Temuan Studi
C. Temuan Studi
Dari hasil penelitian di lokasi penelitian dan berdasarkan perumusan masalah yang dihubungkan dengan kajian teori maka penulis dapat membuat analisa hal-hal sebagai berikut:
1. Penyebab Terjadinya Perceraian di desa Gebang kecamatan Masaran kabupaten Sragen. Masyarakat desa Gebang mempunyai alasan yang kuat atau faktor penyebab terjadinya perceraian dalam suatu perkawinan. Penyebab terjadinya perceraian tersebut adalah:
a. Adanya orang ketiga dalam keluarga (PIL/WIL)
b. Adanya pertengkaran yang terus-menerus
c. Tidak dapat memberi keturunan
d. Adanya KDRT
e. Faktor ekonomi (penghasilan). Hal tersebut di atas sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zubaidah Muchtar (1987: 8) bahwa: Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya gejolak dalam
kehidupan suami istri banyak sekali tetapi kiranya disederhanakan menjadi 5 kelompok yaitu:
a. Faktor kerusakan akhlak a. Faktor kerusakan akhlak
c. Faktor biologis
d. Faktor pihak ketiga
e. Faktor perbedaan paham
2. Sikap Anak Terhadap Perceraiaan Orang Tua. Perceraian orang tua sangat berpengaruh pada sikap anak. Pada umumnya tidak ada anak yang setuju dengan perceraian orang tua. Perceraian orang tua akan menyebabkan mereka kurang kasih sayang dan perhatian karena salah satu orang tuanya berpisah. Sehingga komunikasi dan hubungan akan renggang. Perceraian akan menyebabkan anak sedih karena dipisahkan dengan salah satu orang tua bahkan dengan saudaranya, mereka minder karena merasa tidak sama dengan teman-temannya. Sikap anak di desa Gebang Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen terhadap perceraian orang tuanya adalah :
a. Anak sangat tidak setuju, tidak happy.
b. Merasa sedih, harus memilih ikut ayah atau ibunya
c. Malu
d. Kecewa
e. Malas
f. Bingung memilih ikut ayah atau ibunya. Hal ini sesuai pernyataan A.H.Markum (1999) yang di kutip
dalam skripsi Juliarti Tiwik (2002: 19) yang menyatakan bahwa: "Anak-anak yang orang tuanya baru bercerai pada umumnya merasa
a. Sedih, karena harus berpisah dengan salah satu orang tua.
b. Kesepian
c. Malu atas tingkah laku orang tuanya.
d. Bersalah, atas kenakalan yang pernah dilakukan nya, yang dalam khayal mereka mungkin dianggap penyebab perceraian orang tuanya.
e. Takut dan Malu bahwa mereka sekarang berbeda dengan kawan- kawannya".
Berdasarkan teori diatas dalam penelitian mengenai sikap anak terhadap perceraian orang tuanya itu ada beberapa alasan yang berbeda yang Berdasarkan teori diatas dalam penelitian mengenai sikap anak terhadap perceraian orang tuanya itu ada beberapa alasan yang berbeda yang
3. Perbedaan Sikap Anak dalam Pergaulan antara Keluarga Utuh dengan Keluarga yang Bercerai.
Perceraian membawa dampak yang sangat besar bagi sikap anak dalam pergaulan. Baik dalam pergaulan keluarga, sekolah dan masyarakat, karena ada perbedaan sikap anak dalam pergaulan antara keluaga utuh dan yang bercerai. Perbedaan sikap anak dalam pergaulan antara keluarga utuh dengan yang bercerai di desa Gebang bahwa anak yang dari keluarga bercerai di lingkungan keluarga mereka merasa kurang kasih sayang dan perhatian. Dalam lingkungan sekolah ada yang malas sekolah, tidak naik kelas dan putus sekolah. Dalam lingkungan masyarakat anak cenderung melampiaskan semua masalah dengan jalan pintas yaitu bergaul dengan anak yang nakal, suka bergadang bersama, jarang pulang bahkan ada yang sampai terjerumus dalam alkhoholisme yang berdampak buruk bagi kesehatan dan bertingkah laku buruk dalam masyarakat.
Hal ini sesuai dengan pernyatan Gottman, John (1999) yang di kutip dalam skipsi Julianti T iwik, (2002: 19) “Penelitian itu membuktikan bahwa perceraian dan konflik perkawinan dapat menempatkan anak-anak pada suatu lintasan yang menjurus pada masalah-masalah besar dikemudian hari. Kesulitan dapat dimulai pada masa awal kanak-kanak dengan ketrampilan-ketrampilan pergaulan yang buruk dan tingkah laku yang nakal, yang menjurus pada penolakan oleh rekan sebaya. Orangtua, karena terganggu oleh masalah-masalah mereka sendiri, kurang waktu serta perhatiannya bagi anak-anak mereka. Jadi, anak-anak itu larut, tanpa terawasi menuju ke sebuah kelompok rekan pergaulan y ang lebih bandel”.
Dan di perkuat dengan pendapat Kanjeng Ratu Hemas (1992) dikatakan bahwa: "Apabila dalam keluarga terjadi hal-hal yang tidak mengenakkan anak maka dalam diri anak akan muncul watak atas sifat kenakalan-kenakalan, disini saya melihat peran keluarga sangat penting dalam pembentukan kepribadian dan sikap anak".