Pengalaman Pertama (1961)

1. Pengalaman Pertama (1961)

Sebelumnya perlu dicatat bahwa seperti telah disebutkan di depan, dalam pengalaman pertama itu saya “masih hijau”,

Beberapa Pengalaman dalam Penelitian ... belum tahu apa-apa. Pemahaman terhadap berbagai konsep

dan pendekatan seperti diuraikan tersebut di atas belum men- dalam, bahkan ada yang belum saya kenal sama sekali. Di samping itu, situasi dan kondisi di era 60-an itu tentu saja sangat berbeda. Jangkauan terhadap literatur, baik yang berbahasa Inggris maupun yang berbahasa Indonesia tidak semudah sekarang. Apalagi buku metodologi studi lapangan, langka! Terus terang, di samping berbagai petunjuk dari pembimbing, satu-satunya bacaan yang dapat menuntun saya di dalam mengambil langkah-langkah teknis di lapangan adalah sebuah artikel oleh Paul Miller dalam jurnal Rural Sociology (vol. 17, No. 2, 1952), yaitu menge-nai “The Process of Deci- sion Making”, dan ini pun tidak dapat secara otomatis dite- rapkan tetapi diperlukan kreativitas untuk mengembangkan pemikiran di lapangan. Dalam hal berfikir dan mengembangkan langkah di lapangan, pedoman umum yang selalu saya ingat waktu itu adalah semacam motto yang disarankan oleh Raymond Firth (1956), yaitu bahwa seorang peneliti ilmu-ilmu sosial haruslah mampu, dan selalu, memasang seluruh indera- nya. Sejumlah terbatas literatur lainnya yang berkenaan dengan masalah kekuasaan (dan konsep-konsep lain yang ber- kaitan) memang ada, tetapi bukan mengenai metode lapangan. Dalam kondisi seperti inilah, saya pergi ke lapangan.

Studi yang saya lakukan ini adalah studi kualitatif (dalam arti tidak menggunakan kuesioner) di desa Ngandagan di Jawa Tengah. Lamanya penelitian adalah dua kali satu bulan. Pende- katan yang saya gunakan adalah analisa peristiwa, yaitu mem- pelajari proses pengambilan keputusan dengan cara mengikuti kerangka teori P. Miller. Pada hakikatnya “pengambilan

Metodologi Studi Agraria keputusan” adalah pemilihan alternatif, yaitu proses bagai-

mana terpilihnya satu di antara beberapa alternatif yang terse- dia. Tetapi, suatu keputusan itu tidak akan ada artinya jika tidak dilaksanakan. Seperti dikemukakan Mac Iver (1959: 9), “Policy-making depends on the assessing of alternatives with

a view to translating one of them into action”. Karena itu Miller membedakan tiga bagian proses, dalam keseluruhan proses pengambilan ke-putusan itu:

1 . Proses sampai dengan terjadinya pilihan alternatif yang menjadi keputusan.

2. Proses atau cara bagaimana keputusan itu diberi pembe- naran dan dibuat menjadi sah (legitimasi, baik legal-formal, maupun sosial).

3. Proses pelaksanaan keputusan. Walaupun kerangka tersebut tampak cukup sederhana, namun dalam operasi pengamatan tentu tidak demikian. Meski sebelum berangkat saya sudah menyusun cara-cara operasio- nalnya, tetapi ternyata untuk selama dua minggu pertama saya belum mampu melangkah secara sistematis kecuali hanya merekam monografi desa, membuat peta desa, berkenalan dengan tokoh-tokoh di desa, dan ngobrol bebas dengan berba- gai kalangan masyarakat. Mengapa? Karena masih ada per- tanyaan yang mengganjal di hati, antara lain (yang pokok):

1 . Apakah selama saya nanti tinggal di desa itu saya akan dapat menyaksikan peristiwa penting yang dapat saya pakai seba- gai kasus pengamatan? Seandainya tidak, bagaimana cara- nya “mencari” peristiwa itu?

2. Seandainya dalam satu peristiwa, akhirnya dapat teridenti- fikasi sejumlah individu yang sangat (atau paling) dominan

Beberapa Pengalaman dalam Penelitian ... dalam proses pengambilan keputusan, apakah kita sudah

dapat mengatakan bahwa mereka itu sebenamya yang ber- kuasa secara nyata? (Who really runs the community)? Hati nurani menjawab “belum tentu!” Sebab mungkin saja dalam peristiwa yang lain, yang muncul adalah sekelompok individu yang berbeda (karena itu perlu dicari beberapa peristiwa).

Demikianlah sambil mengobrol selama dua minggu per- tama itu, pikiran saya berubah-ubah di dalam mencari cara yang sistematis untuk mengoperasionalkan dan mengembang- kan kerangka Miller.

Sesudah itu barulah saya menemukan ide-ide untuk melangkah lebih lanjut. · Langkah pertama adalah mengidentifikasi/mendaftar

sejumlah keputusan penting yang pernah diambil dalam desa itu dan yang cukup berpengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Baik melalui para informan utama (yang teridentifikasi dalam dua minggu tersebut), maupun melalui pelacakan arsip desa. Dalam hal ini, saya beruntung karena di desa itu arsipnya relatif tertib dan ter- simpan baik. Mungkin karena Kepala Desanya berpendi- dikan cukup (lulusan MULO jaman kolonial, dan bekas akti- vis Syarekat Islam). Setiap kasus keputusan penting itu lalu dipelajari ceritanya, baik atas dasar informasi yang ada dalam arsip, maupun melalui wawancara yang memang merupakan langkah-langkah penelitian selanjutnya.

· Langkah kedua adalah mengidentifikasi siapa-siapa saja yang terlibat dalam keseluruhan proses pengambilan ke- putusan, baik dari arsip maupun dari wawancara bebas

Metodologi Studi Agraria sebelumnya. Pada tahap ini, cukup membuat daftar nama

saja, namun dari semua nama yang terlibat, dicari terutama nama-nama siapa saja yang berperan sebagai pencetus ide- ide usulan.

· Langkah ketiga, adalah membuat rencana prioritas (walau- pun tetap fleksibel) siapa yang sebaiknya lebih dulu diwa- wancarai, dan membuat rencana arah wawancara. Yang saya lakukan saat itu adalah memilih orang-orang pencetus ide sebagai responden pertama, dan dari sanalah terjadi proses semacam “snow balling”.

· Langkah keempat adalah rangkaian wawancara, disertai

atau diikuti dengan “cross-checking” secara berulang.

Arah Wawancara. Hal ini sangat penting terutama bagi para responden awal yang memang saya pilih, yaitu yang terdi- ri dari para pencetus ide berbagai macam usulan alternatif. Dalam hubungan ini, dari obrolan bebas sebelumnya, saya menarik kesimpulan bahwa bagian pertama dari tiga bagian proses (kerangka Miller) pada hakikatnya terdiri dari (atau dibentuk oleh) dua proses yang berjalan seiring, saling ber- kaitan dan tak terpisahkan, yaitu proses proposisi dan proses eliminasi. Yang pertama mengacu kepada bagaimana proses timbulnya ide-ide usulan, sampai ide-ide itu diterima sebagai usulan dalam forum formal. Dan yang kedua mengacu kepada bagaimana proses gugurnya satu demi satu ide-ide/usulan, baik sebelum sampai ke forum formal, maupun di dalam fo- rum formal. Dengan pemikiran seperti ini, maka wawancara dengan para pencetus ide diarahkan kepada pertanyaan- pertanyaan seperti berikut ini:

1 . “Siapa” dia? (Sekali lagi, “siapa” dalam arti luas.)

Beberapa Pengalaman dalam Penelitian ...

2. Apa/bagaimana ide yang diusulkannya?

3. Mengapa dia ingin mengusulkannya? Apa tujuannya, dan apa alasannya?

4. Siapa saja yang mendukung, dan siapa yang menentang idenya?

5 . Bagaimana dan mengapa (menurut pandangannya) ide/ usulan itu sampai gugur (atau diterima)? Bagaimana “cerita” strateginya, dan bagaimana cerita caranya beradu argu- mentasi?

6. Bagi responden yang ide/usulannya ditolak, apakah dia akhirnya turut secara aktif dalam proses pelaksanaan kepu- tusan, dan mengapa? (Kalau tidak, juga mengapa?)

Setelah semua pencetus ide diwawancara, mulailah sema- cam “snow balling”. Para pencetus ide-ide itu di dalam “berce- rita” tentu menyebut nama-nama orang. Karena itu, orang- orang tersebut diwawancara satu persatu. Mereka ini pada gili- rannya juga menyebut nama-nama lain lagi, yang juga diwa- wancarai (semua itu mencakup juga mereka yang terlibat dalam dua proses lainnya, yaitu: legitimasi dan pelaksanaan).

“Cross-checking” dilakukan melalui tiga jalan, yaitu wa- wancara ulang terhadap mereka yang sebelumnya telah diwawancara; meneliti ulang arsip yang ada dan wawancara dengan mereka yang tidak terlibat, dan/atau in-forman.

Demikianlah, rekonstruksi dari semua hasil wawancara dan penelusuran tersebut akhirnya dapat diidentifikasi nama- nama orang yang muncul sebagai “paling menentukan”, “pal- ing dominan peranannya”, dan/atau “sebagai pemenang”, da- lam satu peristiwa. Beberapa peristiwa lain (yang telah terpilih sebagai kasus) kemudian juga dipelajari dengan pola yang

Metodologi Studi Agraria sama. Hasilnya, ada nama-nama tertentu yang selalu muncul

dalam semua peristiwa itu sebagai “yang paling menentukan”. Mereka inilah orang-orang/pihak yang saya sebut sebagai “yang sebenarnya berkuasa secara nyata”.

Sebagai catatan: waktu itu ada tiga peristiwa yang saya pilih (di antara sejumlah peristiwa penting) sebagai kasus yang saya telusuri secara mendalam, yaitu: keputusan mengenai “resettlement” penduduk; keputusan mengenai “exchange labour system”; dan keputusan mengenai semacam “land re- form”. Yang terakhir inilah yang paling rumit, dan inilah kemu- dian yang saya pakai sebagai inti skripsi saya. (lihat G. Wiradi, 1961, atau edisi bahasa Inggris, 1981).

Dokumen yang terkait

ANALISIS KONTRIBUSI MARGIN GUNA MENENTUKAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PRODUK DALAM KONDISI KETIDAKPASTIAN PADA PT. SUMBER YALASAMUDRA DI MUNCAR BANYUWANGI

5 269 94

STUDI KANDUNGAN BORAKS DALAM BAKSO DAGING SAPI DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN BANGIL – PASURUAN

15 183 17

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN WRITING DESCRIPTIVE PARAGRAPH MADE BY THE SECOND YEAR STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

44 306 18

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

AN ANALYSIS OF DESCRIPTIVE TEXT WRITING COMPOSED BY THE HIGH AND THE LOW ACHIEVERS OF THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMPN SUKORAMBI JEMBER

11 83 16

AN ANALYSIS OF LANGUAGE CONTENT IN THE SYLLABUS FOR ESP COURSE USING ESP APPROACH THE SECRETARY AND MANAGEMENT PROGRAM BUSINESS TRAINING CENTER (BTC) JEMBER IN ACADEMIC YEAR OF 2000 2001

3 95 76