“Kemarin pernah juga ada rumah sakit mau digusur di Siantar jadi kami di hubungi sama kawan-kawan disana
“datang lah di sini ada rumah sakit yang mau digusur” jadi datanglah kami ke sana kan. Jadinya rumah sakit itu nggak
jadi digusur”
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, perilaku kolektif terbentuk karena adanya persamaan perasaan pada setiap anggota
komunitas. Dalam hal ini kegiatan dalam komunitas punk dibentuk dengan adanya bentuk kolektivitas. Melalui perilaku kolektif komunitas punk dapat
mengadakan kegiatan dengan etika Do It Yourself. Etika Do It Yourself merupakan pedoman bagi para punker dalam melakukan suatu hal, hal ini
bertujuan untuk menciptakan individu yang mandiri. Setiap anggota komunitas punk merasa bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan yang
akan dilaksanakan, seperti acara musik, penanggungan dana anggota punk serta memperkuat hubungan kesetiakawanan, seperti pada saat menerima
tekanan.
4.4.6 Hukum represif
Hukum represif merupakan suatu hukum yang bersifat menekan, mngekang dan memaksa. Hukum ini berlaku pada suatu komunitas yang
memiliki ideologi dan misi yang sama. Di dalam komunitas punk terdapat hukum represif yang bertujuan untuk tetap menyatukan misi komunitas. Hal
ini terjadi ketika seorang yang mengaku punker namun tidak memiliki pemikiran punk sehingga menunjukkan perilaku yang tidak umum dalam
komunitas punk. Punker tersebut telah melakukan perilaku yang menyimpang di dalam ketentuan atau perilaku punk sehingga punker tersebut mendapat
Universitas Sumatera Utara
hukuman represif berupa pengucilan dan tidak dianggap sebagai anggota komunitas. Seperti yang diungkapkan oleh informan J.O lk, 30 tahun
sebagai berikut: “Kalo di punk itu memang gitu kejujuran harus ditonjolkan
kali jadi misalnya kau di punk ini mau kayak mana pun tapi kalo nggak jujur pasti akan tersisihkan. Terus dia lebih
membuktikannya dengan apa yang dikatakan, nggak banyak neko-neko ya kan terus jiwa kebersamaan. Mau dari sudut
mana punk kita jumpa gak pernah ketemu tapi kalo memang jiwa nya punk ya tetap dianggap keluarga.
Hal lain diungkapkan oleh informan R.D lk, 22 tahun sebagai berkut:
“Misalnya ada anak punk liat cewek sikit langsung sok cool dia, kalo itu kami bilang losser. Pake atribut punk supaya di
bilang gimana gitu, dibilang keren, gampang cari cewek” Sejalan dengan yang diungkapkan oleh informan, E.W lk, 25 tahun
sebagai berikut: Kalo ada orang yang berpikiran seperti punk berarti dia
bukan pecundang tapi kalo tidak ada perlawanan dia untuk perubahan, revolusi di masa yang akan datang berarti dia
pecundang, fuck off.
Hal serupa diungkapkan oleh informan, T.L lk, 28 tahun sebagai berikut:
“...Mabok-mabok juga, cuma dalam artian komunitas punk itu pemabok juga. Itu juga ada varian dalam pemahaman itu
sendiri kan apa mengontrol diri kita supaya nggak mabok. Mengajarkan kita sendiri supaya tidak losser gitu kan,
dengan permasalahan”
Universitas Sumatera Utara
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hukum represif yang ada dalam komunitas punk berupa bentuk pengucilan atau tidak
menggakui anggota yang menyimpang tersebut. Seorang punker tersebut akan disebut dengan losser dalam komunitas punk. Penyimpangan dapat
berupa perilaku atau tindakan serta pemikiran. Hal ini dapat dikaitkan dengan persamaan moral pada komunitas punk, di mana seseorang belum dapat
disebut punker dengan berpenampilan ala punk.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan