Karena adanya gugus amino, kitosan merupakan polielektrolit kationik pKa 6,5 hal yang sangat jarang terjadi secara alami. Sifat yang basa ini menjadikan
kitosan :
a. Dapat larut dalam media asam encer membentuk larutan yang kental sehingga dapat digunakan dalam pembuatan gel. Dalam beberapa variasi konfigurasi
seperti butiran, membrane, pelapis kapsul, serat dan spons.
b. Membentuk kompleks yang tidak larut dengan air dengan polianion yang dapat juga digunakan untuk pembuatan butiran gel, kapsul, dan membran.
c. Dapat digunakan sebagai pengkhelat ion logam berat dimana gelnya menyediakan sistem produksi terhadap efek dekstruksi dari ion
Meriaty,2002.
2.1.2. Sifat Sifat Fisika dan Kimia 2.1.2.1. Sifat Fisika
Kitosan adalah padatan amorf putih yang tidak larut dalam alkali dan asam mineral kecuali pada keadaan tertentu.Kitosan merupakan molekul polimer yang
mempunyai berat molekul tinggi.Kitosan dengan berat molekul yang tinggi didapati dengan mempunyai viskositas yang baik dalam suasana asam.Kitosan hasil deasetilasi
kitin larut dalam asam encer seperti asam asetat, asam formiat, dll.Kitosan dapat membentuk gel dalam n
metilmorpin n oksida yang dapat digunakan dalam
formulasi pelepasan obat terkendali. Kandungan nitrogen dalam kitin berkisar 5 8 tergantung pada tingkat deasetilasi sedangkan nitrogen pada kitosan kebanyakan
dalam bentuk gugus amino. Maka kitosan bereaksi melalui gugus amino dalam pembentukan N
asilasi dan reaksi Schiff yang merupakan reaksi yang penting Kumar, 2000.
2.1.2.2 Sifat Kimia
Adanya gugus amino dan hidroksil dari kitosan juga menyebabkan kitosan mudah dimodifikasi secara kimia antara lain dalam reaksi pembentukan :
a. N Asil Metode yang paling sederhana adalah dengan mereaksikan asam karboksilat
dengan kitosan. Pemanasan larutan kitosan dalam asam formiat 100 pada suhu 90
o
C dengan penambahan piridin sedikit demi sedikit untuk
menghasilkan N formilatosan serta N Asetil dalam asetat 20. Pereaksi yang paling banyak digunakan untuk N Asilasi kitosan adalah asil anhidrida,
baik dalam kondisi homogen dan heterogen
b. O Asilasi Gugus amino kitosan lebih reaktif daripada gugus hidroksilnya. Gugus amino
perlu diproteksi selama proses asilasi untuk menghasilkan O asil Kitosan. Metode proteksi yang dilakukan antara lain melalui pembuatan basa Schiff
disusul O Asetilasi menggunakan larutan untuk mencegah hidrolisis asam dan basa Schiff.Pembuatan O Asetil Kitosan dapat juga dilakukan dengan
melarutkan kitosan terasetilasi dalam asam formiat 90 yang mengandung asetat anhidrida dengan HClO
4
dengan asumsi protonasi akan mencegah terjadinya N Asetilasi.
N dan O
Asetilasi kitosan juga dapat diperoleh bersamaan dengan menggunakan asil klorida. Caranya dengan merefluks kitosan dalam
dodekanoil klorida berlebih piridin kloroform dan ditambah asam klorida sesudah direfluks 5 jam. Produk yang diperoleh sesudah 9 jam larut dalam
kloroform, benzene, dietil eter, dan piridin.
c. Eter Kitosan Pembuatan turunan O alkil kitosan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu O
Alkilsi kitin disusul pengurangan N Asetilasi dan O
Alkilasi derivatif kitosan dimana gugus amino diproteksi selama reaksi alkilasi.
Karboksimetil kitosan yang dipeorleh melalui prosedur pertama menghasilkan garam natrium dengan gugus amin bebas dalam bentuk busa ataupun garam
hidroklorida dari asam amino dengan gugus karboksimetil dalam bentuk asam.Sensitifitas terhadap penambahan elektrolit meningkat dengan
bertambahnya karboksimetilasi.Perlakuan alkali kitin dengan epiloklorohidrin pada 0
15
o
C disusul deasetilasi menghasilkan O hidroksialkil kitosan
Kaban, 2007.
Kitosan dalam bentuk terprotonasi menunjukkan kerapatan muatan yang tinggi dan bersifat sebagai polielektrolit kationik dan sangat efektif berinteraksi dengan
biomolekul bermuatan negatif molekul permukaan Sugita dkk., 2009.
2.1.3. Modifikasi Kitosan Kitosan dapat dimodifikasi menjadi berbagai bentuk seperti serpih, hidrogel, membran
dan butiran. Perbedaan bentuk kitosan akan mempengaruhi pada luas permukaannya. Semakin kecil ukuran kitosan, maka luas permukaan kitosan akan semakin besar.
a. kitosan berbentuk serpihan Afinitas kitosan bentuk serpihan telah diuji coba terhadap ion Pb
+2
, Ni
+2
, dan Cr
+2
dan persentase pengikatan adalah 84 98, 40 92, dan 17 46 berturut turut.
b. hidrogel kitosan Pelarutan kitosan dalam asam asetat merupakan cara sederhana untuk
membentuk hidrogel kitosan. Hidrogel kitosan yang dibentuk oleh penambahan bahan senyawa penaut silang disebut hidrogel kitosan kovalen
atau ionik. Penaut silang yang digunakan merupakan molekul berbobot molekul lebih rendah daripada bobot molekul kedua rantai polimer yang akan
ditautkan.
c. kitosan berbentuk membran Membran dapat disiapkan dengan menggunakan beberapa metode antara lain
pelelehan, pengepresan, track etching, dan pembalikan fase. Pembalikan fase adalah proses yang mengubah polimer dari bentuk larutan menjadi bentuk
padatan secara terkontrol. Asnel 2008 membuat membran gel kitosan alginat dengan penaut silang glutaraldehida.
d. kitosan berbentuk butiran Kitosan dapat dibuat menjadi bentuk butiran dengan pelarutan 3 gram kitosan
dalam 100 ml larutan asam asetat 1 yang diteteskan pada larutan NaOH 4 maka diperoleh butiran berbentuk bola. Kitosan berbentuk butiran yang
terbentuk dikumpulkan dan dicuci dengan akuades. Shentu, et al telah membuat kitosan dalam bentuk butiran yang digunakan untuk proses adsorpsi
enzim catalase Sugita dkk., 2009.
2.2. Alginat