahan kaki tubuh dan kaki tidak direpotkan untuk menahan sepatu. Desain sepatu harus lebih longgar dari ukuran telapak kaki. Apabila bagian sepatu di kaki terjadi penahanan yang kuat pada tali sendi ligaments pergelangan kaki, dan hal itu Universitas Sumatera Utara terjadi dalam waktu yang lama, maka otot rangka akan mudah mengalami kelelahan. Beberapa penelitian telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada tenaga kerja dengan posisi berdiri. Contohnya yaitu seperti yang diungkapkan Grandjean 1988 dalam Santoso 2004, merekomendasikan bahwa untuk jenis pekerjaan teliti, letak tinggi meja diatur 10 cm di atas siku. Untuk jenis pekerjaan ringan, letak tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi siku. Dan untuk pekerjaan berat, letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku. 3. Kerja Berdiri Setengah Duduk Berdasarkan penelitian Santoso 2004 bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa bekerja dengan posisi berdiri tegak diubah menjadi posisi setangah duduk tanpa sandaran dan setengah duduk dengan sandaran, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok. Menurut Suma’mur 1989 posisi kerja yang baik adalah bergantian antara posisi duduk dan posisi berdiri, akan tetapi antara posisi duduk dan berdiri lebih baik dalam posisi duduk. Hal itu dikarenakan sebagian berat tubuh di sangga oleh tempat duduk disamping itu konsumsi energi dan kecepatan sirkulasi lebih tinggi dibandingkan tiduran, tetapi lebih rendah dari pada berdiri. Posisi duduk juga dapat mengontrol kekuatan kaki dalam pekerjaan, akan tetapi harus memberi ruang yang cukup untuk kaki karena bila ruang yang tersedia sangat sempit maka sangatlah tidak nyaman. Universitas Sumatera Utara

2.4. Desain Stasiun Kerja