Masa Pembuangan dan Pelarian

Revolusioner seperti VSTP dan aksi-aksi pemogokan kaum buruh, disertai selebaran- selebaran sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh. Seperti dikatakan Tan Malaka pada pidatonya di depan para buruh ....Semua gerakan buruh untuk mengeluarkan suatu pemogokan umum sebagai pemyataan simpati, apabila nanti mengalami kegagalan maka pegawai yang akan diberhentikan akan didorongnya untuk berjuang dengan gigih dalam pergerakan revolusioner. 47 Konsekuensi dari aktifitas politiknya adalah hal yang lazim bagi para tokoh pergerakan saat itu yakni dibunuh, ditangkap ataupun dibuang. Pada tanggal 13 Februari 1922 Tan Malaka ditangkap polisi kolonial dengan alasan melakukan tindakan-tindakan berbahaya yaitu menggerakan aksi-aksi buruh yang gencar dan dianggap mengganggu Rest en Orde keamanan dan ketertiban bagi pemerintahan Belanda. 48 Bulan Maret 1922 ia dibuang ke Belanda. Politik pembuangan adalah politik yang dilakukan pemerintah Kolonial Belanda untuk memisahkan tokoh-tokoh pergerakan dengan massanya. Ini adalah pembuangan pertama Tan Malaka sebagai seorang aktivis pergerakan. 49 Setibanya di Belanda bulan April 1922 ia mendapatkan sambutan hangat dari Partai Komunis Belanda CPH. Bersamaan dengan waktu pemilihan umum di Belanda ia diminta untuk ikut berkampanye dan juga dicalonkan sebagai anggota Parlemen Belanda

II.4. Masa Pembuangan dan Pelarian

47 Tan Malaka, Gerilyawan Revolusioner yang Legendaris,Loc.cit hal 4 48 Rest en Orde adalah aturan dari pemerintah kolonial Beianda untuk meredam pergerakan-pergerakan rakyat yang saat itu bermuncuian- Konsekuensi dari aturan ini adalah pembuangan bagi setiap pemimpin atau aktifis gerakan yang merupakan rekayasa pihak kolonial untuk memisahkan mereka dengan massa rakyat 49 Tan Malaka, Tunduk Kepada Kekuasaan, Tetapi Tidak Tunduk Kepada Kebenaran, Jakarta,tanpa tahun.hal 11. Universitas Sumatera Utara menempati nomor urut tiga. Sambutan masyarakat Belanda atas kampanye politik Tan Malaka dilaporkan sangat apresiatif namun karena CPH hanya mendapatkan jatah suara untuk dua kursi saja maka Tan Malaka gagal menjadi anggota Parlemen Belanda. 50 Diakhir tahun 1924 ia menghadiri Konferensi Buruh Angkutan Pasifik yang dihadiri oleh sejumlah utusan termasuk Alimin dan Budi Sutjitro. Hasil dari konferensi ini adalah bagaimana menyambungkan mata rantai perjuangan revolusi nasional di Asia dengan perjuangan revolusi proletariat di negara-negara Barat Eropa dan Amerika. Pada tahun yang sama, Tan Malaka menghadiri Kongres Komunis Intemasional Komintem IV di Moskow, la ditugaskan sebagai wakil Komintem untuk wilayah Asia Tenggara yang meliputi Burma, Siam, Annam, Filipina, Malaysia dan Indonesia. Selanjutnya hidupnya diwanai dengan pengembaraan dan pelarian dari polisi rahasia kaum kolonial dari satu negeri ke negeri lainya. la pun sempat bertemu dengan berbagai tokoh pergerakan yang disegani di Asia seperti Dr. Sun Yat Sen yang dinilainya berpikir dengan cara borjuis kecil yang tidak percaya pada kekuatan massa untuk melakukan perubahan. 51 Tan Malaka diangkat sebagai Ketua Biro Buruh lalu lintas Asia dan memimpin majalah berbahasa Inggris bemama The Dawn. 52 50 Hary.Prabowo, Perspektif MarxismePergulalan Teori dan Praksis Menuju Republik. hal 17 51 Ibid, hal 9. 52 Ibid. hal 20 Tan Malaka pun kemudian menetap di Canton untuk beberapa waktu. Namun lagi-lagi dengan alasan kesehatan Tan Malaka disarankan untuk tinggal didaerah khatulistiwa yang hawanya cocok untuk tubuhnya. Universitas Sumatera Utara Bulan Juni 1925 , ia masuk menyusup ke Filipina menumpang kapal samudra. Disana Tan Malaka tinggal disekitar Manila tepatnya di Santa Mesa menetap disalah seorang kenalanya dengan nama samaran Elias Fuentes. 53 Ketegasan sikapnya terhadap praktek kolonialisme Belanda tercermin dalam buku tersebut : .....Kami kaum Komunis Indonesia tak akan dapat menggantungkan politik kami melulu pada pengharapan, agar negeri-negeri kapitalis di dunia runtuh terlebih Walaupun menetap di negeri orang totalitas perjuangan Tan Malaka pada masalah-masalah pergerakan nasional untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia tidak diragukan sejak awal. Pada esensinya pemikiran-pemikiran dan perjuangan Tan Malaka terpusat kepada tujuan bagaimana memerdekakan bangsanya sekaligus merombak secara total seluruh tatanan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Jauh hari sebelum Sukarno menulis Indonesia Menggugat tahun 1932 yang berisi arti penting kemerdekaan bagi bangsa Indonesia atau Hatta dengan Kearah Indonesia Merdeka tahun 1930, Tan Malaka sudah menulis pamflet berjudul Naar De Republic Menuju Republik Indonesia sebagai satu konsepsi menuju kemerdekaan Indonesia yang terbit pertama kali di Kowloon Cina, April 1925 semasa pembuanganya. Dalam buku ini ia menuliskan progam-program untuk mencapai atau berdirinya Republik Indonesia yang menyangkut berbagai macam bidang seperti politik, ekonomi, sosial, pendidikan bahkan militer. Program-program itu sesungguhnya diperuntukan untuk PKI yang dianggap sebagai partai yang mampu menjadi pelopor penggerak revolusioner cita-cita kemerdekaan Indonesia. 53 Tan Malaka, DPkP I,hal 111-116. Universitas Sumatera Utara dahulu. Jika kapitalisme kolonial di Indonesia besok atau lusa jatuh, kita harus mampu menciptakan tata tertib baru yang lebih kuat dan sempurna di Indonesia 54 Dalam konsepsi Menuju Republik Indonesia adalah revolusi kelas sebagai jalan yang dipilih menuju kemerdekaan Indonesia adalah bukan tanpa sebab. Menurutnya revolusi adalah jalan terbaik untuk mengusir kolonialisme dan imperialisme dari Indonesia. Selain itu pula bangsa Indonesia belum memiliki riwayat sendiri selain riwayat perbudakan baik perbudakan dalam bentuk feodalisme oleh bangsa sendiri ataupun perbudakan oleh bangsa asing lewat penjajahan. Maka revolusi dianggap sebagai jalan terbaik, karena itu Revolusi Indonesia karena memiliki dua tujuan yaitu mengusir Imperialisme Barat dan mengikis sisa-sisa feodalisme. Implikasinya, jika revolusi tersebut berhasil diwujudkan maka Indonesia akan memiliki sejarah baru. 55 Buku kecil ini segera menjadi bahasan oleh studi-studi klub, kelompok-kelompok debat termasuk studi klub yang dipimpin Sukamo dan Ir. Anwari. Dikatakan saat itu Sukamo selalu membolak-balik, mencorat-caret dan membawa kedua buku itu, kenang Sayuti Melik yang saat itu bersama Sukarno. 56 Sebagai seorang tokoh Komintem ia punya peranan yang cukup signifikan bagi perkembangan gerakan komunis di Indonesia. la tidak cuma berhak untuk memberi usul- usul dan mengadakan kritik tetapi juga hak untuk mengucapkan vetonya atas aksi-aksi yang dilakukan partai komunis di daerah kerjanya. Tan Malaka juga harus mengadakan Gagasan-gagasan visioner Tan Malaka memberikan inspirasi luas dikalangan aktifis pergerakan saat itu dan menguatkan keyakinan bahwasanya kemerdekaan 100 bukanlah hal yang mustahil. 54 Tan Malaka. Menuju Republik Indonesia, Jakarta. Komunitas Bambu. Jakarta. 2000. hal 10 55 Tan Malaka, Menudju Republik Indonesia, DJakarta, Jajasan Massa, 1962, hal 40 56 Hadidjojo Nitimihardjo, Dua Buku Kecil Yang Memberi ilham dan Keberanian, Kata pengantar pada penerbitan Buku Massa Aksi, Jakarta, Komunitas Bambu tahun 2000,hal 10 Universitas Sumatera Utara pengawasan supaya anggaran dasar, program dan taktik dari Komintern berjalan seperti yang telah ditentukan di Moskow. Dengan demikian sebenarnya tanggung-jawabnya sebagai wakil Komintem lebih berat dari keanggotaannya di PKI. Namun perbedaan pendapat mengenai soal rencana pemberontakan PKI yang diputuskan dalam Konferensi Prambanan pada 25 Desember 1925 menyebabkan tegangnya hubunganya dengan para pimpinan teras PKI. Mensikapi proposal pimpinan teras PKI yang memutuskan untuk segera melakukan pemberontakan kontan ditanggapi Tan Malaka dengan ketidaksepakatan. Ketidaksepakatan Tan Malaka didasarkan pada pendapat bahwasanya kesadaran kelas buruh belum cukup tinggi dan masih terlalu dini untuk berhadapan secara frontal. Pendeknya ia mengungkapkan bahwa kondisi subyektif partai belum cukup kuat dan kondisi obyektif yang belum mendukung. Disamping itu pula rencana tersebut belum dikonsultasikan dengan Komintern sebagai sentral kepemimpinan komunis sedunia. Kecelakaan sejarah tak dapat dihindarkan, apa yang terjadi pada akhir tahun 1926-awal 1927, merupakan suatu perlawanan umum pertama terhadap diktator Belanda, perjuangan bersenjata pertama yang bertujuan bukan lagi untuk mencegah kekuasaan kolonial bercokol, tapi untuk menggulingkan dan menggantikannya dengan suatu kekuasaan baru yang berasal dari rakyat yang terhisap. Kendati pemberontakan itu telah dipersiapkan selama beberapa bulan oleh PKI, namun akhimya pemberontakan itu gagal atau tepatnya merupakan kegagalan total dari para pimpinan partai. Sampai disitu apa yang diramalkan oleh Tan Malaka benar-benar terbukti, pemberontakan PKI 1926 yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia dalam waktu singkat dapat dipatahkan oleh Belanda. Akibatnya sekitar 13.000 pejuang politik Universitas Sumatera Utara ditangkap dan ditahan, dengan 5.000 diantaranya diadili dan dihukum 16 orang diantaranya dihukum mati dan digantung, serta sekitar 1.000 orang dibuang tanpa diadili ke Irian Barat dalam suatu kamp konsentrasi yang khusus dibuat untuk itu. Namun yang terberat adalah segera dilarangnya PKI oleh pemerintah kolonial Belanda. 57 Tan Malaka yang sejak awal tidak sepakat dengan pemberontakan tersebut dianggap sebagai pengkhianat, dicap Trotskys Perjuangan nasional mendapat pukulan yang sangat berat serta pelajaran berharga tentang perjuangan mengusir kolonialisme. Ditubuh PKI pun mengalami kehancuran serius yang diakibatkan ditangkapnya hampir semua tokoh utama PKI. 58 Tan Malaka pun kemudian menulis sebuah Pamflet berjudul Massa Actie yang menjelaskan tentang pentingnya peranan massa yang terdidik dan sadar untuk melahirkan kemerdekaan Indonesia. Tan Malaka amat menekankan bahwa Revolusi Indonesia hanya mungkin terjadi dan berhasil jikalau didukung oleh massa rakyat yang tersusun atau terorganisasi. dan dituduh sebagai biang keladi kegagalan pemberontakan. Berbagai kecaman dialamatkan pada Tan Malaka dan hal tersebut membuat Tan Malaka memutuskan untuk keluar dari PKI. 59 Pamflet yang sesungguhnya mempakan kritik terhadap pemberontakan PKI yang gagal ini ditulis dan dicetak pertama kali di Manila tahun 1926 dan segera disusul dengan pamflet lainya berjudul Semangat Muda yang dicetak di Singapura pada tahun yang sama. Tan Malaka yang saat itu berada di luar negeri, berkumpul dengan beberapa 57 Jacques, Leclerc, Aliran Komunis Sejarah dan Penjara, Makalah diterbitkan dalam Majalah Prisma tahun 1983. hal 4 58 Istilah Trotskys adalah istilah yang populer di kalangan kaum komunis yang dianggap mengikuti ajaran Leon Trotsky, salah seorang tokoh komunis Russia. Namun karena perbedaan pendapatnya dengan Stalin penguasa Sovyet saat itu Trotsky dianggap sebagai pengkhianat dalam gerakan Komunis dan akhimya ia pun dibunuh. Sejak saat itu istilah Trostkys sering dialamatkan kepada orang-orang yang dianggap berhaluan atau mengikuti pendapat Trostky. 59 Tan Malaka, Menuju Republik Indonesia,op.cit hal 40 Universitas Sumatera Utara temannya di Bangkok Thailand. Bersama Soebakat dan Djamaludddin Tamin, Juni 1927 Tan Malaka mendirikan Partai Republik Indonesia PARI yang menolak berkoordinasi dengan Komintern. 60 la dan sebagian kawan-kawannya memutuskan untuk memisahkan diri dan memutuskan hubungan dengan PKI. Dokumen-dokumen yang diumumkan PARI menyatakan bahwa partai itu independen dari Komintern. Nama Partai dan program- program PARI diambil dari Pamflet Menuju Republik Indonesia yang diterbitkan Tan Malaka dua tahun sebelumnya. PARI disiapkan menjadi partai pelopor yang dibangun dari bawah tanah untuk memimpin jalanya Revolusi Indonesia menggantikan peran PKI pasca pemberontakan 1926. 61 Menariknya pada tahun 1928 Tan Malaka justru diangkat kembali oleh Komintern sebagai salah seorang agennya untuk Asia Tenggara. Saat itu, Komintern belum mengetahui tentang kegiatan Tan Malaka dan PARI. Selanjutnya sejak tahun 1927 sampai 1932 kegiatan politik Tan Malaka semakin terhambat. Tan Malaka Lebih sering berada dalam pengejaran intel Imperialis Belanda, Inggris dan Amerika dan praktis terputus hubungannya dengan teman-temannya atau boleh dikatakan bergerak sendiri. Selanjutnya sejarah gerakan kiri di Indonesia diwarnai dengan fragmentasi antar golongan dan faksi yang memperburuk soliditas dikalangan gerakan rakyat. Namun PARI, yang dimaksudkannya sebagai kendaraan untuk menuju Revolusi Indonesia yang dicita-citakanya, tidak sempat berakar luas di Indonesia. Dua orang pendiri lainnya yang notabene adalah tangan kanan Tan Malaka, Subakat dan Djamaluddin Tamim, tertangkap. 60 Hary.A.Poeze.op.cit. hal 356 61 Hary Prabowo, op cit,hal 24 Universitas Sumatera Utara Sewaktu ia memasuki Hongkong dari Shanghai pada tahun 1932, dalam perjalanan menuju Birma sebagai agen Komintem, Tan Malaka ditangkap Inggris dan ditahan selama beberapa minggu. Penangkapan Tan Malaka di Manila juga menimbulkan kegemparan dimana-mana, seluruh aktivis pergerakan kemerdekaan Filipina memberikan pembelaan terhadapnya. Pers Nasional, Parlemen bahkan Presiden pertama Republik Filipina Manuel Quezon ikut sibuk membela Tan Malaka. Tan Malaka dianggap sebagai martir kemerdekaan Indonesia dan dianggap sejajar dengan Dr. Joze Rizal pahlawan kemerdekaan Filipina. Sesudah dilepas, ia kembali ke Cina, disana ia menghidupi dirinya dengan mendirikan sekolah bahasa asing sampai tahun 1937. Dia terpaksa lari lagi sewaktu Jepang menyerang kota itu. Ia menyingkir ke Singapura, menyamar sebagai guru Sekolah Menengah Tinggi Singapura sampai tahun 1942. 62 Misi itulah yang pada tahun 1935 dipercayakan kepada Musso, anggota pimpinan PKI yang berada di Eropa pada saat meletusnya peristiwa 1926-1927, dan yang menggantikan Semaun di Belanda. Misi tersebut kemudian mendapat perlawanan dari Sementara itu, Komintern dan orang-orang Komunis Indonesia yang telah mengetahui tentang PARI dan itu dengan sendirinya merespon dengan keras dengan menjelaskan kepada rakyat siapa Tan Malaka yang sebenarnya. Untuk kelompok Komunis Indonesia di Eropa, yang baru mengetahui bahwa PARI-nya Tan Malaka telah menyatakan independensinya dari Internationale Communiste, PARI tidak boleh di anggap sebagai PKI bentuk baru jadi harus dicegah jangan sampai golongan Komunis Indonesia bergabung di sekitar Tan Malaka, dan untuk itu partai harus dibangun kembali sambil melakukan hubungan dengan Komintern. 62 Tentang Tan Malaka, PARI dan perjalananya ditahun-tahun tersebut, lihat Poeze,op cit Bab X dan XI Universitas Sumatera Utara para pendukung Tan Malaka, di luar negeri dan juga di Indonesia, yang menyatakan bahwa PKI sudah mati dan bahwa PARI adalah ahli warisnya. 63 Meskipun Tan Malaka lebih sering berada dalam pengasingan ataupun pelarian tapi ia hadir lewat pikiran-pikiranya dalam kancah pergerakan nasional. Cerita tentang sosok Tan Malaka saat itu dilukiskan lewat sebuah novel berjudul Pacar Merah Indonesia yang merupakan cerita saduran dari The Scarlet Pimpernet karangan Baroness Orczy yang menceritakan kisah Sir Percy Blakeney dan Revolusi Perancis. Novel setengah fiksi tersebut semakin menimbulkan rasa kagum rakyat Indonesia terhadap sosok pejuang Tan Malaka. Tan Malaka dikecam habis-habisan, antara lain oleh tokoh PKI Musso, yang berhasil masuk Indonesia dari Moskow tanpa diketahui Belanda. Tan Malaka yang pemah menjadi ketua PKI dan agen Komintem, kini menjadi musuh utama PKI. Bagi Musso seorang pimpinan PKI, PKI tetap ada dan PARI hanyalah merampas. Namun Kejaksaan Belanda tidak ambil pusing terhadap perbedaan itu, bagi mereka semua itu adalah Komunis, Ekstrimis yang berbahaya dan jalan keluamya adalah membuang mereka ke Irian tanpa diadili bagi siapa saja yang berhasil ditangkap. 64 Saat kembali lagi ke Indonesia tahun 1942 setelah 20 tahun dalam pelarian di luar negeri, Jepang sudah mendarat dan berkuasa. Semenjak meninggalkan Bangkok 1927, kecuali hubungan surat-menyurat yang terbatas dan kemudian terputus. Tan Malaka menjadi seorang pejuang revolusioner yang kesepian, tetapi juga tetap setia pada cita-cita

II.5. Masa Kembalinya ke Indonesia