Pengobatan Penyakit DBD Pencegahan Penyakit DBD

lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk temasuk di dalam kelenjar liurnya. Penularan ini dapat terjadi setiap nyamuk menusuk menggigit, sebelum rnenghisap darah, nyamuk akan mengeluarkan air liur rnelalui saluran alat hisapnya proboscis, agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan kepada orang lain Depkes RI, 2004c.

2.1.6. Tempat Potensial bagi Penularan Nyamuk DBD

Penularan nyamuk DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah : Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar yaitu : 1. Sekolah Anak sekolah merupakan kelompok umur yang paling rentan untuk terserang penyakit DBD. 2. PuskesmasRumah sakit dan Unit pelayanan kesehatan lainnya Orang datang dari berbagai wilayah dan kemingkinan diantaranya adalah penderita DBD, demam dengue DD atau carrier virus dengue. 3. Tempat-tetnpat umum lainnya : a. Tempat-tempat perbelanjaan, pasar, restoran, hotel, bioskop dan tempat-tempat ibadah. b. Wilayah rawan DBD endemis c. Pemukiman baru di pinggir kota. Pada daerah ini penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah yang

2.1.7. Pengobatan Penyakit DBD

Haus dan dehidrasi terjadi akibat demam tinggi, anoreksia dan muntah. Sehingga masukan cairan per oral harus diberikan. Penggantian larutan elektrolit atau jus buah lebih dipilih dari pada air. Selama fase demam akut terdapat resiko kejang. Antipirektik dapat diberikan pada pasien hiperpireksia, terutama bagi Universitas Sumatera Utara mereka yang memiliki riwayat kejang demam. Parasetamol lebih dipilih untuk menurunkan demam tetapi harus digunakan selama suhu tubuh lebih tinggi 39° C, tetapi tidak lebih dari 6 dosis dalam 24 jam WHO, 1999. Pasien harus diobservasi dengan ketat terhadap tanda–tanda syok. Periode kritis adalah transisi dari demam ke fase tidak demam, dimana biasanya terjadi setelah hari ketiga. Penentuan hematokrit adalah pedoman penting untuk terapi pada tahap ini, karena pemeriksaan ini secara tidak langsung menunjukkan derajat rembesan plasma dan menunjukkan kebutuhan terhadap cairan intravena. Peningkatan hematokrit harus didahului dengan perubahan tekanan darah dan nadi. Hematokrit harus ditentukan setiap hari dari hari ketiga penyakit sampai demam pasien berkurang selama 1 atau 2 hari Hadinegoro, 1999. Terapi cairan parenteral dapat diberikan di unit rehidrasi pasien rawat jalan untuk pasien yang demam, muntah, atau anoreksianya menimbulkan dehidrasi. Cairan yang digunakan untuk mengatasi dehidrasi dipilih sesuai dengan sifat kehilangan cairan, berupa cairan Kristaloid Ringer Laktat, Ringer Asetat, dan NaCl dan Koloid Dekstran 40 dan Plasma. Antibiotik dapat diberikan apabila terjadi infeksi sekunder, untuk pemberian oksigen diberikan pada saat pasien syok atau pingsan Soegeng, 2006.

2.1.8. Pencegahan Penyakit DBD

Sebagaimana telah diketahui Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit DBD. Untuk mengatasi penyakit DBD sampai saat ini belum ada cara yang efektif, karena sampai saat ini masih belum ditemukan obat anti virus dengue. Oleh karena itu perlu dipikirkan cara penanggulangan penyakit DBD dengan melalui pengendalian terhadap nyamuk Aedes aegypti. Dinkes Medan, 2010. A. Pengendalian Secara Lingkungan menurut WHO 2004, adalah: 1. Tempat penyimpanan air Sumber utama perkembangbiakan Aedes aegypti disebagian besar daerah perkotaan di Asia Tenggara adalah wadah penyimpanan air untuk kebutuhan rumah tangga yang mencakup gentong air dari tanah liat, dan Universitas Sumatera Utara tempat–tempat penampungan air lainnya yang dapat menampung 200 liter air. Jika persediaan air pipa tidak ada dan hanya keluar pada jam–jam tertentu atau tekanan airnya rendah, ada anjuran untuk menyimpan air dalam berbagai jenis wadah. Hal ini akhirnya akan memperbanyak tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Sebagian besar wadah yang digunakan memliki ukuran yang besar dan berat dan tidak mudah untuk dibuang dan dibersihkan. 2. Pot vas bunga dan jebakan semut Pot bunga, vas bunga, dan jebakan semut merupakan tempat utama perkembangbiakan Aedes aegypti. Benda–benda tersebut harus dilubangi untuk saluran air keluar. Tindakan lainnya, bunga hidup dapat ditempatkan di atas wadah yang berisi pasir atau air. Bunga tersebut harus diganti dan dibuang setiap minggu dan vas digosok serta dibersihkan sebelum dipakai kembali. 3. Bagian luar bangunan Desain bangunan penting untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Pipa aliran air talang atap sering tersumbat dan menjadi lokasi perkembangbiakan nyamuk. Dengan demikian perlu dilakukan pemeriksaan berkala terhadap bangunan selama musim hujan untuk menemukan lokasi potensial perkembangbiakan. 4. Pembuangan sampah padat Sampah padat, seperti kaleng, botol, ember, atau benda tak terpakai lainnya yang berserakan di sekeliling rumah harus dibuang dan dikubur di tempat penimbunan sampah. Barang–barang pabrik dan gudang yang tak terpakai harus disimpan dengan benar sampai saatnya dibuang. Peralatan rumah tangga dan kebun ember, mangkuk, dan alat penyiram tanaman harus disimpan dalam kondisi terbalik untuk mencegah tergenangnya air. Botol kaca, kaleng, dan wadah lainnya harus ditimbun di tempat penimbunan sampah atau dihancurkan dan didaur ulang untuk industri. Universitas Sumatera Utara 5. Ban bekas Ban bekas kendaraan merupakan lokasi utama perkembangbiakan nyamuk Aedes aegytpi di daerah pertokoan sehingga menimbulkan suatu masalah kesehatan masyarakat yang penting. Depot ban bekas harus tertutup untuk mencegah tergenangnya air hujan dalam ban. 6. Pengisian rongga pada pagar Pagar yang terbuat dari kayu berongga seperti bambu harus dipotong di bagian ruasnya, dan rongga yang tampak harus diisi dengan pasir, pecahan kaca, atau beton agar tidak menjadi habitat Aedes aegypti. B. Pengendalian Secara Kimiawi menurut WHO 2004, adalah: 1. Pemberian larvasida kimiwawi Pemberian larvasida pada nyamuk Aedes aegypti biasanya terbatas pada wadah air yang digunakan di rumah tangga yang tidak dapat dihancurkan, dimusnahkan, ataupun dikelola. Larvasida kimiawi paling baik digunakan dalam situasi saat hasil surveilans penyakit dan vektor menunjukan adanya periode tertentu yang memiliki rasio tinggi. 2. Butiran pasir temefos 1 Butiran pasir temefos 1 diberikan pada wadah dengan menggunakan sendok plastik penakar untuk memberikan dosis 1 ppm. Dosis ini terbukti ampuh untuk 8–12 minggu, terutama dalam gentong tanah liat yang memiliki lubang aliran, dalam pola penggunaan air yang normal. 3. Pengaturan pertumbuhan serangga Pengatur pertumbuhan serangga insect growth regulator, IGRs akan mengganggu perkembangan tahap imatur nyamuk dengan memutus sintensis kitin selama proses pergantian kulit atau pada saat pembentukan pupa atau dalam proses pengalihan ke nyamuk dewasa. 4. Pengasapan wilayah Metode ini melibatkan pengasapan droplet–droplet kecil insektisida ke dalam udara untuk membunuh nyamuk dewasa, teknik ini sudah dijadikan metode utama pengendalian DBD di beberapa negara selama 25 tahun. Universitas Sumatera Utara Sayangnya, hasilnya tidak begitu memuaskan, ditunjukkan dengan adanya peningkatan dramatis insidensi DBD dalam waktu yang bersamaan. 5. Pengasapan dengan uap panas Pengasapan dengan uap panas mengandung insektisida yang biasanya diproduksi saat formulasi yang sesuai berkondensasi setelah diuapkan dalam suhu yang tinggi. Umumnya, mesin pengasapan dengan uap panas menerapkan prinsip denyut resonansi untuk menghasilkan gas panas di atas 200°C dengan kecepatan tinggi. Gas ini akan mengatominasi formula insektisida dengan cepat sehingga langsung menguap dan berkondensasi dengan cepat. Formulasi pengasapan dengan uap panas dapat didasarkan pada minyak atapun air. Formulasi yang di dasarkan pada minyak diesel akan menghasilkan kabut asap putih yang tebal, sedangkan yang didasarkan pada air akan menghasilkan kabut tipis berwarna. 6. Penerapan dari rumah ke rumah dengan menggunakan peralatan yang portabel Unit pengasapan yang portabel dapat digunakan jika wilayah yang akan ditangani tidak terlalu besar atau wilayah yang tidak dapat digunakan mesin diatas kendaraan secara efektif. Peralatan ini ditujukan untuk penggunaan luar ruangan yang terbatas dan untuk ruangan yang tertutup bangunan dengan ukuran tidak kurang dari 14 m³. 7. Pengasapan dari kendaraan Kendaraan bergenarator aerosol dapat digunakan untuk daerah perkotaan atau pinggiran kota dengan kondisi jalan yang baik. Satu mesin dapat mencakup 1.500–2.000 rumah kurang dari 80 ha sehari. Waktu terbaik untuk menerapkannya adalah pada pagi hari atau sore hari. C. Pengendalian Secara Biologis menurut WHO 2004, adalah: 1. Ikan Ikan pemakan larva Gambusia affinis dan Poecillia reticulata sebagai predator pemangsa nyamuk Aedes aegypti. Sudah semakin banyak digunakan untuk mengendalikan nyamuk Aedes aegypti di kumpulan air yang banyak atau dikontainer air yang besar di negara–negara Asia Universitas Sumatera Utara Tenggara. Kegunaan dan efisiensi alat pengendali ini bergantung pada jenis pelampung yang dipakai. 2. Bakteri Ada dua spesies bakteri penghasil endotoksin, Bacillus thuringiensis streotipe H-14 Bt.H-14 dan Bacillus sphaerius Bs adalah agens yang efektif untuk mengendalikan nyamuk. Bt.H-14 terbukti paling efektif terhadap nyamuk Aedes stephensi dan Aedes aegypti, sedang kan Bs paling efektif terhadap nyamuk Cullex quinquefasciatus. Bt.H-14 memiliki kadar toksisitas yang sangat rendah terhadap mamalia dan telah diterima sebagai preparat pengendali populasi nyamuk dalam penampung air untuk kebutuhan rumah tangga. 3. Perangkap telur autosidal Metode perangkap telur autosidal perangkap telur pembunuh menunjukkan hasil yang memuaskan sebagai alat pengendali dalam pemberantasan nyamuk Aedes aegypti. Hasil lebih baik diharapkan jika jumlah larva yang potensial berkurang, atau semakin banyak perangkap autosidal yang ditempatkan di wilayah pengawasan. Akan tetapi, keberhasilan penerapan metode perangkap nyamuk autosidal ini bergantung pada jumlah alat yang dipasang, lokasi pemasangan, dan daya tarik bagi nyamuk Aedes aegypti betina sebagai tempat bertelur. D. Perlindungan Diri menurut WHO 2004, adalah: 1. Pakaian pelindung Pakaian mengurangi resiko tergigit nyamuk, jika pakaian cukup tebal atau longgar. Baju lengan panjang dan celana panjang dengan kaus kaki dapat melindungi tangan dan kaki, yang merupakan tempat paling sering terkena gigitan nyamuk. Menambahkan zat kimia pada pakaian, misalanya dengan permentrin, merupakan tindakan yang sangat efektif untuk mencegah gigitan nyamuk 2. Tikar, obat nyamuk bakar, dan aerosol Produk insektida untuk konsumsi rumah tangga, seperti obat nyamuk bakar, semprotan piretrum, dan aerosol sudah banyak dipakai untuk Universitas Sumatera Utara perlindungan diri terhadap nyamuk. Raket beraliran listrik dan obat nyamuk beraroma merupakan temuan baru yang praktis dipasarkan disemua daerah perkotaan. 3. Insektisida untuk kelambu dan gorden Kelambu yang diberi insektisida insecticide-treated mosquito nets, ITMN kegunaannya sangat terbatas dalam program pengendalian penyakit DBD karena nyamuk Aedes aegypti mengigit di siang hari. Akan tetapi, kelambu ini dapat memberikan pelindungan yang efektif bagi bayi dan orang yang tidur di siang hari. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL