Penyebab Terjadinya Perceraian dalam Perkawinan di desa Gebang Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen

1. Penyebab Terjadinya Perceraian dalam Perkawinan di desa Gebang Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen

Setiap pasangan suami istri tentu mendambakan rumah tangga yang kekal, bahagia dan sejahtera. Kehidupan suami istri, dalam membina rumah tangga tidak selalu berjalan mulus. Tetapi sering kali menghadapi cobaan dan masalah. Jika pasangan suami istri tidak mampu menghadapi cobaan tersebut maka bukan tidak mungkin perkawinan akan berakhir dengan perceraian.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Drs. Agus Sutoyo selaku Ketua Kantor Urusan Agama Kecamatan Masaran menyatakan bahwa : "Banyaknya angka perceraian di kecamatan Masaran, khususnya daerah yang anda teliti yaitu desa Gebang yang mencapai angka 13 kasus tahun 2008, penyebabnya Berdasarkan hasil wawancara dengan Drs. Agus Sutoyo selaku Ketua Kantor Urusan Agama Kecamatan Masaran menyatakan bahwa : "Banyaknya angka perceraian di kecamatan Masaran, khususnya daerah yang anda teliti yaitu desa Gebang yang mencapai angka 13 kasus tahun 2008, penyebabnya

Hal itu diperkuat dengan hasil wawancara Kepala Desa Gebang Bapak H. Purwanto menyatakan bahwa: "Penyebab perceraian di desa Gebang ini antara lain dikarenakan faktor adanya perselingkuhan (adanya PIL/WIL), tidak adanya tanggung jawab suami terhadap istri, perkawinan di usia muda, perjodohan orang tua, dan ada yang disebabkan karena KDRT". (Hasil wawancara tanggal 5 Juli 2009).

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua yang bercerai (pelaku) terdapat bermacam-macam penyebab sehingga mereka mengambil keputusan bercerai dari suami atau istri. Menurut pernyataan Ibu Suratmi S.Pd bahwa penyebab perceraiannya adalah: "Karena suami saya jarang pulang kerumah dan jarang memberikan nafkah kepada saya dan anak- anak sehingga kami sering bertengkar, setelah saya selidiki ternyata suami saya punya WIL". (Hasil wawancara tanggal 8 Juli 2009) .Hal ini di perkuat pernyataan Ibu Sri Widati bahwa penyebab perceraian dalam keluarganya yaitu : "Di karenakan selama 7 tahun berkeluarga saya tidak dapat memberi keturunan, setelah periksa kedokter ternyata di dalam rahim saya ada kelainan sehingga sulit mendapat keturunan, atas dasar itulah suami saya menceraikan saya dan dia sekarang sudah menikah lagi". (Hasil wawancara tanggal 8 Juli 2009).

Menurut pernyataan Bapak Sukir Ponco Saputro S.pd bahwa: "Penyebab perceraian di karenakan tidak diperlakukan sebagaimana seorang suami, hal itu dikarenakan gaji saya yang lebih sedikit daripada gaji istri sehingga di rumah tidak terlalu diperhatikan salah sedikit saja menyebabkan pertengkaran yang berlarut-larut, sehingga dirumah istrilah yang berkuasa jadi saya sudah tidak kuat hidup bersama istri".(Hasil wawancara tanggal 10 Juli 2009).

Pernyataan lain di ungkapkan oleh Bapak Sartono bahwa: "Penyebab perceraian dalam rumah tangganya dikarenakan sudah tidak kuat lagi dengan pertengkaran yang terus menerus, saya kasihan kepada anak-anak yang tiap saat harus mendengar dan melihat orang tuanya bertengkar".(Hasil wawancara tanggal 11 Juli 2009).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Dra. Djumanah selaku panitera Pengadilan Agama Kabupaten Sragen, dapat diketahui bahwa banyaknya angka perceraian di wilayah Kabupaten Sragen di sebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor krisis akhlak

b. Faktor cemburu

c. Faktor ekomoni

d. Faktor tidak ada tanggung jawab

e. Faktor pihak ketiga

f. Faktor tidak ada keharmonisan Berikut penjelasan mengenai faktor penyebab perceraian di Pengadilan Agama Sragen:

a. Faktor krisis akhlak Sebab tipis atau kurangnya iman, dapat menyebabkan suami istri melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Seperti minum-minuman keras sehingga menjadi seorang pemabuk, berzina dan memakai obat-obatan terlarang, serta menjadi seorang pencuri. Jika suami atau istri mempunyai kebiasaan mabuk, berzina, berjudi dan mencuri hingga sulit dihilangkan dan tidak dapat diperbaiki lagi akhlaknya, akan membuat pasangan hidupnya merasa bingung, kesal dan menangung rasa malu terhadap orang lain. Apabila suami istri sudah tidak tahan lagi terhadap kelakuan pasangan hidupnya maka dia akan memilih mengakhiri perkawinanya (bercerai) daripada hidup menderita

b. Faktor cemburu Dalam kehidupan rumah tangga kadangkala timbul suatu masalah cemburu mencemburui. Seorang suami cemburu kepada istrinya kalau-

kalau ia akan berbuat serong, demikian juga seorang istri cemburu kepada suaminya kalau-kalau, ia berbuat serong. Pasangan suami istri yang mempunyai sifat cemburu, akan semakin kuat ikatan perkawinanya jika cemburunya itu timbul karena rasa cinta suami istri. Agama Islam membolehkan cemburu dengan tujuan agar suami istri dapat hidup dengan bahagia, tenang, serta dijauhkan dari perbuatan kotor dan mesum, Karena cemburu adalah sebagian dari iman. Namun jika kecemburuannya itu tanpa ada data-data sebagai bukti apa yang dicemburukan (cemburu buta), maka akan terjerumus kepada musibah atau bahaya, dalam arti dapat menggoncang keharmonisan rumah tangganya, dan bukan tidak mungkin akan menyebabkan perceraian, apabila pasangan hidupnya tidak memiliki kesabaran atau habis batas kesabarannya.

c. Faktor ekonomi Masalah ekonomi merupakan suatu problem dalam rumah tangga. Sudah pasti dalam kehidupan rumah tangga banyak kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi. Segala kebutuhan rumah tangga yang beraneka ragam, bisa terpenuhi jika keadaan ekonominya lancar atau memadai. Suami wajib mencari nafkah untuk mecukupi ekonomi keluarganya, sedangkan istri bertugas mengatur ekomoni keluarganya dengan uang yang di dapat suaminya.

Masalah ekonomi dapat menjadi penyebab perceraian, jika suami, tidak bekerja atau tidak berusaha mencari nafkah, sehinggga ekonomi rumah tangganya menjadi kurang atau tidak terpenuhi dan istri tidak bisa menerima keadaan seperti ini, hingga melakukan gugatan cerai. Selain itu juga bisa disebabkan karena istri tidak bisa membelanjakan uang dengan baik bersifat boros serta merasa kurang, hingga ekonomi rumah tangganya menjadi kacau. Keadaan ini dapat membuat suami mengambil langkah untuk menceraikan istrinya. Selama masih ada pihak yang merasa kurang, tidak mungkin masalah ekonomi tidak teratasi. Oleh karena itu dalam perkawinan, konsep syukur sangat penting untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Kalau suami istri mampu memahami Masalah ekonomi dapat menjadi penyebab perceraian, jika suami, tidak bekerja atau tidak berusaha mencari nafkah, sehinggga ekonomi rumah tangganya menjadi kurang atau tidak terpenuhi dan istri tidak bisa menerima keadaan seperti ini, hingga melakukan gugatan cerai. Selain itu juga bisa disebabkan karena istri tidak bisa membelanjakan uang dengan baik bersifat boros serta merasa kurang, hingga ekonomi rumah tangganya menjadi kacau. Keadaan ini dapat membuat suami mengambil langkah untuk menceraikan istrinya. Selama masih ada pihak yang merasa kurang, tidak mungkin masalah ekonomi tidak teratasi. Oleh karena itu dalam perkawinan, konsep syukur sangat penting untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Kalau suami istri mampu memahami

d. Faktor tidak ada tanggung jawab Dalam kehidupan rumah tangga, masing-masing pihak baik suami maupun istri, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Menurut Islam kewajiban suami dalam suatu perkawinan adalah memelihara istri dan menyediakan kebutuhan hidup yang layak bagi istri dan anaknya. Sebaliknya seorang istri juga mempunyai kewajiban untuk menjaga atau mengatur rumah tangga dan taat pada suami.

Suami istri harus mematuhi segala sesuatu yang diatur dan diucapkan pada saat Ijab Qobul. Sehingga apapun yang menimpa keluarganya merupakan masalah yang harus ditanggung dan diselesaikan bersama dalam sebuah keluarga. Semua masalah yang timbul, sudah menjadi konsekuensi suami istri untuk bertanggung jawab. Namun jika istri itu kurang atau tidak mempunyai rasa tanggung jawab dalam melaksanakan kewajibannya, maka dapat menyebabkan pasangannya untuk menuntut perceraian, karena dia merasa hak-haknya sudah tidak dipenuhi lagi. Sikap tidak tanggung jawab misalnya suami istri meninggalkan rumah tanpa ijin pasangan hidupnya dengan alasan yang tidak jelas, sehingga melalaikan tugasnya sebagai suami istri.

e. Faktor pihak ketiga Keutuhan dan keharmonisan rumah tangga dapat terganggu dengan hadirnya atau campur tangan orang lain (pihak ketiga) yaitu Pria idaman lain (PIL),wanita idaman lain (WIL) dalam arti berselingkuh, dan orang tua. Hubungan suami istri dapat terjalin erat jika dilandasi dengan rasa saling percaya dari masing-masing pihak. Namun jika salah satu pihak menghinati pasangannya, berselingkuh maka hal itu akan menyakiti perasaan pasanganya dan dapat menimbulkan perselisihan dan percekcokan dalam rumah tangganya dan jika tidak segera diatasi maka akan memicu terjadinya perceraiaan.

Penyebab keretakan rumah tangga juga dapat disebabkan adanya campur tangan orang tua. Banyak suami istri setelah berumah tangga masih berkumpul dengan orang tuanya. Seringkali orang tua mengatur kehidupan rumah tangga anaknya. Adanya campur tangan orang tua ini, dapat menyinggung perasaan suami atau istri, karena merasa kurang dihargai dan merasa hak mengatur rumah tangganya hilang. Keadaan yang demikian ini jika tidak segera diatasi dapat meggangu ketentraman rumah tangganya dan menyebabkan terjadinya perselisihan dan percekcokan yang bisa megakibatkan perceraiaan.

f. Faktor tidak ada keharmonisan Sebuah keluarga yang bahagia lahir dan batin akan terwujud apabila dalam keluarga itu terdapat suatu keharmonisan. Keharmonisan keluarga akan tetap terjaga jika masing-masing pihak baik suami maupun istri saling mencintai, saling mengerti dan mau menerima apa adanya termasuk kekurangan pasangannya. Tanpa keharmonisan suatu perkawinan tidak akan kekal, dan akan kandas di tengah jalan atau berakhir dengan perceraian.

Keluarga yang tidak harmonis ini dapat disebabkan oleh beberpa hal, misalnya atara suami istri sering terjadi salah paham, beda pendapat atau prinsip hingga timbul perselisihan dan percekcokkan yang tak jarang berakhir dengan perceraian. Selain itu bisa disebabkan masalah seks yang kurang terpenuhi atau kurang terpuaskan oleh pasangannya. Dalam perkawinan masalah seks merupakan hal yang paling besar mendominasi perkawinan, karena manusia sejak lahir telah di berikan nafsu seks oleh Tuhan. Jika seks ini kurang terpuaskan oleh pasangan hidupnya, maka suami atau istri akan mencari kepuasan seksnya dengan berbagai cara misalnya berselingkuh, melakukan poligami, dan bisa juga akan menuntut perceraian. Di samping itu sebuah keluarga tidak lengkap kebahagiaannya tanpa kehadiran seorang anak sebagai keturunannya, karena salah satu tujuan perkawinan adalah untuk mendapatkan keturunan. Ketidakhadiran anak disebabkan kemandulan salah satu pihak dapat menjadi sebab untuk Keluarga yang tidak harmonis ini dapat disebabkan oleh beberpa hal, misalnya atara suami istri sering terjadi salah paham, beda pendapat atau prinsip hingga timbul perselisihan dan percekcokkan yang tak jarang berakhir dengan perceraian. Selain itu bisa disebabkan masalah seks yang kurang terpenuhi atau kurang terpuaskan oleh pasangannya. Dalam perkawinan masalah seks merupakan hal yang paling besar mendominasi perkawinan, karena manusia sejak lahir telah di berikan nafsu seks oleh Tuhan. Jika seks ini kurang terpuaskan oleh pasangan hidupnya, maka suami atau istri akan mencari kepuasan seksnya dengan berbagai cara misalnya berselingkuh, melakukan poligami, dan bisa juga akan menuntut perceraian. Di samping itu sebuah keluarga tidak lengkap kebahagiaannya tanpa kehadiran seorang anak sebagai keturunannya, karena salah satu tujuan perkawinan adalah untuk mendapatkan keturunan. Ketidakhadiran anak disebabkan kemandulan salah satu pihak dapat menjadi sebab untuk

Prosentase atau jumlah faktor-faktor penyebab perceraian di wilayah Pengadilan Agama Sragen dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel. 10. Prosentase Jumlah Faktor-faktor Penyebab Perceraian di Wilayah Kabupaten Sragen No

Faktor Penyebab Perceraian Jumlah Prosentase

1 Krisis Akhlak

4 Tidak ada tanggung jawab 274 27,3%

5 Pihak Ketiga

6 Tidak ada keharmonisan 484 48,1%

1005 100% Sumber : Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Sragen

Jumlah

Dari daftar tabel diatasdapat diketahui faktor penyebab perceraian di Pengadilan Agama Sragen yang paling banyak adalah faktor tidak ada keharmonisan, yaitu sebanyak 484 kasus, faktor penyebab perceraian yang kedua adalah tidak ada tanggung jawab, sebanyak 274 kasus, dan faktor ekonomi sebanyak 239 kasus. Sedangkan faktor cemburu dan pihak ketiga masing-masing 3 kasus, dan penyebab perceraian yang paling sedikit adalah faktor krisis akhlak yaitu 2 kasus.

Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang menjadi penyebab perceraian dalam keluarga antara lain disebabkan karena adanya orang ketiga dalam keluarga (PIL/WIL), adanya pertengkaran yang terus-menerus tidak ada keharmonsan, tidak dapat memberi keturunan, adanya KDRT dan krisis akhlak, dan faktor ekonomi (penghasilan). Hal tersebut diatas sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zubaidah Muchtar (1987: 8) bahwa:

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya gejolak dalam kehidupan suami istri banyak sekali tetapi kiranya disederhanakan menjadi 5 kelompok yaitu:

1. Faktor kerusakan akhlak

2. Faktor ekonomi

3. Faktor biologis

4. Fakyor pihak ketiga

5. faktor perbedaan paham. Jadi berdasarkan hasil observasi peneliti dilapangan maka dapat

dilihat bahwa faktor penyebab perceraian dalan suatu perkawinan adalah adanya faktor kerusakan akhlak, yang dalam masyarakat desa Gebang ada suami yang menjadi pemabuk dan suka berjudi yang berakibat pada kehidupan rumah tangganya, suami melakukan tindakan penganiayaan (KDRT) dalam rumah tangganya. Faktor cemburu dalam rumah tangga juga menyebabkan perceraian, kecemburuan yang dialami pasangan suami istri yang berlebihan dan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata maka akan memicu percerain dalam keluarga.

Faktor ekonomi dan tidak ada tanggung jawab merupakan faktor yang dapat paling banyak memicu terjadinya perceraian dalam sebuah perkawinan, hal ini dikarenakan apabila suami tidak memberi nafkah pada istri dan anak-anaknya tentu saja kehidupan rumah tangganya akan kurang sehingga semua kebutuhan tidak terpenuhi. Karena suami hanya bermalas-malasan tidak bekerja dan tidak memberi nafkah yang layak, tetapi ada juga yang disebabkan karena istri yang tidak bisa mengelola uang hasil kerja suaminya dengan baik dan bersifat boros. Sehingga terjadi besar pasak daripada tiang,pendapatan dan pengeluaran tidak sesuai sehinggga memicu pertengkaran yang berujung pada perceraian.

Faktor pihak ketiga dan tidak ada keharmoisan merupakan faktor penyebab perceraian karena adanya pihak ketiga (PIL/WIL) dapat menjadikan hubungan dalam sebuah rumah tangga menjadi tidak harmonis karena terjadi penghianatan dan perselingkuhan sehingga menimbulkan perselisihan, cinta dan kasih sayang terbagi dan kadang juga menyebabkan komuniasi antara suami istri terganggu. Selain berselingkuh adanya campur tangan dari orang tua juga memicu Faktor pihak ketiga dan tidak ada keharmoisan merupakan faktor penyebab perceraian karena adanya pihak ketiga (PIL/WIL) dapat menjadikan hubungan dalam sebuah rumah tangga menjadi tidak harmonis karena terjadi penghianatan dan perselingkuhan sehingga menimbulkan perselisihan, cinta dan kasih sayang terbagi dan kadang juga menyebabkan komuniasi antara suami istri terganggu. Selain berselingkuh adanya campur tangan dari orang tua juga memicu

Pernyataan tersebut dipertegas dengan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 pasal 39 ayat (2) yang menegaskan bahwa : "Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun lagi sebagai suami istri". Sehingga dalam melakukan perceraian harus ada alasan-alasan yang jelas agar angka perceraian tersebut dapat ditekan, karena dalam agama Islam hal yang dibenci Allah adalah talak atau perceraian.