meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin banyak terjadinya penguapan air hasil respirasi dan transpirasi yang menyebabkan buah rambutan menjadi
semakin kering sehingga menyebabkan semakin kerasnya kulit buah rambutan. Kelembaban ruang penyimpanan juga dapat mempengaruhi
kekerasan kulit. Semakin rendah kelembaban, penguapan air dari kulit semakin cepat sehingga menyebabkan kulit mengering tetapi bagian dalam
masih lunak. Berdasarkan hasil analisis ragam Lampiran 9 terlihat bahwa jenis
kemasan berpengaruh nyata pada hari ke-5, ke-6, dan ke-8, sedangkan suhu penyimpanan berpengaruh nyata pada hari ke-1 dan ke-5 terhadap kekerasan
kulit pada buah rambutan utuh.
3. TOTAL PADATAN TERLARUT
Data rata-rata hasil pengamatan total padatan terlarut buah rambutan terolah menimal dan rambutan utuh selama penyimpanan disajikan pada
Lampiran 10. Grafik perubahan total padatan terlarut buah rambutan terolah minimal dan rambutan utuh yang terjadi selama penyimpanan dapat dilihat
pada Gambar 15 dan 16.
15 16
17 18
19 20
21
1 2
3 4
5 6
7
Waktu hari T
o ta
l P a
da ta
n T e
rl a
rut B
ri x
HDPE-10 HDPE-Ruang
SF-10 SF-Ruang
Gambar 15. Grafik perubahan total padatan terlarut buah rambutan terolah minimal dalam berbagai kemasan dan suhu selama
penyimpanan.
16 17
18 19
20 21
22
2 4
6 8
10 12
14 16
Waktu hari Tot
a l P
a da
ta nTe
rl a
rut B
ri x
HDPE-10 HDPE-Ruang
SF-10 SF-Ruang
Gambar 16. Grafik perubahan total padatan terlarut buah rambutan utuh dalam berbagai kemasan dan suhu selama penyimpanan.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa perubahan total padatan terlarut cenderung bervariasi selama penyimpanan, baik pada rambutan terolah
minimal dan rambuan utuh. Total padatan terlarut terendah didapat pada buah rambutan pada suhu 10°C yang disebabkan karena terhambatnya proses
penguraian gula, asam pektat, pektinat dan lainnya menjadi senyawa sederhana, akibat terhambatnya proses fisiologis termasuk respirasi.
Terjadinya kenaikan dan penurunan kandungan gula pada perlakuan yang dicobakan selain disebabkan oleh hidrolisis pati menjadi sukrosa,
glukosa, dan fruktosa juga diduga karena keheterogenan buah yang diuji. Hal ini dapat terjadi karena buah dalam satu pohon tingkat kematangannya
bervariasi bahkan dalam satu tangkaipun menunjukkan ketidakseragaman buah.
Pantastico et al. 1986 mengatakan bahwa peningkatan atau akumulasi total gula tidak berlangsung lama karena setelah mencapai
maksimum maka total gula secara bertahap akan menurun. Menurut Winarno dan Aman 1981, bahwa peningkatan total gula disebabkan terjadinya
akumulasi gula sebagai hasil degradasi pati, sedangkan penurunan terjadi karena sebahagian gula digunakan untuk proses respirasi.
Berdasarkan analisis keragaman Lampiran 11, jenis kemasan, suhu penyimpanan beserta interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap total
padatan terlarut buah rambutan terolah minimal dan rambutan utuh. Hal ini berarti jenis kemasan HDPE dan kemasan SF tidak memberikan hasil yang
berbeda terhadap total padatan terlarut, begitu pula dengan suhu 10
o
C dan suhu ruang serta interaksi antara keduanya.
4. WARNA