HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU DENGAN KECEMASAN WANITA MENOPAUSE (Studi Kasus di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi)

(1)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU DENGAN KECEMASAN WANITA MENOPAUSE

(

Studi Kasus di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga

Minat Utama : Pendidikan Profesi Kesehatan

Disusun Oleh : Titik Putikah NIM : S 540908120

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

TAHUN 2010


(2)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU DENGAN KECEMASAN WANITA MENOPAUSE

(

Studi Kasus di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi)

Disusun Oleh :

Titik Putikah NIM : S 540908120

Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing

Pada tanggal :

Pembimbing 1 Pembimbing II

Prof. Dr.dr. Didik Tamtomo, MKes MM,PAK Dr. Nunuk Suryani,MPd NIP.19480313 197610 1 001 NIP.19661108 199003

Mengetahui

Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga

Prof.Dr. dr. Didik Tamtomo,. M.Kes, MM PAK NIP.19480313 197610 1 001


(3)

commit to user

iii

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU DENGAN KECEMASAN WANITA MENOPAUSE

(

Studi Kasus di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi)

Disusun Oleh :

Titik Putikah NIM : S 540908120

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal :

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Prof. Dr. Ambar Mudigdo,dr, Sp PA(K) ...

Sekretaris : Ruben Dharmawan,dr,Ir,Ph.D ...

Anggota : Prof.Dr. Didik Tamtomo,. dr.PAK, MM, M.Kes ... .

Anggota : Dr. Nunuk Suryani,MPd ...

Mengetahui Mengetahui

Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga Direktur Program Pascasarjana

Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr.PAK, MM, M.Kes Prof. Drs. Suranto, MSc, PhD NIP.19480313 197610 1001 NIP.19570820 198503 1 004.


(4)

commit to user

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini saya: Nama : Titik Putikah NIM : S540908120

Program Studi : Kedokteran Keluarga Alamat : Ngawi

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya ini yang berjudul HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU DENGAN KECEMASAN WANITA MENOPAUSE (Studi Kasus di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi) adalah benar-benar hasil karya sendiri, bukan duplikasi dari karya orang lain kecuali kutipan-kutipan yang telah jelas sumbernya. Selanjutnya apabila dikemudian hari ada klaim dari pihak lain, maka bukan menjadi tanggungjawab Dosen Pembimbing atau Pengelola Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, tetapi menjadi tanggungjawab kami sendiri. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sadar dan tanpa tekanan dari pihak manapun.

Surakarta, Agustus 2010 Yang menyatakan

Titik Putikah NIM: S540908120


(5)

commit to user

v MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.


(6)

commit to user

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap kata Syukur Alhamdulillah, Karya ini kupersembahkan kepada:

1. Suamiku tercinta yang selalu mendukung dan mendampingi setiap langkahku 2. Anak-anakku tersayang yang senantiasa kucintai, kusayangi, dan kudambakan

yang telah memberi semangat dalam kehidupanku 3. Almamater Universitas Sebelas Maret Surakarta


(7)

commit to user

vii ABSTRAK

Titik Putikah, S540908120.Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku dengan Kecemasan wanita menopause (Studi Kasus di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi), Program Magister Kedokteran Keluarga Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2010

Latar belakang penelitian ini adalah banyaknya wanita menopause mengalami kecemasan karena kurangnya pengetahuan dan sikap, perilakunya kurang baik. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku wanita menopause dengan kecemasan.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian sebanyak 60 orang dan seluruh populasi diambil semua sebagai sampel.

Hasil penelitian membuktikan pengetahuan berhubungan signifikan dengan kecemasan wanita menopause dengan tingkat signikansi 0,000, Sikap berhubungan signifikan dengan Kecemasan wanita menopause dengan signikansi 0,000, Perilaku berhubungan signifikan dengan kecemasan dengan tingkat signifikansi 0,000. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku secara bersama-sama berhubungan signifikan dengan kecemasan wanita menopause dengan tingkat signikansi 0,000 ( F hitung > F tabel yaitu 35,38 > 2,76 )

Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti mencoba memberikan saran sebagai berikut: Bagi wanita yang memasuki masa menopause agar meningkatkan pengetahuannya tentang menopause, bersikap dan berperilaku positif sehingga tidak mudah cemas. Bagi peneliti berikutnya yang ingin mengkaji hubungan pengetahuan tentang menopause, sikap dan perilaku wanita menopause dengan kecemasan sebaiknya variabel penelitiannya diperluas lagi, di samping itu jumlah sampel penelitian sebaiknya ditambah, termasuk lokasi penelitian diperluas sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil yang lebih representatif.


(8)

commit to user

ABSTRACT

Titik Putikah, S540908128. The Relation Between Knowledge, Attitude and Behavior, and Menopause Women’s Anxiety (A Case Study in KawuVillage of Kedunggalar Subdistrict of Ngawi Regency), Family Medical Magister Study Program of Postgraduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta. 2010.

The background of study is that many women experience anxiety because of their lack of knowledge on menopause and poor attitude and behavior. The objective of research is to analyze the relationship between knowledge, attitude and behavior, and menopause women’s anxiety.

The type of research is a quantitative research using correlational descriptive method. The population of research was 60 persons in which the whole population was taken as the sample.

The result of research proves that the knowledge is significantly correlated with the menopause women’s anxiety at significance level of 0.000, the attitude is significantly correlated with the menopause women’s anxiety at significance level of 0.000, the behavior is significantly correlated with the menopause women’s anxiety at significance level of 0.000, the knowledge, attitude and behavior are significantly correlated with the menopause women’s anxiety at significance level of 0.000 (Fstatistic > Ftable of 35.38 > 2.76).

Considering the result of research above, the author recommend the women entering menopause time to improve their knowledge on menopause; to show the positive attitude, to behave positively, and the next researcher, who wants to explore the relationship of knowledge, attitude and behavior, and menopause women’s anxiety, to expand the variable. In addition, the number of research sample should be increased so that the result is expected to be more representative.


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis dengan judul” HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU DENGAN KECEMASAN WANITA MENOPAUSE (Studi Kasus di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi) Penelitian tesis ini tidak terlepas dari dari bantuan semua pihak yang telah membimbing, memberikan dorongan, semangat serta petunjuk dan penjelasan, tak lupa peneliti mengucapkan terima kasih kepada ;

1. Prof. Dr. dr. H. Much. Syamsulhadi, SpKJ (K) selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Prof. Drs. Suranto,. MSc, PhD selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Prof. Dr.dr. Didik Tamtomo, M.Kes,MM,PAK, selaku Ketua Program Studi

Kedokteran Keluarga.

4. P.Murdani.K. dr, MHPEd, selaku Ketua Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

5. Dr. Nunuk Suryani, MPd selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penyusunan tesis ini.

6. Camat Kedunggalar Kabupaten Ngawi

7. Kepala Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi

8. Pengurus Posyandu Lansia Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten


(10)

commit to user

9. Keluarga peneliti yang telah memberikan motivasi dan doa restu dalam

mengikuti pendidikan sampai terselesainya penyusunan tesis.

10.Kepada rekan-rekan seangkatan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran penulisan tesis ini

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini. Oleh sebab itu, masukan dan saran dari pembaca sebagai perbaikan sangat peneliti harapkan .Semoga Allah S.W.T memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan kepada peneliti dan semoga tesis ini bermanfaat bagi peneliti dan semua pihak yang membacanya Amin yaa Rabbal Alamiin.

Surakarta, Agustus 2010


(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul...i

Halaman Persetujuan Pembimbing...ii

Halaman Pengesahan...iii

Pernyataan Keaslian Tesis...iv

Motto...v

Persembahan...vi

Abstraksi...vii

Abstract...viii

Kata Pengantar...ix

Daftar Isi...xi

Daftar Tabel...xiii

Datar Gambar...xiv

Daftar Lampiran...xv

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Perumusan Masalah...3

C. Tujuan Penelitian...4

D. Manfaat Penelitian...5

E. Orisinalitas Penelitian...5

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS...6

A. Kajian Teori ...6

1. Menopause ……….6

2. Pengetahuan ...21

3. Sikap ...26

4. Perilaku ...30

5. Kecemasan ...33

B. Penelitian yang Relevan ...36


(12)

commit to user

D. Hipotesis ...41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...42

A. Jenis Penelitian...42

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...42

C. Populasi dan Sampel………..43

D. Variabel Penelitian………43

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian………44

F. Teknik Pengumpulan Data……….49

G. Metode Analisis Data...53

BAB IV HASIL ANALISIS DATA...55

A. Gambaran Umum Responden...55

B. Hasil Pengumpulan Data...57

C. Teknik Analisis Data………..58

1. Analisis Deskriptif...58

2. Uji Korelasi...60

3. Pengujian Hipotesis...63

D. Pembahasan Hasil Penelitian...64

E. Keterbatasan ...68

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ...69

A. Kesimpulan………..69

B. Implikasi dan Kebijakan...70

C. Saran...70 DAFTAR PUSTAKA


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Kisi-kisi Instrumen Variabel Pengetahuan tentang Menopause ...46

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen Variabel Sikap wanita yang memasuki masa Menopause...46

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Perilaku wanita yang memasuki masa Menopause...47

Tabel 3. 4 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kecemasan yang memasuki wanita masa Menopause...47

Tabel 3.5 Skor Jawaban kuesioner Variabel Pengetahuan tentang menopause ...48

Tabel 3.6 Skor Jawaban kuesioner Variabel sikap wanita menopause...48

Tabel 3.7 Skor Jawaban kuesioner Variabel Perilaku dan Kecemasan wanita menopause...49

Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur...55

Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat pendidikan... 56

Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan...56

Tabel 4.4 Kategori Pengetahuan responden...58

Tabel 4.5 Kategori Sikap Responden ...58

Tabel 4.6 Kategori Perilaku Responden ...59

Tabel 4.7 Kategori Kecemasan Responden ...59

Tabel 4.8 Korelasi antara Pengetahuan Tentang Menopause dengan Kecemasan wanita Menopause ...60

Tabel 4.9 Korelasi antara Sikap Wanita Menopause dengan Kecemasan wanita Menopause...61

Tabel 4.10 Korelasi antara Perilaku Wanita Menopause dengan Kecemasan wanita Menopause ...61

Tabel 4.11 Korelasi antara Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Wanita Menopause dengan Kecemasan ...62


(14)

commit to user

DAFTAR GAMBAR


(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar

Lampiran 2 Kuesioner Lampiran 3. Tabulasi Data Uji Coba Instrumen Penelitian Lampiran 3 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian. Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian. Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas

Lampiran 6 Hasil Uji Linieritas Instrumen Penelitian. Lampiran 7 Olah Data Hasil Penelitian


(16)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menopause adalah haid terakhir yang dialami oleh wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon yang terjadi pada usia menjelang atau memasuki 50 tahun ( Pakasi, 2000 ). Menopause dalam kehidupan seorang wanita merupakan suatu proses alami dan sudah pasti terjadi. Ketika wanita memasuki masa menopause yang umumnya terjadi pada usia sekitar 50 tahun akan terjadi perubahan-perubahan biologis pada tubuhnya, khususnya hormon yang dihasilkan oleh ovarium. Secara alami seorang wanita yang berusia 50-55 tahun, ovariumnya tidak lagi menghasilkan hormon estrogen dan hormon-hormon lainnya. Hilangnya estrogen dan progesteron secara progresif selama menopause meningkatkan resiko kesehatan wanita dan akan mempengaruhi kualitas hidup dikala seoramg wanita seharusnya mencapai kesuksesan.

Masalah-masalah kesehatan yang muncul akibat hilangnya hormon estrogen yang berperan aktif dalam sistem kerja tubuh wanita. Perubahan yang terjadi pada saat ini adalah perubahan fisik, mulai dari rambut, mata, kulit sampai keorgan-organ fisik lainnya. Target organ fisik seperti masalah dipayudara dan vagina serta muncul rasa panas menjalar ditubuh ( hot fluses). Walaupun bukan suatu penyakit, peristiwa ini membawa dampak dalam kehidupan wanita terutama yang banyak aktif, sehingga dirasakan sebagai gangguan.


(17)

commit to user

Tidak hanya perubahan fisik yang terjadi pada menopause, perubahan-perubahan psikis pun muncul pada saat ini. Masalah-masalah yang timbul dari perubahan psikis ini menimbulkan rasa cemas pada kebanyakan wanita kecemasan yang dialami oleh wanita usia 50-55 tahunini dilihat dari adanya kenyataan bahwa terdapat mitos tentang menopause bukan hanya omong kosong. Keaadan ini mengakibatkan gangguan psikomatik, seperti cepat marah, merasa khawatir terus menerus, merasa tidak percaya diri depresi hingga menagis, bahkan ada yang tidak mau bertemu orang lain. Jika depresinya berat, biasanya datang ke psikiater. Hal ini tetapi tidak akan sembuh karena masalah ini disebabkan oleh adanya gangguan sistem hormon(Agustina, 2007). Pada penelitian Choirah (2004) di Jakarta, ditemukan hubungan antara penurunan kadar estrogen dengan perubahan mood yang terjadi pada masan premenopause. Dikatakan bahwa ditemukan depresi sebanyak 37,9 % wanita premenopause yang mengalami penurunan kadar estrogen. Kadar estrogen yang rendah memiliki resiko untuk depresi 3,7 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami penurunan estrogen.

Setiap tahunnya diperkirakan 25 juta wanita diseluruh dunia akan memasuki masa menopause. Jumlah wanita yang berusia 50 tahun keatas diseluruh dunia akan meningkat dari 500 juta menjadi 1 milyar pada tahun 2030 ( Hill, 1996 ). Di Asia, menurut WHO, pada tahun 2025 jumlah wanita berusia tua akan meningkat dari 107 juta menjadi 373 juta. Hal ini didukung dengan Usia Harapan Hidup wanita yang makin tinggi dan mereka justru lebih aktif setelah masa menopause. Di Indonesia umur harapan hidup dari tahun ke tahun


(18)

mengalami peningkatan. Pada tahun 1971 umur harapan hidup penduduk Indonesia adalah 46,5 tahun dan tahun 2005 mencapai 68,2 tahun. Disamping itu terjadi pergeseran umur menopause dari 46 tahun pada tahun 1980 menjadi 49 tahun pada tahun 2000. Peningkatan ini juga dialami propinsi Jawa Timur tahun yaitu umur harapan hidup tahun 2005 dari 36, 65 tahun menjadi 68, 69 tahun pada tahun 2007. Di kabupaten Ngawi umur harapan hidupnya 35,51 tahun pada tahun 2005 dan tahun 2007 umur harapan hidup menjadi 68,69 tahun.

Dari studi pendahuluan Bulan Januari tahun 2010 di Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi diperoleh data dari 10 wanita menopause 10 responden tersebut 8 orang tidak mengetahui tentang menopause, 7 orang menunjukkan sikap kurang baik, dan 8 orang berperilaku kurang baik.. Dari ke 10 responden tersebut semuanya sering merasa cemas dalam menghadapi kehidupan di usia lanjut.

Berdasarkan latar belakang diatas perasaan cemas pada wanita menopause usia 50-55 timbul karena pengetahuan yang kurang tentang tanda-tanda dan gejala menopause sehingga sikap dan perilakunya juga kurang baik. Selain itu juga informasi dan penyuluhan-penyuluhan tentang adanya perubahan pada menopause belum didapatkan, sehingga menimbulkan rasa takut atau tidak diperhatikan lagi oleh anggota keluarganya. Dilihat dari latar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Dengan Kecemasan Wanita Menopause.”


(19)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Adakah hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan wanita menopause di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi?

2. Adakah hubungan antara sikap dengan kecemasan wanita menopause di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi?

3. Adakah hubungan antara perilaku dengan kecemasan wanita menopause di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi?

4. Adakah hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku secara bersama-sama dengan kecemasan wanita menopause di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan menganalisis ada tidaknya hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku dengan kecemasan wanita menopause di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi, sehingga dapat ditemukan antisipasi menghadapi masa menopause dan upaya mengurangi rasa cemas bagi para wanita masa menopause.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan wanita menopause di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi b. Menganalisis hubungan antara sikap dengan kecemasan wanita menopause


(20)

di Desa Kawu Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

c. Menganalisis hubungan antara perilaku dengan kecemasan wanita menopause di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Memperluas kajian ilmu pendidikan dan pendidikan kesehatan yang menyangkut pelayanan kesehatan khususnya wanita menopause.

2. Manfaat praktis

a. Diharapkan dapat dipakai sebagai masukan bagi Wanita Monepause di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

b. Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan menambah wawasan khususnya para wanita menopause dan keluarganya

c. Diharapkan dapat dipakai sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya tentang wanita menopause.

E. Orisinalitas Penelitian

Penelitian ini berfokus pada hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku dengan kecemasan wanita menopause di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Masalah ini belum pernah diteliti oleh peneliti lain. khususnya di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi, oleh karena itu, masalah yang diteliti merupakan masalah yang orsinil.


(21)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Menopause

a. Pengertian Menopause

Menopause adalah perdarahan terakhir dari uterus yang masih dipengaruhi oleh hormon-hormon dari otak dan sel telur (Rachman , 1991: 6). Atau berhentinya menstruasi/haid secara signifikan dan menetap lebih dari 12 bulan yang disebabkan oleh hilangnya aktifitas folikel ovarium, terjadi pada usia 45 - 55 tahun dan rata-rata pada usia 50 - 51 tahun (Murtagh, 1998: 857).

Menurut Zainuddin Sri Kuntjoro (2002a: 1-4) dan Nila Sari Dewi (2003: 1) menopause adalah suatu keadaan dalam kehidupan seorang wanita yang berhubungan dengan terhentinya siklus haid atau menstruasi sebagai akibat berkurangnya produksi hormon estrogen dan progesteron seiring bertambahnya usia, sedangkan hasil survei The NAMS (2003: 1-2) yang disiarkan pada 4 September 1997 menunjukkan bahwa 52 % dari 750 wanita memandang menopause sebagai awal yang baru dalam menyelesaikan tahap kehidupan.

Menurut waktu terjadinya menopause terdiri dari pramenopause dan pascamenopause. Para menopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause sedangkan pascamenopause adalah 3-5 tahun setelah menopause (Rachman 1991: 6; The NAMS, 1997: 1-2). Usia wanita


(22)

memasuki fase menopause bergantung pada banyak faktor, antara lain faktor kesehatan umum, keadaan gizi dan faktor sosial ekonomi (Nelwati, 2000: 2). Dari hasil studi oleh Women's Health Across the Nation di 7 pusat negara AS dan 5 kelompok etnis, pada wanita berusia 40 - 55 tahun, dilaporkan usia median saat menopause natural adalah 51,4 tahun. Dengan faktor-faktor seperti kebiasaan merokok, pendidikan rendah, bercerai, tidak bekerja dan mempunyai riwayat penyakit jantung berhubungan dengan menopause natural yang lebih dini. Sedangkan paritas, penggunaan kontrasepsi oral sebelumnya dan ras/etnik Jepang, berkaitan dengan usia menopause yang lebih lambat (Gold, 2001: 865-874). Usia saat menopause ini akan semakin menurun, pada wanita yang tidak mempunyai anak (Wango, 1996: 1-3).

Wanita Australia mengalami menopause rata-rata sekitar umur 51,3 tahun tetapi kurang dari dua persen diantaranya mengalami masa menopause saat berumur kurang dari 40 tahun dan tujuh sampai 8 persen setelah berumur 45 tahun. Hal ini sering menyebabkan timbulnya depresi pada wanita, menurunnya gairah seksual, terjadi kenaikan risiko osteoporosis, penyakit hati, dan Alzheimer (Karl, 2001: 1).

b. Patogenesis masalah menopause

Pada fase menopause (usia 45 - 55 tahun) seorang wanita akan mengalami penurunan fungsi ovarium yang setelah kurang lebih selama 30 tahun berfungsi menghasilkan telur dan hormon-hormonnya terutama estrogen dan progesteron. Berkurangnya fungsi ovarium tersebut


(23)

commit to user

berlangsung secara berangsur-angsur selama 3 - 5 tahun. Pada fase ini ovarium tidak peka lagi terhadap rangsangan hormon pengatur dari otak sehingga telur tidak dapat berkembang lagi menuju kematangannya. Hal ini akan menyebabkan jarang terjadi ovulasi dan akhirnya berhenti sama sekali. Ovarium kemudian akan mengecil dan berkurang beratnya (Rachman, 1991: 16). Produksi hormon estrogen makin lama makin berkurang sehingga haidpun menjadi tidak teratur dan akhirnya berhenti (menopause).

Proses menopause tidak terjadi secara tiba-tiba tetapi merupakan proses yang terjadi secara bertahap seperti disebutkan dalam "Managing your menopause", di mana kandung telur mulai berkurang memproduksi hormon-hormon seks wanita, hal ini terjadi sejak 3 sampai 5 tahun sebelum haid berhenti. Masa ini disebut sebagai masa klimakterium atau masa perimenopause (Utian and Jacobowitz, 1990: 1-2).

c. Perubahan yang terjadi saat menopause

Ketika menopause mulai dialami oleh perempuan, maka dia akan mengalami berbagai perubahan fisik dan psikologis. Perubahan-perubahan ini diasumsikan dapat mempengaruhi kesehatan mental perempuan (American Psychological Association, 2002: 1-3; Nila Sari Dewi, 2003: 1; Junetty Halim, 2003: 1; Ika Erika, 2003: 1).

Menurut Zainuddin Sri Kuntjoro (2002: 1-4) beberapa perubahan tersebut antara lain:


(24)

1) Perubahan Fisik

Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala leher dan dada bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah dan dada berdebar-debar. Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala menopause yaitu: ketidak teraturan siklus haid, gejolak rasa panas, kekeringan vagina, perubahan kulit, keringat di malam hari, sulit tidur, perubahan pada mulut (kemampuan mengecap kurang peka), kerapuhan tulang, badan menjadi gemuk, dan timbulnya penyakit (jantung, pembuluh darah, kanker).

2) Perubahan Psikologis

Aspek psikologis yang terjadi pada masa menopause amat penting peranannya dalam kehidupan sosial wanita tersebut. Beberapa gejala yang psikologis yang menonjol ketika menopause adalah timbulnya rasa cemas, mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang, (tension), cemas dan depresi. Ada juga wanita yang merasa rendah diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, merasa tidak dibutuhkan lagi oleh suami serta merasa kehilangan feminitas karena fungsi reproduksi yang hilang. Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala menopause yaitu: ingatan menurun, kecemasan, mudah tersinggung, stress dan depresi.


(25)

commit to user

Secara nyata menjelang dan pada saat menopause terjadi perubahan pada organ-organ reproduksi seorang wanita. Hal inilah yang menimbulkan berbagai keluhan psikogenik seperti mudah tersinggung, depresi, cemas, sedih, hilang atau sulitnya berkonsentrasi, perasaan tidak dicintai, sulit tidur, perubahan suasana hati (mood), hilangnya rasa percaya diri, konflik keluarga, dan gangguan di tempat kerja (Rachman, 1991: 13-14). Gejala klinis yang terjadi pada masa menopause adalah sebagai berikut (Rachman 1991: 11-13):

a) Vasomotor, berupa: hot flushes, keringat malam, palpitasi. pusing, dan migren.

b) Urogenital, berupa: vagina atrofi dan mengering, dispareunia,

libido menurun, disfungsi kandung kencing (disuria], incontinensia alvi vagina, prolapsus uterovaginal.

c) Perubahan pada kulit dan jaringan lain: kulit menjadi kering, jaringan kelenjar payudara atrofi, rambut baru pada wajah. Tanda lain: kelelahan, sakit kepala.

d) Ekstragenital dapat berupa adipositas (penimbunan lemak) pada tungkai atas, pinggul, perut bagian bawah dan lengan atas, hipertensi, hiperkolesterolemia, aterosklerosis dan osteoporosis.

Bagi kebanyakan wanita penduduk Amerika Utara, kata menopause mempunyai asosiasi arti yang negatif. Secara umum wanita pasti selalu menginginkan bisa tampil cantik dan selalu terlihat muda, oleh karena itu mulai berakhirnya masa subur (menopause) dianggap sebagai


(26)

akhir dari kecantikan seorang wanita. Sehingga kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak wanita mengalami depresi berat ketika mereka dalam masa menopause (Carter, 2001: 463-466).

Pada masa menjelang usia setengah abad, seorang wanita berada pada masa dewasa, ia telah mencapai "kemantapan" dalam berbagai hal. Masa dewasa mantap, karena banyak keinginannya sudah tercapai dan sudah menerima semua hal yang tidak tercapai. Kenyataannya menjelang menopause atau pada masa menopause, wanita mulai mengalami gejolak hidup, yang bisa berakibat fatal dan yang tidak perlu terjadi apabila sebelumnya sudah siap mental (Gunarsa, 2000: 82). Mengingat menopause sesungguhnya bukanlah suatu problema konstitusi maka studi-studi tentang pengetahuan tersebut jarang dilaksanakan di antara penelitian-penelitian yang berhubungan dengan reproduksi wanita tersebut (Hadijono

et al., 1999: 1-7).

Perubahan psikologis yang dialami seorang wanita menjelang

menopause meliputi merasa tua, tidak menarik lagi, rasa tertekan karena takut menjadi tua, mudah tersinggung, mudah kaget sehingga jantung berdebar, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual suami, rasa takut bahwa suami akan menyeleweng. Keinginan seksual menurun dan sulit mencapai orgasme. Mereka juga merasa tidak berguna dan tidak menghasilkan sesuatu, merasa memberatkan keluarga dan orang lain (Manuaba,1999).


(27)

commit to user

Menurut Manuaba (1999) perubahan fisik yang terjadi pada masa

menopause adalah sebagai berikut: 1) Perubahan kulit

Pada perubahan kulit ini, lemak bawah kulit berkurang sehingga kulit menjadi kendor. Otot di bawah kulit muka juga mengendor sehingga jatuh dan melembek. Kulit mudah terbakar sinar matahari dan menimbulkan pigmentasi dan tumbuh bintik hitam. Kelenjar kulit kurang berfungsi sehingga kulit kering dan keriput.

2) Perubahan metabolisme tubuh

Ditandai dengan menurunya pengeluaran hormon tiroksin dan insulin pembakaran dan keperluan tubuh menjadi menurun. Untuk dapat menyesuaikan penurunan metabolisme dilakukan perubahan pola makan dan disesuaikan dengan kebutuhan. Bila pola makan tetap seperti umur sekitar 30 tahun maka kelebihan nutrisi akan disimpan dalam bentuk lemak dan gula. Akibatnya akan terjadi kegemukan, dimana deposit lemak terdapat pada bokong, payudara dan perut. Kelebihan gula (makanan yang mengandung banyak gula) dapat menyebabkan gangguan metabolisme gula yang akan menjurus pada penyakit kencing manis (Diabetus Mellitus).

3) Perubahan pola makan

Perubahan pola makan dianjurkan menjurus ke arah makanan yang mengandung banyak serat. Juga terjadi perubahan pada kerja usus halus dan usus besar. Menurunnya estrogen dapat menimbulkan


(28)

perubahan kerja usus menjadi lambat. Kemampuan mereabsorbsi sari makanan makin berkurang. Kerja usus halus dan besar yang lambat menimbulkan gangguan buang air besar berupa obstipasi (sembelit). 4) Perubahan sistem jantung dan pembuluh darah

Terjadi karena adanya perubahan metabolisme, menurunya estrogen, menurunnya pengeluaran hormon paratiroid. Hubungan emosi dengan sistem ini menimbulkan jantung mudah berdebar. Meningkatnya hormon FSH dan LH serta rendahnya estrogen dapat menimbulkan perubahan pembuluh darah. Melebarnya pembuluh darah pada wajah, leher dan tengkuk menimbulkan rasa panas yang disebut “Hot Flushes” badan terasa panas. Penimbunan kolesterol pada pembuluh darah menimbulkan penyakit jantung koroner.

5) Perubahan pada alat genital

Perubahan yang terjadi pada alat genetalia meliputi liang senggama terasa kering, lapisan sel liang senggama menipis yang menyebabkan mudah terjadi infeksi (infeksi kandung kencing, infeksi liang senggama). Daerah sensitif makin sulit untuk dirangsang. Saat hubungan seksual dapat terjadi nyeri (disparaeunia) sulit mencapai orgasme. Lemahnya penyangga alat kelamin bagian dalam menyababkan terasa kurang enak sekitar liang senggama, liang senggama terasa tuirun (menonjol) dalam bentuk tonjolan kandung kencing (sistokel), tonjolan dinding belakang (rectocel) dan mulut rahim terbuka.


(29)

commit to user

6) Perubahan pada tulang

Perubahan terjadi karena kombinasi rendahnya hormon estrogen dan hormon paratiroid. Tulang mengalami dekalsifikasi (pengapuran) artinya kalsium menurun hingga tulang keropos dan mudah terjadi patah tulang. Patah tulang terutama terjadi pada persendian paha. 7) Perubahan fungsi saraf

Terjadinya penurunan fungsi pada panca indra seperti penglihatan dan pendengaran. Hal ini disebabkan terjadi degenerasi sel saraf dan sel otak sehingga menimbulkan manifestasi klinis.

8) Perubahan fungsi motorik

Otot sudah mulai lemah untuk memegang dan mengambil barang, koordinator sudah kurang tepat dan pegangan sering lepas, gerak otot mulai sulit dikendalikan sehingga sering gemetar, dalam keadaan diam, dengan tidak terasa tangan dan kaki bergerak sendiri (tremor), artikulasi suara mengalami gangguan sehingga sering keseleo bila bicara.

9) Perubahan fungsi sensorik

Terjadi gangguan pada rasa tidak enak, kram atau sakit, gejala ini timbul saat berdiam diri dan akan menghilang bila digerakkan. Kemunduran fungsi saraf menyebabkan gangguan sirkulasi darah dan menimbulkan keluhan klinis, terdapat gangguan rasa perabaan, karena saraf peraba mengalami kemunduran fungsi.


(30)

d. Menopause dan Depresi

Hubungan antara menopause dan gejala depresi telah menjadi topik perdebatan para ahli kesehatan selama beberapa tahun, walaupun hanya sedikit bukti-bukti yang mendukung adanya hubungan kausal antara gejala depresi dan menopause namun terbukti bahwa kedua kondisi tersebut dapat menimbulkan suatu perubahan baik fisik maupun mental (Collins, 1997:1-2). Selain itu beberapa studi juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara transisi menjelang menopause dengan terjadinya depresi (Bennett, 2001: 1-2; Mullen, 2002: 1-2; ).

Terdapatnya penyakit yang diderita seorang wanita sebelum memasuki masa menopause (premorbid), misalnya diabetes akan menyebabkan kelemahan dan menurunkan kualitas hidup. Banyak orang dengan penyakit diabetes tercatat mengalami depresi dan menurun aktivitas kehidupannya (DeCotiis, 2001: 1). Munculnya penyakit pada masa menopause tersebut banyak disebabkan oleh masalah sosial yang timbul dan pola hidup, di mana banyak ditemukan berhubungan dengan hipertensi. Akan tetapi hubungan tersebut tidak berpengaruh secara langsung dengan ada atau tidak adanya depresi. Meskipun demikian pada penelitian yang melibatkan 695 responden yang mayoritas kulit hitam menunjukkan bahwa pada responden yang mengalami depresi 4 kali lebih banyak mempunyai hipertensi (Reiff, 2001: 1).

Beberapa gejala yang muncul dalam masa menopause sering kali terasa tumpang tindih dengan gejala pada suatu depresi termasuk di


(31)

commit to user

dalamnya gangguan tidur, gejala-gejala fisik seperti: hot flushes, pegal-pegal; mudah marah, cemas, perasaan gelisah serta sulit berkonsentrasi (Schwartz, 1999: 1; Bennett, 2001: 1-2). Kadar hormon estrogen yang berubah-ubah (fluktuasi) berperan dalam mempengaruhi mood (keadaan jiwa). Boleh jadi kurangnya hormon estrogen dalam tubuh wanita itulah yang memudahkan wanita terkena depresi ketika menopause (Hunter, 1996). Walaupun hubungan estrogen dengan emosi seseorang tidak dapat secara lengkap diketahui dengan pasti, namun ada bukti bahwa estrogen mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap produksi beberapa unsur kimiawi otak (neuretransmitter) yang dikenal sebagai unsur pembentuk mood dan fungsi kognitif. Beberapa penelitian juga telah menunjukkan bahwa pemberian hormon estrogen pada wanita yang mengalami menopause, baik dalam masa awal, transisi maupun selama mengalaminya, akan sangat membantu dalam mengurangi gejala-gejala depresi yang biasanya muncul (Minkin and Hanlon, 2000: 1; Johnston, 2001: 1).

e. Penyebab Menopause

Menjelang menopause terjadi perubahan hubungan hormon

ovarium dan hipofise yang terbalik, dimana hormon ovarium menurun dan hipofise meninggi. Hormon ovarium terdiri atas steroid (progesteron dan estradiol) serta peptide (inhibin dan aktivin). Walau kadar hormon hipofise (FSH dan LH) meninggi, tetapi karena hormon steroid menurun, rangsangan endometrium berkurang terjadilah perubahan pola haid, baik


(32)

siklus maupun jumlahnya, sampai suatu waktu berhenti sama sekali. Turunnya kadar hormon steroid, terutama estrogen, bukan saja mengubah pola haid, tetapi juga mempunyai dampak terhadap kesehatan umum (Hidayat dalam Prawirohardjo, 2006).

f. Profil hormonal dalam siklus menopause Masa hidup Fisiologis Gambaran

klinis normal Patologi Klimakterium (46-50 tahun) Menopause (50-55 tahun) Pascamenopause > 55 Senium > 60 tahun

Fungsi ovarium turun Estrogen/pro gesteron Berfluktuasi Ovarium tidak berfungsi Kadar estrogen makin turun Dua tahun setelah berhenti menopause Beradaptasi terhadap hidup tanpa estrogen Menstruasi tidak teratur Rangsangan estrogen dominan Menstruasi berhenti Disparenunia Kadar estrogen sangat rendah Gejala psikosomatik menonjol Gejala defisiensi hormon estrogen Psikologis :

- takut tua - tak menarik - cepat marah - sukar tidur Gejala

psikosomatik semakin bertambah

alat kelamin dapat mengalami :

- kering tanpa lendir - pengecilan ukuran rahim Mulai adaptasi terhadap keadaan estrogen rendah. Gejala osteoporosis karena tulang tipis dan keropos.

Mudah terjadi patah tulang terutama tulang paha.

(Sumber: Manuaba. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan)


(33)

commit to user

g. Upaya-upaya menghadapi menopause

Persepsi atau sikap positif dari masyarakat dan petugas kesehatan, yaitu:

1) Menerima menopause sebagai karunia yang disyukuri karena dilebihkan dari perempuan lain, dengan umur yang lebih panjang, dengan segala kesempatan.

2) Menganggap menopause tidak hanya sebagai proses penuaan fisik saja, tetapi lebih dari sebagai proses, pematangan dalam segi intelektual, konsep pemikiran, spiritual dan wawasan hidup.

3) Menurut Manuaba (1999) upaya untuk menghindari perubahan psikologis menghadapi menopause berdasar atas keharmonisan keluarga dan saling pengertian.

Menurut Manuaba (1999) upaya untuk menghindari penuaan kulit terlalu cepat dapat dilakukan langkah sebagai berikut:

1) Jangan terlalu gemuk, sehingga hilangnya lemak bawah kulit tidak terlalu kelihatan

2) Hindari sebanyak mungkin sinar matahari karena ultraviolet dapat merusak kulit dan menimbulkan kanker kulit.

3) Kelancaran peredaran darah dengan mengurangi kulit keriput melalui peningkatan aktifitas fisik dan masase (salon kecantikan).

4) Memakai pelembab kulit.

Menurut Arisman (2004) upaya pencegahan dan mempertahankan kesehatan dan vitalitas secara proaktif adalah:


(34)

1) Olah raga secara teratur disertai dengan kegiatan harian yang sederhana seperti mengangkat barang.

2) Mengurangi kafein, garam dan gula. Kafein yang berlebihan dapat merangsang gejolak panas, poliuri dan defisiensi masa tulang.

3) Melaksanakan anjuran dalam mengkonsumsi makanan. 4) Pola makan sehat

Hal-hal yang diperhatikan dalam menerapkan pola makan sehat adalah: 1) Pilihlah jenis makanan yang bermanfaat, misalnya makanan berprotein mengandung lemak tak jenuh, seperti ikan tuna dan salmon, 2) Patuhi jadwal makan, yaitu makan makanan yang bergizi seimbang tiga kali sehari pada waktu yang tepat, yaitu sarapan, makan siang dan makan malam dan dua kali makanan selingan, 3) Jangan makan pada pada kondisi lapar, dikhawatirkan hal ini menjadi kebiasaan yang menimbulkan lemak tubuh, 4) Mengurangi resiko konstipasi, di antaranya mengkonsumsi makanan berserat tinggi seperti sayuran dan buah-buahan segar, roti dan sereal untuk membentuk feces yang mudah dikeluarkan. Biji utuh yang telah dimasak seperti bubur gandum, bulgur, beras merah merupakan sumber serat yang baik dan minum paling sedikit 8 gelas. 5) Memperlambat perkembangan osteoporosis, dengan menambah suplemen vitamin D (biasanya 400-800 IU setiap hari) untuk meyakinkan penyerapan kalsium terutama wanita yang sedikit paparan sinar matahari. Paparan sinar matahari pada kulit merupakan langkah yang penting untuk mengaktifkan vitamin D. Makanan yang mengandung vitamin D adalah


(35)

commit to user

susu dan produk olahan susu, 6) Memperkuat daya tahan tubuh. Karena itu makan makanan yang penting untuk kekebalan seperti vitamin E, B6 dan Zn. Contoh bahan makanan yang mengandung zat gizi tersebut adalah biji-bijian utuh, sayuran berdaun hijau, makanan laut, daging yang tidak berlemak, margarine dan minyak tumbuhan, 7) Mengurangi resiko penyakit jantung, yaitu dengan membatasi makanan berlemak yang banyak mengandung kolesterol dan natrium, dan banyak makanan yang kaya akan vitamin B6 dan B12 asam folat, serat yang larut, kalsium dan kalium. Contoh buah termasuk nanas, kacang kering, sayuran, susu tanpa lemak, daging tidak berlemak, biji-bijian utuh, 8) Agar ingatan tetap baik dan sistem saraf tetap bagus harus banyak makan vitamin B6, B12, dan asam folat.

Menurut Varney (2009) Beberapa upaya untuk mencegah dampak dari perubahan fisik pada menopause tersebut adalah pemeriksaan ginekologi secara rutin, pemeriksaan kesehatan umum secara rutin, misalnya tensi, timbang berat badan, rekam jantung, pemeriksaan Bone Mass Densitometri, pemeriksaan laboratorium (gula darah, kolesterol), pemeriksaan pap smear secara rutin, perabaan payudara (sadari) (Varney, 2009). Menurut Hidayat dalam Prawirohardjo (2006): Terapi Sulih Hormon (TSH) diberikan atas indikasi medis, dalam jangka pendek (paling lama 5 tahun) mulai dosis kecil. Fitoestrogen dalam bentuk suplemen kapsul, tablet, sirup yang bersumber dari kedelai (soy), Red clover dan black cohosh.


(36)

2. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu subjek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: Indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007: 10). Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagian hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda kepercayaan (belief) takhayul (supperstitions) dan penerangan yang keliru (missinformations).

Menurut Suprapto dalam Alex Sobur , 2003: 34). Pengetahuan bersal dari “Kata science bahasa Latin yang berarti ”pengetahuan” Kata scentia berasal dari bentuk kata kerja scire yang artinya “mempelajari” “mengetahui”. Menurut Agus Supriyono, (2009: 6) “Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikhomotor. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan) comprehension

(pemahaman, menjelaskan, meringkas, mengemukakan contoh),

application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan

hubungan), syntesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai)”

Muchith (2007: 59) mengatakan: “Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang tediri dari tahapan (1) pengetahuan (knowledge), (2)


(37)

commit to user

pemahaman (comprehension) (3) penerapan (aplication), (4) analisa (analysis) (5) sintesa (sinthesia), (6) evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional. Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan rasional yang dimiliki oleh orang lain”.

Menurut Hatta, dalam Alex Sobur (2003: 35) “Pengetahuan yang didapat dari pengalaman disebut pengetahuan pengalaman, (knowledge). Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu pengetahuan atau ilmu atau science. Ilmu Pengetahuan adalah pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda dan syarat tertentu, yaitu: sistematik, rasional, empiris, umum dan kumulatif”

Menurut Mehra dan Burhan dalam Alex Sobur (2003: 35) “Pengetahuan adalah suatu sistem gagasan yang bersesuaian dengan sistem benda-benda dan dihubungkan oleh keyakinan Ada 3 (tiga) sumber pengetahuan yaitu pengetahuan yang diperoleh dari gambaran langsung, pengetahuan yang diperoleh dari suatu konklusi dan pengetahuan yang diperoleh dari kesaksian dan anhathori

Bloom (1986: 7) menyusun ke dalam tiga klasifikasi (ranah) yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan terdiri dari enam aspek yang bersifat hierarkis. Pengetahuan terdiri dari (1) pengetahuan tentang hal-hal spesifik yaitu pengetahuan tentang terminologi dan pengetahuan tentang fakta-fakta spesifik. (2) pengetahuan


(38)

tentang cara-cara berkenaan dengan hal-hal spesifik yaitu pengetahuan tentang konvensi, pengetahuan tentang kecenderungan dan urutan, pengetahuan tentang klasifikasi dan katagori, pengetahuan tentang kriteria, dan pengetahuan tentang metodologi. (3) pengetahuan tentang unsur-unsur universal dan abstraksi dalam satu bidang yaitu pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, pengetahuan tentang teori dan struktur.

b. Hakikat Pengetahuan

Agus Supriyono, (2009: 30) mengatakan: “Hakikat pengetahuan memberikan sumbangan terhadap usaha mendekonstruksi pembelajaran mekanis. Gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut; (1) pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui subjek. (2) subjek membentuk skema kognitif, katagori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. (3) pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang.

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tindakan, yakni :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kita kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang


(39)

commit to user

dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya. 3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi riil (sebenarnya) . aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan) membedakan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dana merencanakan, dapat meringkaskan, dapat


(40)

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. (Notoatmodjo, 2007 : 145-146)

Berdasarkan beberapa teori tersebut maka pengetahuan tentang menopause dapat didefinisikan sebagai suatu informasi yang berkaitan dengan suatu keadaan dalam kehidupan seorang wanita yang berhubungan dengan terhentinya siklus haid atau menstruasi sebagai akibat berkurangnya produksi hormon estrogen dan progesteron seiring bertambahnya usia.

3. Sikap

a. Pengertian Sikap

Menurut Azwar S, (2003: 6) Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isue. Notoatmodjo, (2002: 146) mendefinisikan: Sikap seagai reaksi atau respon seseorang yang masih terhadap suatu stimulus atau objek Sedangkan Purwanto H, (1999: 62) mengatakan: Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi.


(41)

commit to user

b. Komponen Sikap

Azwar S (2003: 24 – 28) mengatakan struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu:

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Ada kecenderungan untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

c. Tingkatan Sikap

Menurut (Notoatmodjo, 2002) Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang


(42)

diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudara, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

d. Sifat Sikap

Menurut Purwanto H, (1999: 25) Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif

1) Sikap positif cenderung tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu.

2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjahui, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.


(43)

commit to user

e. Pengukuran Sikap

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Sax dalam Azwar S. (2003 : 87-88) menunjukkan beberapa karakteristik sikap yaitu :

1) Sikap mempunyai arah, arti sikap terpilah pada dua arah kesetuju yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. Orang yang setuju, mendukung dan memihak terhadap suatu objek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya positif dan sebaliknya.

2) Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin berbeda.

3) Sikap memiliki keluasan, kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek.

Sikap adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung pada suatu objek. Sikap bersifat evaluatif dan berakhir pada nilai yang dianut dan terbentuk kaitannya dengan suatu objek. Sikap merupakan perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melaui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap objek, orang dan


(44)

keadaan. Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Newcomb menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan bertindak. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan suatu kesiapan terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan objek. Menurut Notoatmodjo (2003) membagi sikap dalam tiga komponen yaitu kepercayaan (keyakinan) terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak.

Berdasarkan pengertian sikap dtersebut, maka sikap wanita monepose yang positif adalah

1) Menerima menopause sebagai karunia yang disyukuri karena dilebihkan dari perempuan lain, dengan umur yang lebih panjang, dengan segala kesempatan.

2) Menganggap menopause tidak hanya sebagai proses penuaan fisik saja, tetapi lebih dari sebagai proses, pematangan dalam segi intelektual, konsep pemikiran, spiritual dan wawasan hidup.

3) Adanya saling pengertian dilingkungan keluarga sehingga hubungan keluarga tetap harmonis.

4. Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makluk hidup bersangkutan (Notoatmodjo S, 2007: 131). Perilaku manusia


(45)

commit to user

merupakan hasil daripada segala macam pengalaman kerja interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam hentuk pengetahuan. sikap dan tindakan. Skiner dalam Notoatmodjo S. (2007 : 43) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: stimulus.

b. Perilaku Wanita Menopause dalam memelihara Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Azwar (1995) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a) Latar belakang sesorang yang meliputi norma-norma yang ada, kebiasaan, nilai budaya dan keadaan sosial ekonomi yang berlaku dalam masyarakat, b) Kepercayaan dalam bidang kesehatan, perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh kepercayaan orang tersebut terhadap kesehatan. Kepercayaan yang dimaksud meliputi yang akan didapat, hambatan yang ada, kerugian dan kepercayaan bahwa seseorang dapat terserang penyakit, c) Sarana : tersedia, atau tidaknya fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan d) Cetusan seseorang yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang baik dan bertempat tinggal dekat dengan sarana kesehatan, bisa saja belum pernah memanfaatkan sarana kesehatan tersebut. Suatu ketika orang tersebut terpaksa minta bantuan dokter karena mengalami perdarahan ketika orang tersebut terpaksa minta bantuan dokter karena mengalami perdararahan ketika melahirkan bayi kejadian itu dapat memperkuat perilaku orang tersebut untuk memanfaatkan sarana kesehatan yang sudah ada.


(46)

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan (Notoatmodjo, 1997: . 121). Klasifikasi perilaku kesehatan meliputi :

1) Perilaku kesehatan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

2) Perilaku sakit, yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.

3) Perilaku peran sakit, yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan (Notoatmodjo, 1997: 124).

Berdasarkan pengertian perilaku tersebut di atas, maka yang dumaksud dengan perilaku wanita menopause adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang wanita yang mengalami masa menopause dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku wanita menopause yang positif adalah perilaku yang ditunjukkan seseorang yang mengalami masa menopause dalam memelihara kesehatannya.

5. Kecemasan

a.Pengertian Kecemasan

Kecemasan (ansietas / anxielv) gangguan alam perasaan (affective)


(47)

commit to user

mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability I RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami/keretakan kepribadian/splitting oj personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, D., 2008:19 ).

Kecemasan menurut Taylor ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala flsiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik. tegang, bingung. tak dapat berkonsentrasi dan sebagainya) (Taylor,1995).

Ansietas adalah perasaan tidak nyaman yang mendalam dari rasa takut dan berkelanjutan. Kriteria ansietas menurut definisi dari ICHPPC (the International Classification of Health Problems in Primary Care}

adalah ketidaknyamanan dan kecemasan menetap atau perasaan cemas. Tidak berkaitan dengan respon secara luas terhadap stressor psikososial, stimulus, atau kejadian (Murtagh, J.,1998:1043).

Ansietas (cemas ) dapat ditemukan di mana-mana; tidak demikian dengan gangguan ansietas. Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh


(48)

-kecemasan tersebut. Gangguan ansietas dapat ditandai hanya dengan rasa cemas, atau dapat juga memperlihatkan gejala lain seperti fobia atau obsesif dan kecemasan muncul bila gejala utama tersebut dilawan. Rasa takut juga bersifat universal dan dapat menimbulkan gambaran gejala ansietas yang akut; tetapi berbeda dengan ansietas, penyebab rasa takul biasanya jelas dan dapat dipahami. Suatu gambaran yang lazim pada semua gangguan ansietas adalah kualitas gejala yang tidak menyenangkan dan tidak alami (ansietas, fobia, obsesi) yaitu ego alien dan ego distonik.

Gejala-gejala ini cenderung menjadi kondisi relaps kronis-waspadalah terhadap kemungkinan bunuh diri (Tomb, D.A., 2004:96).

b.Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

Perubahan-perubahan tata nilai kehidupan/psikososial telah mempengaruhi nilai-nilai moral etika dan gaya hidup, tidak semua orang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut di atas, sehingga bisa mengalami gangguan penyesuaian diri. Perubahan-perubahan tersebut antara lain :

1) Pola hidup masyarakat dari yang semula sosial-religius ke arah pola kehidupan masyarakat individual, materialistis dan sekuler.

2) Pola hidup sederhana dan produktif cenderung ke arah pola hidup mewah dan konsumtif.

3) Struktur keluarga yang semula keluarga besar (extendedfamily)

cenderung ke arah keluarga inti (nuclear family), bahkan sampai pada keluarga tunggal (single parent family).


(49)

commit to user

4) Hubungan kekeluargaan yang semula erat dan kuat (tightfamily relationship) cenderung menjadi longgar dan rapuh (loose family relationship).

5) Nilai-nilai religius dan tradisional masyarakat, cenderung berubah menjadi masyarakat modern bercorak sekuler dan serba boleh serta toleransi berlebihan (permissive society)

6) Lembaga perkawinan mulai diragukan dan masyarakat cenderung untuk memilih hidup bebas atau hidup bersama tanpa ikatan perkawinan.

7) Ambisi karier dan materi yang sebelumnya menganut azas-azas hukum dan moral serta etika, cenderung berpola tujuan menghalalkan segala cara; misalnya dengan melakukan K.KN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) (Hawari, D., 2008:1-3).

c.Gejala-gejala Kecemasan

1) Sistem urogenital dengan sebentar-sebentar ingin kencing, atau bahkan sulit kencing

2) Sistem kardiovaskuler (jantung dan sistem pembuluh darah), gejala darah tinggi, keringat dingin, debaran jantung berdetak lebih kencang, sakit kepala, kaki dan tangan terasa dingin.

3) Sistem gastrointestinaiis: diare, kembung, lambung terasa perih, perasaan sebah, banyak angin di dalam perut (dinyatakan sebagai angin duduk). Kemungkinan dapat pula terjadi obstipasi (susah kebelakang).


(50)

4) Sistem respiratorius, ditandai dengan gejala megap-megap tak dapat bernapas, dan hidung tersumbat.

5) Gangguan pada sistem muskulosketel dalam bentuk gejala kejang-kejang pada otot, gangguan pada sendi (mirip gejala rematik).

6) Gangguan psikologis dengan tanda-tanda akan pingsan, takut sekali akan menjadi gila dan takut mati. Gejala psikologis lainya berupa derealisasi (merasa apa yang ada diluar dirinya berubah menjadi lain), serta dengan gejala depersonalisasi (dirinya bukan dirinya).

7) Gangguan kecemasan cenderung menimbulkan kebingungan, desertai distorsi persepsi, gangguan orientasi, (ruang dan waktu). Distorsi yang semacam ini akan mengganggu kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan kemampuan assosiatif (Ibrahim, A. S., 2002).

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitai ini dan dijadikan acuan antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian Ika Erika (2004) dengan judul:” Hubungan antara Konsep Diri dengan Derajat Stress pada Masa Menopause Hubungan antara Konsep Diri dengan Derajat Stress pada Masa Menopause

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa wanita yang dibekali tentang menopause akan memiliki konsep diri yang baik dibanding wanita yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang menopause.

2. Penelitian Al-Shammari dan Al-Subaie (1999) dengan Judul: “Prevalence and Correlates of Depression among Saudi Elderly. (Prevalensi depresi dan


(51)

commit to user

faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi pada orang tua di Arab Saudi

Hasil penelitiannya menunjukkan dari total responden ditemukan gejala depresi terjadi pada 3110 responden (39%), dan 8,4% termasuk dalam kategori depresi berat. Karakteristik pribadi yang berhubungan kuat dengan terjadinya depresi adalah tingkat pendidikan yang rendah (p= 0,001). Tidak bekerja (p= 0,001), status perkawinan (p= 0,001), dan usia tua (p= 0,001). Tempat tinggal di daerah terpencil dan rumah dengan penataan ruang yang kurang baik dan bangunan sudah tua juga berhubungan signifikan dengan depresi yang sangat berat (p= 0,001). Terbatasnya privasi, seperti tidak mempunyai kamar sendiri untuk orang dewasa, juga berhubungan dengan terjadinya depresi yang lebih berat dibandingkan dengan adanya pembagian ruangan/kamar dengan orang lain (p= 0,001),. Rendahnya pendapatan mengakibatkan besarnya ketergantungan terhadap orang lain sehingga berhubungan signifikan dengan terjadinya depresi (p= 0,001). Terdapat juga asosiasi yang signifikan antara depresi pada responden yang jauh sanak famili, tinggal sendirian, dan tidak banyak melakukan aktivitas rekreasi. Minimnya persepsi responden tentang pengetahuan kesehatan, ketergantungan aktivitas sehari-hari pada orang lain, dan problem kesehatan khususnya masalah kencing yang berlebihan juga berhubungan dengan terjadinya depresi (p = 0,001).

3. Penelitian Joffe at al. (2002) dengan judul:” Does Menopause Place Women at Higher Risk for a Clinical Diagnosis of Depression” Penelitian


(52)

dilakukan pada 363 wanita yang berusia 40-60 tahun yang secara bersamaan dilakukan perawatan klinik dasar di Rumah sakit Umum Massachusetts dengan menggunakan skor depresi.

Hasil studi menunjukkan bahwa pada wanita-wanita perimenopause mempunyai kecenderungan dua kali lebih banyak mengalami tanda-tanda depresi dari pada wanita-wanita premenopause usia pertengahan. Dan hot flushes juga mempunyai korelasi positif dengan peningkatan skor depresi, di mana makin cepat seorang wanita mengalami menopause makin besar kemungkinan mengalami depresi.

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan beberapa teori tersebut, kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Hubungan antara Pengetahuan dengan Kecemasan

Jika wanita menopause memiliki pengetahuan yang luas tentang menopause, maka cenderung akan semakin menurunkan tingkat kecemasan. Sebaliknya jika pengetahuannya sempit, maka cenderung timbul kecemasan yang tinggi. 2. Hubungan antara Sikap dengan Kecemasan

Jika wanita menopause menunjukkan sikap yang baik serta mengikuti saran dan menghindari larangan bagi wanita menopause, maka cenderung akan menurunkan tingkat kecemasan wanita menopause, sebaliknya semakin buruk sikapnya, maka semakin tinggi tingkat kecemasannya.


(53)

commit to user

3. Hubungan antara Perilaku dengan Kecemasan

Jika wanita menopause menunjukkan perilaku baik, maka semakin rendah tingkat kecemasan. Sebaliknya semakin buruk perilakunya, maka semakin meningkat tingkat kecemasannya.

4. Hubungan antara Pengetahuan, sikap, dan perilaku secara bersama-sama dengan Kecemasan

Jika wanita menopause memiliki pengetahuan yang luas tentang menopause, menunjukkan sikap dan berperilaku yang baik, (sesuai saran dan petunjuk yang harus dilakukan bagi wanita menopause), maka semakin rendah tingkat kecemasan wanita menopause. Sebaliknya jika pengetahuannya sempit, sikap dan perilakunya buruk, maka semakin meningkat tingkat kecemasannya. Lebih jelasnya kerangka pemikiraan dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

GAMBAR 1

KERANGKA PEMIKIRAN

Keterangan

Variabel Independen : Pengetahuan (X1) Sikap (X2) dan Perilaku (X3)

Variabel Dependen : Kecemasan Wanita Menopause (Y)

Kecemasan Wanita Menopause

(Y) Pengetahuan

(X1)

Sikap (X2)

Perilaku (X3)


(54)

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis dalam peneliutian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Ho : Hipotesis Nihil

a. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan wanita menopause.

b. Tidak ada hubungan antara sikap dengan kecemasan wanita menopause. c. Tidak ada hubungan antara perilaku dengan kecemasan wanita menopause. d. Tidak ada hubungan antara pengetahuan sikap dan perilaku secara

bersama-sama dengan kecemasan wanita menopause 2.H1 : Hipotesis Alternatif.

a. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan wanita menopause. b Ada hubungan antara sikap dengan kecemasan wanita menopause. c. Ada hubungan antara perilaku dengan kecemasan wanita menopause. d. Ada hubungan antara pengetahuan sikap dan perilaku secara


(55)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif korelasional, untuk melihat hubungan variabel independen terhadap variabel dependen, yang dilakukan pengukuran dalam waktu bersamaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini yaitu sebagai berikut. a. Data yang ada dan kondisi wanita menopause di Desa Kawu Kecamatan

Kedunggalar Kabupaten Ngawi. berdasarkan penelitian pendahuluan diperoleh informasi bahwa wanita menopause mengalami kecemasan. b. Camat Kedunggalar Kabupaten Ngawi memberikan izin untuk melakukan

penelitian

c. Kepala Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi dan memberikan izin untuk melakukan penelitian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Agustus 2010.


(56)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2005: 90) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini wanita menopause di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi yang berusia 50-55 tahun dengan kriteria bisa baca dan tulis minimal tamat SD. Atas dasar kriteria tersebut populasi sebanyak 60 orang

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2005: 94) ”Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Mengingat populasi relatif kecil maka penelitian ini merupakan penelitian total sampling, karena seluruh populasi diambil semua sebagai sampel. Hal ini sesuai pendapat Suharsimi Arikunto (2001: 120).

D. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Menurut Sugiyono (2005: 39) “variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat”. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pengetahuan (X1), sikap (X2) dan perilaku wanita menopause (X3).

2. Variabel Terikat

Menurut Sugiyono (2005: 40) ”variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”.


(57)

commit to user

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk memperjelas kerangka pemikiran yang dikemukakan di atas maka diberikan defenisi operasional dari setiap variabel penelitian sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah tingkat pemahaman wanita menopause tentang pengertian, penyebab, perubahan yang terjadi, upaya menghadapi menopause. Indikatornya meliputi: pengertian menopause, penyebab menopause, perubahan akibat menopause, upaya menghadapi menopause (Notoatmodjo, 2007).

b. Sikap

Sikap adalah merupakan respon evaluatif yang didasarkan pada proses evaluatif diri, yang disimpulkan berupa penilaian positif atau negatif yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek. Dalam penelitian ini sikap berupa penilaian terhadap upaya menghadapi menopause.

Indikator sikap yang diteliti meliputi: 1) upaya pencegahan dan pemeliharaan kesehatan, 2) pola makan yang dianjurkan 3) pola makan dan minum yang dibatasi 4) pemeliharaan kulit (Azwar S, 2003:) Notoatmodjo, (2002) Purwanto H, (1999:), Manuaba, (1999). Arisman (2004) Varney (2009).


(58)

c. Perilaku

Perilaku dalam penelitian ini adalah tindakan nyata dalam upaya menghadapi mempertahankan kesehatan. Indikator perilaku meliputi: 1) upaya pencegahan dan pemeliharaan kesehatan 2) pola makan yang dianjurkan 3) pola makan dan minum yang dibatasi 4) pemeliharaan kulit (Sumber: Notoatmodjo S.. 2007). Azwar (1995), Notoatmodjo, (1997). d. Kecemasan wanita menopause

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas dan dioperasionalkan dalam bentuk gangguan fisik, sulit konsentrasi, panik dan gelisah, gangguan tidur, takut dan menghindar, khawatir, ingatan tidak menyenangkan (Taylor, 1995). Indikator kecemasan meliputi: 1) Keadaan perasan sedih, 2) Perasaan bersalah, 3) Perasan hidup tak berguna, 4) Gangguan pola tidur 5) Kerja dan kegiatannya 6) Kelambanan 7) Kegelisahan 8) Kecemasan 9) Gejala somatik 10) Gangguan fungsi Kelamin. Sumber: Hawari, D., (2008), Carter, (2001). Bennett, (2001); Mullen, (2002).


(59)

commit to user

2. Kisi-kisi

TABEL 3. 1

KISI-KISI INSTRUMEN VARIABEL PENGETAHUAN No Indikator Jumlah Soal Nomor soal

1 Pengertian Menopause 1 1

2 Penyebab Menopause 1 2

3 Perubahan akibat Menopause

12 3,4,5,6,7,8,9,10,11,12, 13,22

4 Upaya menghadapi Menopause

11 14,15,16,17,18,19,20. 21,23,24,25

Jumlah = 25 soal

TABEL 3. 2

KISI-KISI INSTRUMEN VARIABEL SIKAP WANITA YANG MEMASUKI MASA MENOPAUSE

No Indikator Jumlah

Soal

Nomor soal 1 Upaya pencegahan dan

pemeliharaan kesehatan

3 1,8,10 2 Pola Makan yang dianjurkan 2 2,5

3 Pola Makan dan minum yang dibatasi

3 3,7,9

4 Pemeliharaan kulit 2 4,6

Jumlah soal = 10 soal

TABEL 3.3

KISI-KISI INSTRUMEN VARIABEL PERILAKU WANITA YANG MEMASUKI MASA MENOPAUSE

No Indikator Jumlah

Soal

Nomor soal 1 Upaya pencegahan dan pemeliharaan

kesehatan

3 1,8,10 2 Pola Makan yang dianjurkan 2 2,5

3 Pola Makan dan minum yang dibatasi 3 3,7,9

4 Pemeliharaan kulit 2 4,6


(60)

TABEL 3. 4

KISI-KISI INSTRUMEN VARIABEL KECEMASAN WANITA MENOPAUSE

No Indikator Jumlah Nomor soal

1 Keadaan perasan sedih 3 1,2,3,

2 Perasaan bersalah 5 5,6,7,8,9

3 Perasan hidup tak berguna 2 4,10

4 Gangguan pola tidur 2 11,12

5 Kerja dan kegiatannya 2 13,14

6 Kelambanan 1 15

7 Kegelisahan 1 16

8 Kecemasan 4 17,18,19,20

9 Gejala somatik 3 21,22,23

10 Kelamin 2 24,25

Jumlah soal = 25 soal

3. Pengukuran Variabel Penelitian

Parameternya pengukuran variabel pengetahuan tentang menopause menggunakan skala Guttman dengan 2 (dua) kriteria. Skala pengukuran type ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu ”ya- tidak” , ”benar-salah”, ”pernah-tidak pernah”, ” positif-negatif” ”setuju-tidak setuju” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau ratio dikhotomi (dua alternatif). ( Sugiyono, 2009: 111). Dengan katagori jawaban benar kurang dari atau sama 14 rendah, jawaban benar 15 -21 kategori sedang, jawaban benar 22-25 kategori tinggi.


(61)

commit to user

TABEL 3.5

SKOR JAWABAN KUESIONER VARIABEL PENGETAHUAN

Alternatif Jawaban Skor

Benar Salah B Benar S Salah 1 0

Sumber: Sugiyono (2005: 107)

Adapun parameternya pengukuran variabel sikap, perilaku dan variabel kecemasan menggunakan skala Likert dengan 5 (lima) kreteria, Untuk variabel sikap dan perilaku dengan kategori jumlah jawaban kuesioner kurang dari atau sama 31 kategori buruk, 32-40 kategori cukup, dan 41-50 kategori baik, dan variabel kecemasan dengan jumlah jawaban skor kurang dari atu sam 87 kategori rendah, 88-105 kategori sedang dan 106-125 kategori tinggi, skor jawaban kuesioner variabel sikap, perilaku dan kecemasan sebagaimana tersebut dalam tabel berikut:

TABEL 3.6

SKOR JAWABAN KUESIONER VARIABEL SIKAP Kode

Jawaban Alternatif Jawaban

Skor

Positif (+) Negatif (-) SS S N TS STS Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 Sumber: Sugiyono (2005: 107)


(62)

TABEL 3.7

SKOR JAWABAN KUESIONER VARIABEL PERILAKU DAN KECEMASAN WANITA MENOPAUSE

Alternatif Jawaban Skor

Positif (+) Negatif (-) Sl Selalu

Sr Sering

Kk Kadang-kadang Htp Hampir Tidak Pernah Tp Tidak pernah

5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 Sumber: Sugiyono (2005: 107)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data melalui Kuisioner a. Kuisioner Variabel Pengetahuan

Kuesioner variabel pengetahuan terdiri dari 25 item berupa pertanyaan secara tertulis yang diisi atau dijawab secara tertulis pula. Kuesioner dimintakan pengisiannya kepada responden sesuai kriteria yaitu ibu-ibu yang termasuk wanita masa menopause di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi, dan bisa membaca maupun menulis serta minimal tamat Sekolah Dasar

b. Kuisioner Variabel Sikap

Kuesioner variabel sikap terdiri dari 10 item berupa pertanyaan secara tertulis yang diisi atau dijawab secara tertulis pula. Kuesioner dimintakan pengisiannya kepada responden yaitu ibu-ibu yang termasuk wanita masa menopause di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.


(63)

commit to user

c. Kuisioner Variabel Perilaku

Kuesioner variabel perilaku terdiri dari 10 item berupa pernyataan secara tertulis yang diisi atau ditanggapi secara tertulis pula. Kuesioner dimintakan pengisiannya kepada responden yaitu ibu-ibu yang wanita masa menopause di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi

d. Kuisioner Variabel Kecemasan Wanita Menopause

Kuesioner variabel kecemasan wanita menopause terdiri dari 25 item berupa pertanyaan secara tertulis yang diisi atau dijawab secara tertulis pula. Kuesioner dimintakan pengisiannya kepada responden yaitu ibu-ibu yang termasuk wanita masa menopause di Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen penelitian di ujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Uji coba instrumen penelitian diberikan kepada 30 orang wanita menopause di Desa Gemarang Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.

a. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Instrumen yang valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Uji validitas digunakan korelasi Pearson yang dikenal dengan product moment


(64)

Menurut Ghozali, (2005: 17). Indikator pertanyaan dikatakan valid, jika tampilan output SPSS menunjukkan korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan. Jika p value < 0,05 maka butir pertanyaan dikatakan valid, dan jika p value

≥ 0,05 maka butir pertanyaan tidak valid. Untuk memudahkan pengujian menggunakan bantuan komputer program SPSS.

1) Uji Validitas Instrumen Variabel Pengetahuan

Indikator pertanyaan dikatakan valid, apabila p value < 0,05. dan sebaliknya apabila p value ≥ 0,05, maka butir pertanyaan tidak valid. Instrumen penelitian variabel Pengetahuan (X1) yang digunakan dalam

pengumpulan data penelitian yaitu 25 (dua puluh lima) item, berdasarkan uji validitas semuanya valid. Hal ini karena p value

masing-masing item menunjukkan < 0,05 Hasil uji validitas varabel pengetahuan tentang menopause terlampir

2) Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Sikap

Istrumen penelitian variabel sikap (X2) yang digunakan dalam

pengumpulan data penelitian yaitu 10 sepuluh) item, berdasarkan uji validitas semuanya valid. Hal ini karena p value pada semua item dalam variabel sikap menunjukkan < 0,05 Hasil uji validitas varabel sikap terlampir

3) Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Perilaku

Instrumen penelitian variabel perilaku (X3) yang digunakan dalam


(65)

commit to user

validitas semuanya valid. Hal itu karena p value pada semua item dalam variabel perilaku menunjukkan nilai < 0,05. Hasil uji validitas instrumen varabel Perilaku terlampir

4) Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kecemasan

Instrumen penelitian variabel kecemasan wanita menopause (Y) yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian yaitu 25 (dua puluh lima) item. Berdasarkan uji validitas semua item menunjukkan valid. Hal itu karena p value masing-masing item dalam variabel kecemasan menunjukkan < 0,05.

Hasil uji validitas instrumen penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Instrumen penelitian variabel pengetahuan semuanya valid. 2) Instrumen penelitian variabel sikap semuanya valid. 3) Instrumen penelitian variabel perilaku semuanya valid.

4) Instrumen penelitian variabel kecemasan wanita menopause semuanya valid.

b. Hasil Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap objek yang sama diperoleh hasil yang sama, selama objek yang diukur tidak berubah. Untuk menguji reliabilitas instrumen menggunakan Reliability Analysis Statistic dengan cronbachs alpha. Menurut Nunally dalam Imam Ghozali, (2005: 11) Jika cronbachs


(1)

commit to user

64

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa variabel sikap berhubungan negatif dan signifikan dengan kecemasan wanita menopause. Hasil analisis diskriptif menunjukkan sebagian besar responden (53,3%) menunjukkan sikap yang cukup baik

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan dalam kajian teori antara lain pendapat Arisman (2004), Manuaba (1999), Collins, (1997:1-2). Bennett (2001: 1-2); Mullen, (2002: 1-2; ). Notoatmodjo (2003) Purwanto H, (1999: 25) Azwar S. (2003).

3. Hubungan antara Perilaku dengan Kecemasan wanita menopause

Perilaku yang baik bagi wanita menopause antara lain dengan melakukan olah raga secara teratur disertai dengan kegiatan harian yang sederhana seperti mengangkat barang, mengurangi kafein, garam dan gula, karena kafein yang berlebihan dapat merangsang gejolak panas, poliuri dan defisiensi masa tulang, di samping itu perlu melaksanakan anjuran dalam mengkonsumsi makanan, serta melaksanakan pola makan sehat. Jika wanita menopause menunjukkan perilaku baik, maka semakin rendah tingkat kecemasan. Sebaliknya semakin buruk perilakunya, maka semakin meningkat tingkat kecemasannya.

Hasil uji korelasi menunjukkan perilaku berhubungan negatif dan signifikan dengan kecemasan wanita menopause. Hasil analisis deskriptif menunjukkan sebagian besar responden berperilaku yang cukup baik.

Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Notoatmodjo, (1997: 121), Azwar (1995), dan pendapat Skiner dalam Notoatmodjo S. (2007 : 43).


(2)

Disamping itu, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Joffe at al. (2002) dengan judul:” Does Menopause Place Women at

Higher Risk for a Clinical Diagnosis of Depression” di mana ahasil

penelitiannya menunjukkan bahwa pada wanita-wanita perimenopause mempunyai kecenderungan dua kali lebih banyak mengalami tanda-tanda depresi dari pada wanita-wanita premenopause usia pertengahan. Dan hot flushes juga mempunyai korelasi positif dengan peningkatan skor depresi, di mana makin cepat seorang wanita mengalami menopause makin besar kemungkinan mengalami depresi.

4. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku secara

bersama-sama dengan Kecemasan Wanita Menopause

Berdasarkan uji korelasi ganda diperoleh nilai F hitung sebesar 35,380 sedangkan Ft pada n 60 dengan db 3 pada taraf kepercayaan 5% sebesar 2,76 berarti Fh > Ft Demikiaan pula R hitung korelasi ganda sebesar 0,809 > r tabel 0,254 dengan N 60 berarti signifikan. Artinya pengetahuan, sikap, dan perilaku secara bersama-sama berhubungan secara signifikan dengan kecemasan.

Hasil penelitian sesuai dengan teori yang dikemukakan American Psychological Association, 2002: 1-3; Nila Sari Dewi, 2003: 1; Junetty Halim, 2003: 1; Ika Erika, 2003: 1), Zainuddin Sri Kuntjoro (2002: 1-4), Rachman, 1991: 13-14), Carter, (2001: 463-466) (Gunarsa, 2000: 82)., Manuaba,(1999), Arisman (2004), Collins, (1997:1-2). Bennett, (2001: 1-2), dan Mullen, 2002:


(3)

commit to user

66

2); Mullen, (2002: 1-2; ). Notoatmodjo (2003) Purwanto H, (1999: 25) Azwar S. (2003), Notoatmodjo, (1997: 121), Azwar (1995), dan pendapat Skiner dalam Notoatmodjo S. (2007 : 43). Dan mendukung hasil penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu yaitu penelitian Ika Erika (2004) dan penelitian yang dilakukan Joffe at al. (2002).

E. Keterbatasan

Penelitian ini masih terdapat keterbatasan di antaranya sebagai berikut.

1. Instrumen kuesioner dari ke empat variabel, yaitu pengetahuan, sikap,

perilaku, dan kecemasan wanita menopause mungkin masih belum dapat mengungkapkan hal-hal yang urgen dari variabel penelitian.

2. Sumber data adalah wanita menopause yang memiliki latar belakang usia, pendidikan, dan pekerjaan yang berbeda, sehingga tidak menutup kemungkinan adanya bias data, karena perbedaan latar belakang tersebut.


(4)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan wanita menopause. 2. Ada hubungan antara sikap dengan kecemasan wanita menopause.

3. Ada hubungan antara perilaku dengan kecemasan wanita menopause.

4. Ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku secara bersama-sama dengan kecemasan wanita menopause.

B. Implikasi

1. Hasil penelitian membuktikan bahwa pengetahuan berhubungan dengan

kecemasan wanita menopause. Implikasinya perlu peningkatan pengetahuan tentang menopause bagi wanita menopause sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan mereka..

2. Hasil penelitian membuktikan bahwa sikap berhubungan dengan kecemasan. Implikasinya wanita menopause perlu menunjukkan sikap yang baik, sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan mereka.

3. Hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku berhubungan dengan

kecemasan Wanita Menopause. Implikasinya wanita menopause perlu

menunjukkan perilaku yang baik sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan mereka.


(5)

commit to user

68

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan, dan implikasi tersebut di atas peneliti mencoba memberikan saran sebagai berikut:

1. Kepada Ibu-ibu yang telah Memasuki Usia Menopause

a. Agar meningkatkan pengetahuan tentang menopause terutama agar

mengetahui penyebab menopause, perubahan akibat menopause, dan

upaya menghadapi menopause, sehingga mengurangi dan menghilangkan rasa cemas.

b. Menunjukkan sikap yang positif dengan menerima menopause sebagai

karunia yang disyukuri karena dilebihkan dari perempuan lain, dengan umur yang lebih panjang, dengan segala kesempatan, menganggap

menopause tidak hanya sebagai proses penuaan fisik saja, tetapi lebih dari

sebagai proses, pematangan dalam segi intelektual, konsep pemikiran, spiritual dan wawasan hidup, dan adanya saling pengertian di lingkungan keluarga sehingga hubungan keluarga tetap harmonis.

c. Berperilaku yang positif antara lain dengan: 1) Melakukan olah raga secara teratur 2) Mengurangi kafein, garam dan gula.

3) Mengkonsumsi makanan, dan melaksanakan pola makan sehat

dengan memilih jenis makanan yang bermanfaat, misalnya makanan berprotein mengandung lemak tak jenuh, seperti ikan tuna dan salmon, dan mematuhi jadwal makan.


(6)

buah-buahan segar, roti dan sereal untuk membentuk feces yang mudah dikeluarkan.

5) Minum paling sedikit 8 gelas.

6) Menambah suplemen vitamin D

7) Memperkuat daya tahan tubuh dengan makan makanan yang penting

untuk kekebalan seperti vitamin E, B6 dan Zn.

8) Mengurangi resiko penyakit jantung, yaitu dengan membatasi

makanan berlemak yang banyak mengandung kolesterol dan natrium,

9) Banyak makanan yang kaya akan vitamin B6 dan B12 asam folat,

serat yang larut, kalsium dan kalium. Misalnya buah nanas, kacang kering, sayuran, susu tanpa lemak, daging tidak berlemak, biji-bijian 10) Melakukan pemeriksaan ginekologi secara rutin, dan pemeriksaan

kesehatan umum secara rutin. 2. Kepada Peneliti berikutnya

Kepada peneliti berikutnya yang ingin mengkaji hubungan pengetahuan tentang menopause, sikap dan perilaku wanita menopause dengan kecemasan sebaiknya variabel penelitiannya diperluas lagi, di samping itu jumlah sampel penelitian sebaiknya ditambah, termasuk lokasi penelitian diperluas sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil yang lebih representatif.


Dokumen yang terkait

Determinan Kecemasan Wanita Pra Menopause di Desa Rawang Lama Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan Tahun 2014

2 88 130

Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami Dengan Kecemasan Pada Wanita Menopause

7 62 143

HUBUNGAN ANTARA KESIAPAN MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU Hubungan antara kesiapan menopause dengan kecemasan menghadapi menopause pada ibu Pkk di desa gentan kecamatan bendosari Kabupaten sukoharjo.

0 6 14

HUBUNGAN ANTARA KESIAPAN MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU Hubungan antara kesiapan menopause dengan kecemasan menghadapi menopause pada ibu Pkk di desa gentan kecamatan bendosari Kabupaten sukoharjo.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN PADA WANITA.

0 0 4

HUBUNGAN ANTARA KEMATIAN PERINATAL DENGAN FREKUENSI ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS GUMARANG KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI.

0 0 4

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Menopause Pada Ibu-Ibu Di Kelurahan Bulan Kecamatan Wonosari Kabupaten Kla

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DANDUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA WANITA DI KECAMATAN NGAWI.

0 1 1

Hubungan Antara Usia Menarche Dengan Usia Menopause Di Desa Warukkalong Kecamatan Kwadungan Kabupaten Ngawi COVER

1 4 13

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN WANITA MENJELANG MENOPAUSE DI DESA BOWAN DELANGGU KLATEN NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Menopause dengan Kecemasan Wanita Menjelang Menopause di Desa Bowan Delanggu K

0 0 14