Teori Deviden Tidak Relevan Teori Bird in The Hand Teori Preferensi Pajak

berarti semakin besar pula deviden yang dibagikan kepada pemegang saham. Dalam hal ini diperlukan kebijakan didalam pemberian deviden. Di dalam menentukan kebijakan deviden, perusahaan perlu memperhatikan tingkat bunga yang berlaku. Apabila tingkat bunga cenderung naik, maka perusahaan lebih menyukai pendanaan yang bersumber dari laba ditahan. Akan tetapi apabila tingkat bunga cenderung turun, maka pendanaan yang bersumber dari hutang lebih disukai perusahaan. Akibatnya kebijakan pemberian deviden perusahaan dapat berubah. Terdapat berbagai pendapat atau teori mengenai kebijakan deviden antara lain 1 Teori deviden tidak relevan, 2 Teori the bird in the hand, dan 3 Teori perbedaan pajak.

1. Teori Deviden Tidak Relevan

Pendukung utama dari teori ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani MM, dimana kebijakan deviden tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham maupun terhadap biaya modalnya. Miller dan Modigliani MM berpendapat bahwa bagaimanapun kebijakan deviden itu tidak akan mempengaruhi harga saham, sebab dalam pasar modal sempurna, para pemegang saham tidak membedakan antara deviden dan laba ditahan, apakah pemberian deviden lebih besar kepada pemegang saham, atau mengalokasikan sebagian besar keuntungan perusahaan kepada laba ditahan. Miller dan Modigliani MM menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan dari besar kecilnya deviden pay out ratio, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak EBIT Atmaja, 1994 : 351. Universitas Sumatera Utara

2. Teori Bird in The Hand

Merton Miller dan Franco Modigliani MM berpendapat bahwa nilai perusahaan akan dimaksimalkan apabila rasio pembayaran deviden dinaikkan Weston Brigham, 2001 : 67. Teori ini menyatakan bahwa investor lebih menyukai penerimaan deviden dari pada capital gain. Sebaliknya Myron Gordon dan John Lintner berpendapat sebaliknya, dimana nilai perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran deviden dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal capital gain yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya mereka menerima deviden.

3. Teori Preferensi Pajak

Teori ini beranggapan bahwa investor lebih menyukai pembagian deviden yang rendah daripada yang tinggi. Hal ini disebabkan karena keuntungan modal dari capital gain dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pendapatan deviden. Untuk investor yang memiliki mayoritas saham akan lebih suka jika perusahaan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba yang akan menaikkan harga saham akan menghasilkan capital gain yang pajaknya lebih rendah dari pendapatan deviden. Menurut Weston dan Copeland 1992 fakor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden adalah: 1. Undang-undang Universitas Sumatera Utara Undang-undang menentukan bahwa pembayaran deviden harus dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yng ada dalam pos laba ditahan retained earnings dalam neraca. Peraturan pemerintah menekankan pada tiga hal 1 pengaturan laba bersih, 2 larangan pengurangan modal capital impairment rule, dan 3 peraturan kepailitan insolvency rule. Undang-undang ini penting karena merupakan kerangka untuk merumuskan kebijakan deviden. Akan tetapi, dalam batas- batas kerangka tersebut, faktor-faktor keuangan dan ekonomi mempunyai pengaruh yang penting pada kebijakan itu sendiri. 2. Poisis Likuiditas. Laba ditahab tahun-tahun lalu sudah diinvestasikan pada pabrik dan peralatan, persediaan, dan aktiva lainnya; laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk kas. Jadi meskipun suatu perusahaan membukukan laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar deviden kas karena posisi likuiditasnya tidak memungkinkan. 3. Kebutuhan untuk Melunaskan Hutang. Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan lain, perusahaan tersebut mengahadapi dua pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada saat jatuh tempo atau menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain atau perusahaan dapat melunaskannya. Jika keputusannya adalah membayar hutang tersebut, maka ini biasanya memerlukan penyimpanan laba. 4. Larangan dalam Perjanjian Hutang. Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka panjang, sering membatasi kemampuan suatu perusahaan untuk membayar deviden kas. Larangan ini untuk melindungi kedudukan pemberi pinjaman, biasanya menyatakan bahwa 1 deviden pada masa yang akan datang hanya dapat dibayar dari laba sesudah penandatanganan perjanjian hutang jadi, deviden tidak dapat dibayar dari laba ditahan tahun-tahun lalu, 2 deviden tidak dapat dibayar apabila modal kerja bersih berada dibawah suatu jumlah yang telah ditentukan. 5. Tingkat Ekspansi Aktiva. Semakin cepat aktiva suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya. Kalau kebutuhan dananya di masa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung menahan laba daripada membayarkannya. 6. Tingkat Laba. Tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan akan menetukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk deviden pada pemegang saham yang akan menggunakan dana itu pada tempat lain atau menggunakannya pada perusahaan tersebut. 7. Stabilitas Laba Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering dapat memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya Universitas Sumatera Utara cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang labanya berfluktuasi. 8. Peluang ke Pasar Modal Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan dengan baik, dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas laba, akan mempunyai peluang lebih besar untuk masuk ke pasar modal dan bentuk-bentuk pembiayaan eksternal lainnya. Jadi, perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberikan tingkat pembayaran deviden yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil atau baru. 9. Kendali Controll Variabel penting lainnya adalah dampak dari pilihan sumber-sumber keuangan pada kendali situasi perusahaan. Sebagai suatu kebijakan, beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai pada tingkat penggunaan laba internal saja. Pentingnya pembiayaan internal dalam usaha mempertahankan kendali akan memperkecil pembayaran deviden. 10. Posisi Pemegang Saham sebagai Pembayar Pajak Posisi pemegang saham sebagai pembayar pajak sangat mempengaruhi keinginannya untuk memperoleh deviden. Pada saat-saat tertentu akan terjadi konflik kepentingan antara pemegang saham yang terkena tarif pajak tinggi dengan pemegang saham yang terkena tarif pajak rendah. Yang pertama ingin menginginkan pembagian deviden yang rendah dan menahan laba yang tinggi dengan harapan meningkatkan modal saham perusahaan. Sementara yang kedua menginginkan pembagian deviden yang tinggi. Gitosudarmo, 2002 : 227 menyatakan terdapat 2 dua pendekatan di dalam membahas masalah deviden yaitu :

1. Sebagai Kebijaksanaan Pembelanjaan Jangka Panjang

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Laba Akuntansi Dan Laba Tunai Terhadap Deviden Kas Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

4 74 72

Analisis Pengaruh Kinerja Arus Kas, Profitabilitas Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 59 82

Pengaruh Laba Akuntansi, Arus Kas Operasi, Kebijakan Hutang Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Jenis Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 31 77

PENGARUH ARUS KAS BEBAS, HUTANG, DAN LABA TERHADAP DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 28

Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Arus Kas Bebas Terhadap Kebijakan Dividen (Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

8 50 74

Pengaruh Arus Kas Bebas dan Tingkat Pengembalian Investasi Terhadap Kebijakan Deviden pada Perusahaan Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 1

PENGARUH LABA BERSIH DAN ARUS KAS OPERASI TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN TUNAI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 6 29

PENGARUH LABA BERSIH DAN ARUS KAS OPERASI TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA).

0 9 24

ANALISIS PENGARUH LABA DAN ARUS KAS TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI INDONESIA.

0 2 8

Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 23