C. KORELASI ANTARA NILAI KEKERASAN DAN WARNA DENGAN
SKALA HEDONIK
1. Rambutan terolah minimal Grafik korelasi antara skala hedonik kekerasan dengan nilai
kekerasan daging dapat dilihat pada Gambar 29, sedangkan korelasi antara skala hedonik warna dengan nilai warna dapat dilihat pada Gambar 30.
y = 0.0691x - 0.0033 R
2
= 0.2847
0.000 0.050
0.100 0.150
0.200 0.250
0.300 0.350
1.50 1.70
1.90 2.10
2.30 2.50
2.70 2.90
3.10 3.30
Skala hedonik K
e k
e ra
s a
n da gi
ng N
Gambar 29. Grafik korelasi antara skala hedonik kekerasan dengan nilai kekerasan daging.
y = 1.4212x + 41.291 R
2
= 0.0708
30 35
40 45
50 55
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00
Skala hedonik D
e ra
ja t put
ih
Gambar 30. Grafik korelasi antara skala hedonik warna dengan nilai derajat putih.
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai kekerasan daging dan nilai derajat putih maka tingkat kesukaan panelis pun
akan meningkat. Dari kedua grafik diatas, maka berdasarkan nilai regresi R
2
dapat disimpulkan bahwa parameter yang paling dominan dalam organoleptik
adalah nilai kekerasan daging, meskipun nilai regresinya hanya 0.2847. Panelis akan memberikan skor yang kecil apabila kekerasan daging buah
rambutan menjadi lunak. Batas penerimaan panelis terhadap nilai kekerasan daging adalah 0.169 N.
2. Rambutan utuh Grafik korelasi antara skala hedonik kekerasan dengan nilai
kekerasan kulit dapat dilihat pada Gambar 29, sedangkan korelasi antara skala hedonik warna dengan nilai warna L, nilai a dan nilai b dapat dilihat
pada Gambar 31 sampai 34.
y = -0.7982x + 7.5173 R
2
= 0.1962
0.000 1.000
2.000 3.000
4.000 5.000
6.000 7.000
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00 4.50
Skala hedonik K
e k
e ra
sa n
ku li
t N
Gambar 31. Grafik korelasi antara skala hedonik kekerasan dengan nilai kekerasan kulit.
Dari Gambar 31 dapat dilihat bahwa semakin rendah nilai kekerasan kulit maka panelis akan memberikan skor semakin tinggi. Batas penerimaan
panelis terhadap nilai kekerasan kulit adalah 5.5218 N.
y = 4.1445x + 10.862 R
2
= 0.4715
0.0 5.0
10.0 15.0
20.0 25.0
30.0 35.0
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00 4.50
skala hedonik n
ila i L
Gambar 32. Grafik korelasi antara skala hedonik warna dengan nilai L.
y = 10.421x - 15.666 R
2
= 0.6202
0.0 5.0
10.0 15.0
20.0 25.0
30.0 35.0
40.0 45.0
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00 4.50
skala hedonik n
ila i a
Gambar 33. Grafik korelasi antara skala hedonik warna dengan nilai a. Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa panelis akan
memberikan skor tinggi apabila nilai L tingkat kecerahan dan nilai a tingkat kehijauan semakin meningkat. Batas penerimaan panelis terhadap
nilai L tingkat kecerahan adalah 21.2233, sedangkan batas penerimaan panelis terhadap nilai a tingkat kehijauan adalah 10.3865.
y = 3.043x - 1.2689 R
2
= 0.5414
0.0 2.0
4.0 6.0
8.0 10.0
12.0 14.0
16.0
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00 4.50
skala hedonik n
ilai b
Gambar 34. Grafik korelasi antara skala hedonik warna dengan nilai b. Hasil yang sama juga terjadi dengan korelasi antara skala hedonik
warna dengan nilai b, semakin tinggi nilai b kandungan warna kuning maka skor rata-rata panelis akan semakin tinggi. Batas penerimaan panelis
terhadap nilai b kandungan warna kuning adalah 6.3386. Dari keempat grafik diatas dapat disimpulkan bahwa parameter yang
paling dominan dalam organoleptik adalah nilai a tingkat kehijauan walaupun dengan nilai regresi R
2
hanya 0.6202.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Laju produksi CO
2
buah rambutan terolah minimal pada suhu ruang dalam kemasan HDPE adalah 101.80 mlkg jam dan SF adalah 10.79 mlkg jam,
sedangkan laju produksi CO
2
pada suhu 10
o
C dalam kemasan HDPE adalah 9.20 mlkg jam dan SF 2.44 mlkg jam. Untuk laju konsumsi O
2
pada suhu ruang dalam kemasan HDPE adalah 92.15 mlkg jam dan SF 32.51 mlkg jam, sedangkan pada suhu 10
o
C dalam kemasan HDPE adalah 12.00 mlkg jam dan SF adalah 4.94 mlkg jam.
2. Laju produksi CO
2
buah rambutan utuh pada suhu ruang dalam kemasan HDPE adalah 27.54 mlkg jam dan SF adalah 4.86 mlkg jam, sedangkan
laju produksi CO
2
pada suhu 10
o
C dalam kemasan HDPE adalah 5.57 mlkg jam dan SF 1.65 mlkg jam. Untuk laju konsumsi O
2
pada suhu ruang dalam kemasan HDPE adalah 47.77 mlkg jam dan SF 14.97 mlkg
jam, sedangkan pada suhu 10
o
C dalam kemasan HDPE adalah 9.51 mlkg jam dan SF adalah 4.00 mlkg jam.
3. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa bobot, kekerasan daging,
nilai L, nilai a, nilai b, dan derajat putih mengalami penurunan selama penyimpanan. Sedangkan untuk kekerasan kulit, TPT cenderung
mengalami perubahan yang bervariasi. Jenis kemasan, suhu penyimpanan serta interaksinya tidak berpengaruh terhadap kekerasan daging, total
padatan terlarut, nilai L tingkat kecerahan, nilai a tingkat kehijauan dan derajat putih selama penyimpanan.
4. Kekerasan kulit tertinggi pada akhir penyimpanan dialami oleh rambutan
yang disimpan dalam kemasan HDPE pada suhu 10
o
C, yaitu sebesar 20.300 N. Sedangkan terendah dialami oleh rambutan dalam kemasan
HDPE pada suhu ruang, yaitu sebesar 18.500 N. Jenis kemasan berpengaruh nyata pada hari ke-5, ke-6, dan ke-8, sedangkan suhu
penyimpanan berpengaruh nyata pada hari ke-1 dan ke-5 terhadap kekerasan kulit.