GAMBARAN PENYAKIT MENULAR Dokumen Dinas Kesehatan Kota Depok | Dinas Kesehatan Kota Depok

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 4 Page 70 6 Penyakit Pulpa dan jaringan Periapikal 51,348

4.82 7 Gastroduodenitis tidak spesifik

49,917 4.68 8 Demam yang tidak diketahui sebabnya 45,302

4.25 9 Dermatitis lain, tidak spesifik eksema

45,829 4.30 10 Demam yang tidak diketahui sebabnya 45,393 4.26 Sumber : Lb1 Puskesmas Gambar 34 10 Penyakit terbanyak di Kota Depok tahun 2014 Sumber : Lb1 Puskesmas

C. GAMBARAN PENYAKIT MENULAR

C.1. Penyakit Menular langsung C.1.1. TB PARU Tahun 2010 kasus BTA + sebanyak 915 kasus, tahun 2011 sebanyak 897 kasus ,tahun 2012 sebanyak 1110 kasus, tahun 2013 sebanyak 1.129 kasus, tahun 2014 jumlah kasus baru BTA + sebanyak 956 kasus. Tahun 2014 jumlah kasus TB BTA positif yang dalam pengobatan sebanyak 1.129 kasus dengan angka kesembuhan Cure rate 96985,83, angka pengobatan lengkap complete rate sebanyak 91 kasus 8,06, angka keberhasilan pengobatan success rateSR 93,89. Berikut akan disajikan jumlah kasus BTA+ di Kota Depok tahun 2010-2014. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 4 Page 71 Gambar 35 Jumlah kasus BTA+ di Kota Depok tahun 2010-2014 Sumber : Laporan data seksi P2P Data succes rate Keberhasilan pengobatan tercatat pada tahun 2012 sebesar 96,48, tahun 2013: 93,78, tahun 2014: 93,89. Berikut gambar Succes rate di Kota Depok dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Gambar 36 Persentase Succes Rate pengobatan TB BTA + diKota Depok tahun 2012 - 2014 Sumber Laporan data seksi P2P P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 4 Page 72 Cakupan penemuan kasus TB BTA+ diKota Depok tahun 2014 sebesar 44,1, angka ini lebih rendah dari tahun sebelumnya karena belum semua Rumah Sakit yang ada di Kota Depok melaksanakan sistem DOTS. Berikut gambaran cakupan penemuan kasus TB BTA + diKota Depok dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Gambar 37 Persentase Penemuan kasus TB BTA positif Di Kota Depok tahun 2012 - 2014 Sumber Laporan data seksi P2P C.1.2. Pneumonia Pneumonia merupakan sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus alveoli yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan parasite. Radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri biasanya diakibatkan oleh bakteri streptococcus danmycoplasma pneumoniae. Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum alkohol. Cakupan penemuan kasus pneumonia dan yang ditangani di Kota Depok tahun 2011 sebesar 8,19, tahun 2012 sebesar 11,12 ,tahun 2013 sebesar 17,40. Tahun 2014 penderita pneumonia yang ditemukan dan P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 4 Page 73 ditangani laki-laki sebanyak 1.582 kasus 20,1 perempuan sebanyak 1.435 kasus 18,6 jumlah penderita yang ditemukan dan ditangani sebanyak 3.016 19,3. Berikut gambaran cakupan penderita kasus pneumonia yang ditemukan dan ditangani di Kota Depok dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Gambar 38 Cakupan Penemuan Penderita Kasus Pneumonia dan yang ditangani di Kota Depok Tahun 2011- 2014 Sumber : Laporan Data Seksi P2P C.1.3. DIARE Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan, dimana sarana air bersih dan BAB Buang air Besar serta perilaku manusia yang tidak sehat merupakan faktor dominan penyebab penyakit tersebut. Peningkatan kasus sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan cuacamusim, terutama terhadap ketersediaan air bersih di masyarakat. Kasus diare dapat menyebabkan kematian terutama pada saat Kejadian Luar Biasa KLB. Pada tahun 2011 di Kota Depok terdapat sebanyak 41.269 kasus diare ditangani dengan proporsi sebesar 51,16 ,tahun 2012 terdapat sebanyak 20.604 kasus yang ditangani, tahun 2013 kasus diare yang ditemukan dan ditangani sebanyak 34.676 85,3. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 4 Page 74 Tahun 2014 kasus diare yang ditemukan dan ditangani laki-laki sebanyak 16.931 77,1 perempuan 17.617 81,7 total seluruhnya sebanyak 34.54879,4 Sumber : Laporan data seksi P2P Gambar 39 Cakupan kasus Diare yang ditemukan dan ditangani tahun 2011-2014 diKota Depok Sumber : Seksi P2P 2014 Kasus diare dapat dikorelasikan dengan perbaikan hygiene sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, karena secara umum penyakit diare sangat berkaitan dengan kedua faktor tersebut. Upaya penanggulangan diare dilakukan dengan pemberian oralit dan penggunaan infus pada penderita, penyuluhan kepada masyarakat agar meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS dalam kehidupan sehari-hari serta melibatkan peran serta kader dalam tatalaksana diare karena dengan penanganan yang tepat dan cepat ditingkat rumah tangga maka diharapkan dapat mencegah terjadinya kasus dehidrasi berat yang dapat mengakibatkan kematian. Tindakan penanganan segera dilaksanakan dengan melibatkan lintas sektor dan lintas program serta dengan meningkatkan kesiagaan melalui kegiatan surveilans kasus diare yang dilaporkan setiap minggu dari laporan puskesmas dan rumah sakit yang ada di wilayah Kota Depok. P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 4 Page 75 C.1.4. KUSTA Penyakit Kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae yang ditandai dengan adanya bercak putih atau kemerahan pada kulit yang disertai matirasaanastesi, penebalan syaraf tepi juga disertai gangguan fungsi syaraf berupa mati rasa dan kelemahankelumpuhan pada otot tangan, kaki dan mata, kulit kering serta pertumbuhan rambutyang terganggu dan adanya kuman Mycobacterium Leprae pada pemeriksaan kerokan padajaringan kulit silt-skin smears. Menurut World Health Organisation WHO Penyakit kusta dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe PB Pausi Basiler dan MB Multi Basiler, dengan kriteria sebagai berikut : KLASIFIKASI KUSTA PB MB Jumlah Bercak Kulit 1-5 5 1-5 5 Kerusakan Syaraf Tepi Hanya 1 Syaraf Lebih dari 1 Syaraf Skin Smear BTA Negatif - Positif + Sumber : Laporan data seksi P2P Gambar 40 Jumlah kasus Kusta DiKecamatan diKota Depok tahun 2014 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 4 Page 76 Sumber : Laporan data seksi P2P Hasil evaluasi program P2P kusta menunjukan bahwa jumlah penderita baru tipe PB dan MB sampai akhir bulan Desember 2012 sebanyak 66 penderita, dengan type PB sebanyak 5 penderita dan type MB sebanyak 61 Kasus. Tahun 2013 penderita kusta PB sebanyak 3 orang penderita MB sebanyak 49 orang jadi total penderita kusta PBMB sebanyak 52 orang. Kasus PB pada anak-anak 0-14 tahun sebanyak 1 kasus, pada dewasa 15 tahun sebanyak 2 kasus. Kasus MB pada anak-anak 0-14 tahun sebanyak 5 kasus, pada dewasa 15 tahun sebanyak 44 kasus. Kasus cacat tingkat tingkat 2 sebanyak 9 kasus. Tahun 2014 kasus baru kusta PBKusta kering sebanyak laki-laki 5 kasus dan perempuan sebanyak 4 kasus, kasus baru kusta MBKusta basah laki-laki sebanyak 25 kasus dan perempuan sebanyak 33 kasus dengan jumlah seluruhnya 58 kasus. Penderitan kusta pada usia 0-4 tahun sebanyak 4 kasus 5,97.Gambaran penderita kusta di Kota Depok tahun 2011-2014 berdasarkan type kasus Kusta dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 41 Jumlah kasus Kusta tipe PB dan MB diKota Depok tahun 2011-2014 P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 4 Page 77 Sumber : Laporan data seksi P2P Angka kecacatan kusta tingkat 2 tahun 2010 sebanyak 14 kasus 29, tahun 2011 sebanyak 11 kasus 18 , tahun 2012 sebanyak 12 kasus18, tahun 2013 sebanyak 9 kasus 17,31. Angka kecacatan adalah kecacatan kusta yang menyebabkan 2 syaraf atau lebih yang terserang kusta. Jumlah penderita kusta dengan cacat tingkat 2 tahun 2014 sebanyak 8 kasus 11,9. Target cacat tingkat 2 ≤ 15. Berikut gambaran presentase kasus cacat tingkat 2 tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Gambar 42 Precentage kasus cacat tingkat 2 diKota Depok tahun 2011-2014 Sumber : Laporan data seksi P2P P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 4 Page 78 Prevalensi kasus kusta tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 terlihat pada gambar berikut ini: Gambar 43 Prevalensi kasus Kusta tahun 2012 - 2014 diKota Depok Sumber : Laporan data seksi P2P C.1.5. HIV-AIDS dan IMS Berdasarkan hasil evaluasi program HIVAIDS menunjukkan bahwa penyakit ini tidak hanya menyerang pada usia produktif tetapi sudah meningkat pada usia non produktif anak-anak bahkan bayi, hal ini menunjukan bahwa trend penyebaran penyakit ini sudah berubah sehingga program harus mengupayakan program penanggulangan yang lebih tepat agar penderita yang terinfeksi pada usia non produktif dapat terjaring. Jumlah kasus HIV-AIDS tahun 2010 sebanyak 15 kasus, tahun 2011 sebanyak 16 kasus, tahun 2012 HIV sebanyak 29 kasus, AIDS 24 kasus dan IMS 2 kasus. Kasus AIDS dilaporkan oleh RS Simpangan Depok sebanyak 5 kasus dan Kasus IMS sebanyak 2 orang berasal dari Kelurahan Cimpaeun Kecamatan Tapos. Pada tahun 2013 kasus HIV-AIDS sebanyak 55 kasus. Pada tahun 2014 kasus HIV sebanyak 49 kasus. Tahun 2014 sebanyak 32 kasus. Kasus syphilis tahun 2014 sebanyak 55 kasus. Pada dasarnya jumlah penderita HIV AIDS yang tidak dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Depok seperti fenomena P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 4 Page 79 gunung es, bahwa yang terlaporkan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kejadian yang sebenarnya. Sejak tahun 2013 sistem pencatatan dan pelaporan sudah lebih baiklebih bagus dari tahun sebelumnya sehingga mempermudah dalam pencarian data dan hal ini berdampak pada penemuan jumlah kasus HIVAIDS yang lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sejak tahun 2012 telah dibuka klinik layanan VCT di Puskesmas Sukmajaya dan layanan ini pun telah berjalan, sehingga pelaporan HIV AIDS yang didapat oleh Dinas Kesehatan utamanya berasal dari Puskesmas Sukmajaya , Selain itu sebagai upaya dalam penanggulangan ketergantungan obat Psikotropika, dimana penyebaran HIV bisa melalui berganti-gantinya jarum suntik para pengguna psikotropika, di Puskesmas Sukmajaya juga terdapat Klinik Metadon, dimana para penderita yang memakai psikotropika tertentu digantikan dengan obat-obat metadon, yang memiliki efek menenangkan seperti obat psikotropika namun tidak membuat efek ketergantungan. Gambar 44 Jumlah kasus HIV diKota Depok tahun 2010-2014 Sumber : Laporan data seksi P2P Pada tahun 2014 kasus AIDS yang terjadi pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan, kasus yang tercatat pada laki-laki sebanyak 26 kasus, dan P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 4 Page 80 pada perempuan sebanyak 6 kasus. Berikut gambar proporsi kasus AIDS yang terjadi pada laki-laki dan perempuan. Gambar 45 Proporsi kasus AIDS menurut jenis Kelamin di Kota Depok tahun 2014 Sumber : Laporan data seksi P2P C.1.6. KASUS AFP Surveilans AFP merupakan kegiatan untuk menjaring anak dengan usia 15 tahun yang lumpuh pada lengankaki atau keduanya,kelumpuhan bersifat layulemas, terjadi mendadak dari awal sehat menjadi lumpuh dalam waktu 2 minggu dengan tujuan untuk mendeteksi sirkulasi virus polio liar, membuktikan tidak adanya virus polio liar, menjaga kinerja surveilans AFP memenuhi standard sertifikasi, mengarahkan kepada kegiatan imunisasi polio. Kegiatan ini dilaksanakan oleh pengelola surveilans dibantu oleh petugas surveilans Puskesmas dan Rumah Sakit. Metode kerja yang dilaksanakan selama ini yaitu setelah mendapatkan laporan ada kasus AFP selanjutnya kasus dilacak dan diambil spesimen tinjanya kurang dari 48 jam setelah laporan diterima, kemudian seluruh hasil pemeriksaan spesimen dikirim ke laboratorium, sehingga didapatkan hasil positif atau tidak. Penentuan hasil pengiriman specimen mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh WHO dan DEPKES sehingga specimen yang diterima harus 100 akurat. Setelah dilakukan pengambilan specimen 2 kali dengan jangka waktu 48jam, P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 4 Page 81 maka setelah 60 hari dilakukan pemeriksaan ulang untuk melihat residual paralysisnya, apabila spesimen tidak adekuat dan jika masih ditemukan sisa kelumpuhan maka dilakukan diagnosa akhir dengan adanya hasil penanganan dari dokter spesialis. Pada tahun 2011 di Kota Depok ditemukan 12 kasus AFP, tahun 2012 terdapat 14 kasus,tahun 2013 ditemukan 8 kasus AFP dengan prevalensi AFP sebesar 3,05100.000 penduduk 15 tahun . Tahun 2014 kasus AFP non Polio menurut Kecamatan tahun 2014 sebanyak 3 kasus. Tahun 2013 Angka tersebut tersebar dibeberapa kecamatan antara lain kecamatan Beji sebanyak 2 kasus, kecamatan Cinere sebanyak 2 kasus, Kecamatan Cilodong sebanyak 1 kasus, kecamatan Sukmajaya 2 kasus dan 1 kasus berasal dari data provinsi. Tahun 2014 sebaran kasus AFP terdapat pada 2 kasus dikecamatan Pancoran Mas dan 1 kasus pada kecamatan Sukmajaya. Berikut gambaran jumlah kasus AFP dan target penemuan kasus AFP diKota Depok tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Gambar 46 Jumlah kasus AFP dan target penemuan kasus Di Kota Depok Tahun 2011 - 2014 Sumber Laporan data seksi P2P P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 4 Page 82 Gambar 47 Sumber Laporan data seksi P2P

D. ..