Nyamuk Aedes Aegypti Demam Berdarah Dengue

hipovolemia dan terjadi syok. Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahaan Depkes RI. 2003.

2.1.3. Nyamuk Aedes Aegypti

Aedes aegypti dikenal dengan sebutan black white mosquito atau tiger mosquito karena tubuhnya memiliki ciri khas yaitu adanya garis-garis dan bercak- bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam. Sedangkan yang menjadi ciri khas utamanya adalah dua garis lengkung yang berwarna putih keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih sejajar di garis median dari punggungnya yang berwarna dasar hitam Soegeng, 2006. Spesies nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di dunia di daerah yang terletak antara 40° Lintang Utara dan 40° Lintang Selatan, dan hanya hidup pada suhu antara 8°-37° Celcius. Aedes aegypti hidup dan berkembang biak di tempat yang berair bersih. Masa pertumbuhan nyamuk Aedes aegypti dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa, sehingga termasuk metamorfosis sempurna Wulandari, 2001. A. Telur Telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk ellips atau oval memanjang, warna hitam, ukuran 0,5–0,8 mm, permukaan poligonal, tidak memiliki alat pelampung, dan diletakkan satu per satu pada benda–benda yang terapung atau pada dinding bagian dalam tempat penampungan air TPA yang berbatasan langsung dengan permukaan air. Telur yang dilepas, sebanyak 85 melekat di TPA, sedangkan 15 lainnya jatuh ke permukaan air. Telur nyamuk ini dalam keadaan kering mampu tetap hidup selama bertahun-tahun di berbagai tempat berair bersih. Nyamuk dewasa memerlukan waktu 7 hari untuk mengeluarkan telur Soegeng, 2006. B. Larva Telur berkembang menjadi larva setelah 1-2 hari, larva nyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu Universitas Sumatera Utara sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit ecdysis, dan larva yang terbentuk berturut-turut disebut larva instar I, II, III, IV. Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm, duri- duri spinae pada dada thorax belum begitu jelas, dan corong pernapasan siphon belum menghitam. Larva instar II dan III bertambah besar, ukuran 2,5 – 3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernapasan sudah berwarna hitam. Larva instar IV telah lengkap struktur anatominya dan tubuhnya dapat dibagi menjadi bagian kepala chepal, dada thorax, dan perut abdomen Soegeng, 2006. C. Pupa Larva berkembang menjadi pupa selama 4–9 hari, pupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala–dada cephalothorax lebih besar bila dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca ”koma”. Pada bagian punggung dorsal dada terdapat alat pernapasan seperti terompet. Pada ruas perut ke- 8 terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu di nomor 7 pada ruas perut ke–8 tidak bercabang Soegeng, 2006. D. Dewasa Pupa berkembang menjadi dewasa setelah 2–3 hari, tubuh nyamuk dewasa Aedes aegypti tersusun dari tiga bagian, yaitu kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu. Bagian mulut nyamuk betina tipe penusuk–penghisap piercing–sucking dan termasuk lebih menyukai manusia anthropophagus, sedangkan nyamuk jantan bagian mulutnya lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan phytophagus Soegeng, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Tanda dan Gejala Klinik