II.3. Masa Kepulangannya ke Indonesia
Akhir tahun 1919 ia kembali ke Indonesia setelah enam tahun dalam masa perantauan yang mengubah banyak hal dalam dirinya. Dengan menenteng ijazah
Diploma guru Hulpace karena ia gagal dalam ujian guru kepala Hoofdacte dan segudang pengalaman baru. la pun memulai karirnya dengan menjadi seorang guru untuk
anak-anak kuli kontrak yang bekerja diperkebunan Senembah My, Tanjung Morawa Sumatera Timur milik seorang Belanda bernama C.W Janssen. Disana ia mendapatkan
tempat dan penghasilan yang sangat baik, gaji sebesar 350 Gulden perbulan, diberikan fasilitas-fasilitas serta diperlakukan sama layaknya orang Eropa.
39
la pun memutuskan meniggalkan kehidupan yang mewah serta perlakuan istimewa untuk selanjutnya menerjunkan diri secara total kedalam gelanggang politik
yang penuh dengan bahaya. Awalnya ia merasa senang mendapatkan pekerjaan tersebut, dengan harapan
dapat mencicil hutang pada gurunya Horensma dan Engkufonds yang telah membantu pembiayaan studinya. Namun kegelisahan terhadap nasib bangsanya dimana ia
menyaksikan kekejaman para kapitalis Belanda mengeksploitasi tanah perkebunan dan menyiksa buruh-buruh pribumi bangsanya menyebabkan Tan Malaka memutuskan untuk
meninggalkan pekerjaanya sebagai guru. la semakin yakin bahwa sistem kapitalislah yang melahirkan praktek kolonialisme dan imperialisme sehingga meyebabkan
bangsanya terjajah dan diperbudak secara tidak berperikemanusiaan.
40
39
Harry. A.Poeze,op cit., hal 15
40
ibid, hal 17
Apa yang disaksikanya di Tanjung Morawa semakin mempertebal keyakinanya pada kebenaran teori Marxisme dan perjuangan dari orang-
orang kiri atau komunis.
Universitas Sumatera Utara
Kekagumannya atas pengalaman kaum Bolsyevik di Rusia mengilhaminya untuk menulis sebuah artikel pertamanya yang berjudul Parlemen atau Soviet telah
mengumandangkan dirinya menjadi seorang teoritikus Marxis yang handal. Tulisan ini berisi suatu pandangan teoretis mengenai bentuk pemerintahan, yang membandingkannya
dengan teori kiri pada waktu itu dan selanjutnya lebih lengkap dibahas dalam karya visionernya Naar de Republik Indonesia Menuju Republik Indonesia. Di sini ia
menyampaikan banyak hal seperti politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan bahkan militer. Bolsyevikisme telah menjadi suluh penerang sekaligus sumber inspirasinya untuk
memulai suatu perjuangan mengusir kolonialisme. Tahun 1921 Tan Malaka datang ke Jawa yang saat itu merupakan pusat
tumbuhnya pergerakan rakyat dan bertekad untuk terjun ke dalam gelanggang politik pergerakan. Di sana Tan Malaka berkenalan dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional
seperi Cokroaminoto, Semaun dan Darsono. Tan Malaka merasa bertemu dengan lingkungan yang tepat, yaitu lingkungan pergerakan. Perkenalanya dengan Semaun
Wakil ISDV dan Ketua Sarekat IslamSI Semarang yang kemudian menawarkan Tan Malaka tinggal di Semarang untuk mendirikan sekolah-sekolah yang diperuntukan bagi
kalangan proletariat atas sponsor SI Semarang.
41
Tan Malaka kemudian mulai mendirikan sekolah-sekolah untuk anak-anak anggota SI sekaligus untuk penciptaan kader-kader baru. Langkahnya tersebut didasarkan
pada beberapa alasan. Pertama memberi jalan kepada para kebanyakan murid yang rata- rata berasal dari kalangan buruh, tani, pegawai kecil, dan para pedagang kecil untuk
mendapatkan pelajaran berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi, bahasa belanda, Melayu, Jawa dan lain-lain. Kedua, memberikan kebebasan kepada murid untuk
41
Tan Malaka, DPkP I.,hal 69
Universitas Sumatera Utara
mengikuti kegemaran mereka dalam bennik perkumpulan-perkumpulan sebagai upaya mendorong majunya pergerakan. Ketiga, untuk memperbaiki nasib kaum kromo atau
kaum miskin.
42
Untuk keperluan sekolah itu, ruang rapat SI Semarang diubah menjadi sekolah. Mengajari anak-anak kampung, menyebarkan propaganda menjadi aktifitas sehari-
harinya. la mengajari anak-anak kecil lagu persatuan kaum komunis sedunia Internasionale
43
Prestasi kerjanya yang gemilang membuat Tan Malaka semakin mendapat kepercayaan dikalangan pimpinan PKI. Maka tak heran ditengah krisis kader dan
pemimpin dikalangan PKI tahun 1921 Tan Malaka dipercaya untuk menjadi Ketua PKI . Untuk penggalangan dana ia berkeliling dari kampung untuk mencari
sumbangan dari penduduk sebagai biaya operasional sekolahnya. Sekolah model ini kemudian tumbuh dengan cepat dan menjadi besar tidak hanya di Semarang tapi juga di
Malang dan Bandung yang dikenal dengan nama Sekolah Tan Malaka. Tekadnya untuk bergabung dalam pergerakan kemerdekaan membuatnya
bergabung dengan Partai Komunis Indonesia PKI yang notabene adalah partai komunis pertama di Asia yang didirikan di luar Uni Soviet. Dengan semangat yang berkobar Tan
Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis, merencanakan suatu pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI untuk
menyusun sistem kursus-kursus kader serta ajaran-ajaran komunis, keahlian berbicara, jumalistik serta keahlian mengorganisasikan rakyat. Namun pemerintah kolonial Belanda
segera melarang pembentukan kursus-kursus semacam itu dan mengambil tindakan tegas bagi pesertanya.
42
Tan Malaka, Gerilyawan Revolusioner yang Legendaris, Makalah, 2001 dalam.www. briknster.indomarxist.com
43
Hary, Prabowo, op.cit., hal 13
Universitas Sumatera Utara
menggantikan Semaun yang sedang melawat ke Rusia walau hanya untuk beberapa bulan sa|a sebelum akhimya dibuang.
Awal yang gemilang sekaligus berat ketika ia harus pasang badan dalam situasi pergerakan. Langkah pertama yang dilakukannya adalah berusaha mendamaikan
perseteruan antara golongan Komunisme dan golongan Islam yang sedang meruncing saat itu yang termanifestasikan dalam perpecahan antara Sl Cokroaminito dan SI Semaun
yang notabene beraliran komunis. la menilai hal tersebut bukanlah kontradiksi yang bersifat antagonistik dan perseteruan tersebut hanya akan menguntungkan pihak penjajah
yang gemar melakukan politik pecah belah dan adu domba. Baginya berkolaborasi dengan kaum muslimin yang merupakan salah satu elemen revolusioner adalah hal
penting dalam menumbangkan kolonialisme di Indonesia. Bahkan dalam Kongres Komunisme Intemasional Komintem IV pada tahun
1922.
44
Tan Malaka tetap mempertahankan argumentasinya tentang pentingnya kolaborasi dengan gerakan Pan-Islamisme yang menyebabkannya berseberangan dengan
mayoritas elite Kemintern.
45
Tan Malaka menolak pandangan Komintem yang bermusuhan dengan Pan Islamisme karena dianggap sebagai kekuatan borjuasi yang
oportunis. Tan Malaka menyatakan bahwa potensi revolusioner Islam di negeri negeri jajahan dan pentingnya bagi kaum komunis untuk bekerjasama untuk mencapai
kemerdekaan serta fakta bahwasanya kebanyakan orang Islam adalah kaum pekerja dan kaum tani, satu keberanian sikap dari Tan Malaka.
46
Keterlibatanya dalam gerakan-gerakan melawan kaum kolonial Belanda seperti yang dilakukan para buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat Vakcentral
44
Komintern sebagi singkatan dari Komunisme Intemasional adalah pertemuan kaum komunis sedunia.
45
Hary.A.Poeze, op cit, hal 313-314
46
lbid,hal316
Universitas Sumatera Utara
Revolusioner seperti VSTP dan aksi-aksi pemogokan kaum buruh, disertai selebaran- selebaran sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat
melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh. Seperti dikatakan Tan Malaka pada pidatonya di depan para buruh ....Semua gerakan buruh untuk
mengeluarkan suatu pemogokan umum sebagai pemyataan simpati, apabila nanti mengalami kegagalan maka pegawai yang akan diberhentikan akan didorongnya untuk
berjuang dengan gigih dalam pergerakan revolusioner.
47
Konsekuensi dari aktifitas politiknya adalah hal yang lazim bagi para tokoh pergerakan saat itu yakni dibunuh, ditangkap ataupun dibuang. Pada tanggal 13 Februari
1922 Tan Malaka ditangkap polisi kolonial dengan alasan melakukan tindakan-tindakan berbahaya yaitu menggerakan aksi-aksi buruh yang gencar dan dianggap mengganggu
Rest en Orde keamanan dan ketertiban bagi pemerintahan Belanda.
48
Bulan Maret 1922 ia dibuang ke Belanda. Politik pembuangan adalah politik yang dilakukan pemerintah
Kolonial Belanda untuk memisahkan tokoh-tokoh pergerakan dengan massanya. Ini adalah pembuangan pertama Tan Malaka sebagai seorang aktivis pergerakan.
49
Setibanya di Belanda bulan April 1922 ia mendapatkan sambutan hangat dari Partai Komunis Belanda CPH. Bersamaan dengan waktu pemilihan umum di Belanda ia
diminta untuk ikut berkampanye dan juga dicalonkan sebagai anggota Parlemen Belanda
II.4. Masa Pembuangan dan Pelarian