1 Pembagian Wilayah Administratif Kota Surakarta Tahun
Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administratif Kota Surakarta Tahun
Pasar Kliwon
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2008 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2008
Kecamatan Serengan (3,19 km 2 ). Kemudian dengan cakupan wilayah administratif yang luas tersebut, Kecamatan Banjarsari mempunyai jumlah kelurahan paling banyak dari pada wilayah administrasi yang lain yaitu sebanyak 13 kelurahan, jumlah RT sebanyak 832 RT, dan jumlah RW sebanyak 167 RW.
3. Kependudukan Menurut data yang tercatat pada kantor Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, jumlah penduduk Kota Surakarta sebanyak 564.853 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 279.324 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 286.529 jiwa. Berikut ini perkembangan jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan tingkat kepadatan tiap kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008, dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan Kota Surakarta Tahun 2008.
No Kecamatan
Luas(
Km 2 )
Laki- laki
Tingkat Kepadatan (Jiwa/ Km 2 )
Pasar Kliwon
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2008 (diolah).
Berdasarkan pada tabel 4.2 diatas, jumlah penduduk yang paling banyak terdapat di wilayah Kecamatan Banjarsari sebanyak 161.093 jiwa atau 28,52% dari total penduduk di kota Surakarta dan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Serengan sebanyak 63.558 jiwa (11,25%). Jumlah penduduk laki-laki paling banyak terdapat di wilayah Kecamatan Banjarsari sebanyak 80.259 jiwa dan jumlah penduduk perempuan paling banyak juga terdapat di wilayah Kecamatan Banjarsari sebanyak 81.834 jiwa. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk paling tinggi terdapat di Kecamatan Serengan dengan tingkat kepadatan
penduduk mencapai 19.899jiwa/ km 2 dan tingkat kepadatan penduduk penduduk mencapai 19.899jiwa/ km 2 dan tingkat kepadatan penduduk
4. Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk Kota Surakarta adalah jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan yang telah dan sedang ditempuh, dalam hal ini pendidikan formal. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, tingkat pendidikan penduduk Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 4.3
Penduduk Usia 5 Tahun ke atas Menurut Pendidikan Tertinggi
Tidak Punya Ijasah SD
SMP Umum/ Kejuruan
Madrasah Tsanawiyah
Madrasah Aliyah
8 Diploma I/II
9 Akademi/D III
3,87 18.444 4,15 10 D.IV/S1
5,46 28.408 6,39 11 S2/S3
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2008 (diolah).
Berdasarkan pada tabel 4.3 diatas, pendidikan yang paling tinggi yang ditamatkan penduduk di wilayah Kota Surakarta yang jumlahnya paling besar adalah tamatan SMU sebanyak 92.644 jiwa atau 20,83% dari Berdasarkan pada tabel 4.3 diatas, pendidikan yang paling tinggi yang ditamatkan penduduk di wilayah Kota Surakarta yang jumlahnya paling besar adalah tamatan SMU sebanyak 92.644 jiwa atau 20,83% dari
5. Keadaan Ekonomi PDRB merupakan salah satu cerminan dari tingkat kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. Semakin besar nilai PDRB suatu wilayah, maka semakin tinggi tingkat kemajuan pembangunan di wilayah tersebut. Perkembangan PDRB Kota Surakarta berdasarkan harga konstan dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.4
Perkembangan Produk Domestik RegionalBrutoMenurutLapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kota Surakarta Tahun 2007-2008 (Jutaan Rupiah)
% Pertumbuhan 2007-2008
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan & komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2008 (diolah).
sumbangan terbesar terhadap PDRB Kota Surakarta tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 berasal dari sektor industri pengolahan. Pada tahun 2008 sektor industri pengolahan memberikan sumbangan pada PDRB sebesar 1.200.606,83 juta rupiah atau 27,45% dari total PDRB kota Surakarta. Sumbangan yang besar juga diberikan dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 1.211.208,49 juta rupiah (26,17%). Hal ini dapat dimengerti karena sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan penyangga utama perekonomian Kota Surakarta.
6. Tenaga Kerja Salah satu modal utama dalam perkembangan roda pembangunan adalah tenaga kerja. Berdasarkan data yang tercatat pada kantor Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, jumlah tenaga kerja yang bekerja sebanyak 261.143 jiwa. Berikut ini perkembangan penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan di Kota Surakarta Tahun 2008, dapat dilihat pada tabel
4.5 dibawah ini :
Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian
di Kota Surakarta Tahun 2008
Mata Pencaharian
Jumlah Persentase (%)
Petani 4.56 0,11 Buruh Tani 4.29 0,11 Pengusaha 7.954 1,98
Buruh industri 70.034 17,46 Buruh Bangunan 62.759 15,64
Pedagang 32.374 8,07 Angkutan 15.776 3,93 PNS/TNI/POLRI 26.424 6,58 Pensiunan 22.683 5,65
Lain-lain 162.290 40,45 Jumlah 401.179 100
Sumber : Surakarta Dalam Angka 2008 Sementara itu jika dilihat berdasarkan mata pencaharian penduduk pada tahun 2008 jumlah yang paling sedikit adalah penduduk bermata pencaharian sebagai petani baik itu pada pertanian milik sendiri maupun sebagai buruh tani, dengan total sebanyak 885 orang. Hal ini tentunya disebabkan karena sempitnya lahan pertanian di Kota Surakarta yang luasnya hanya mencakup 149,32 Ha atau 3,39% dari luas wilayah seluruhnya (4.404,06 Ha). Sedangkan jumlah terbanyak adalah penduduk bermata pencaharian diluar bidang pertanian, penguasaha, buruh industri dan bangunan, pedagang, angkutan dan PNS yang mencakup 162.290 orang
1. Perkembangan Kebijakan DBHCHT Kota Surakarta Dana Alokasi DBHCHT yang dikelola oleh gubernur disalurkan kepada kota Surakarta sesuai dengan besar kontribusinya dalam penyetoran cukai tembakau. Dana alokasi DBH CHT diterima oleh kota Surakata setiap tiga bulan, Walikota Surakarta penerima DBH CHT membuat laporan alokasi penggunaan dana atas pelaksanaaan kegiatan peningkatan kualitas bahan baku tembakau, pembinaan industri, pembinaan sosial, sosialisasi di bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal setiap enam bulan kepada Gubernur.
Untuk penyaluran dana atas DBH CHT, Walikota Surakarta membuat dan menyampaikan rancangan program kegiatan serta penganggaran DBH CHT kepada Gubernur sebelum tahun anggaran berjalan. Penganggaran dana tersebut diperoleh dari PMK (Peraturan Menteri Keuangan) atas alokasi definitif ataupun alokasi Indikatif DBH CHT oleh Menteri Keuangan sebelum tahun anggaran, PMK yang diberikan kemudian digunakan sebagi pedoman oleh TAPD (Tim Penganggaran Pemerintah Daerah) kota Surakarta untuk rencana pengganggaran dan pengalokasian dana ke setiap SKPD.
Gubernur menyampaikan laporan konsolidasi rancangan program kegiatan dan anggaran DBH CHT dari masing-masing kota kepada Menteri Keuangan, Menteri Keuangan memberikan persetujuan atas pembagian alokasi DBH CHT yang ditetapkan oleh Gubernur, dana
Surakarta. Dana alokasi DBH CHT ditransfer dari kas umun negara ke kas umum daerah.
Setelah mengevaluasi pelaksanaan ketentuan penggunaan DBH CHT pada tahun anggaran, Walikota menyampaikan laporan atas penggunaaan DBH CHT. Walikota menyampaikan laporan atas penggunaaan DBH CHT untuk semester pertama sebelum tanggal 20 Juli dan untuk semester kedua sebelum tanggal 10 Desember setiap tahun anggaran.
Penggunaan DBH CHT atas alokasi dana disalurkan kota Surakarta kepada setiap SKPD dan penggunaannya digunakan untuk kegiatan peningkatan kualitas bahan baku tembakau, pembinaan industri, pembinaan sosial, sosialisasi di bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai illegal. Kota Surakarta tidak melaksanakan kegiatan peningkatan kualitas bahan baku karena kota Surakarta bukan sebagai penghasil bahan baku pengadaan bahan industri tembakau. Bahan baku yang digunakan tiga IHT di Surakarta yaitu PT. Minapadi Makmur, PT Djitoe dan PT. Kerbau masih dipasok dari Kudus, Boyolali, Temanggung, Nganjuk, Purwokerto, Semarang dan kota penghasil tembakau lainnya.
Pada tahun 2008 perkembangan nilai anggaran yang diberikan pemerintah kota Surakarta atas dasar PMK ( Peraturan Menteri Keuangan) untuk alokasi DBH CHT yaitu sebesar Rp. 1.158.259.124,00
Diskominfo, Satpol PP. Pada tahun 2009 nilai anggaran yang diberikan lebih banyak dari tahun 2008 dikarenakan program-program yang dilakukan tahun sebelumnya perlu pengembangan untuk menjadi lebih baik, yaitu sebesar
Rp. 3.329.480.000,00 untuk 12 SKPD antara lain adalah DISPERINDAG, DISOSNAKER, DPPKA, BAPPEDA, DINKES, BLH, Administrasi Pemerintahan, Hukum HAM, DISKOMINFO, DISPORA, Administrasi Ekonomi dan Satpol PP.
Tahun 2010 nilai anggaran yang didistribusikan kepada SKPD mengalami penurunan dalam jumlah keseluruhan dari total tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 2.913.664.000,00 dikarenakan melihat dari pencapaian kinerja yang hampir 100% di tahun 2009 dan program-program yang sudah berjalan maka di tahun 2010 di lengkapi dan dikembangkan untuk menjadikan lebih baik, dan SKPD yang mendapatkan distribusi anggaran antara lain adalah Disperindag, Dinsosnaker, DPPKA, bag. Eko, DINKES, DINKES, BLH, BAPPEDA, Diskominfo, Hukum HAM, Bag.Eko.
2. Pertumbuhan nilai anggaran dan realisasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau di Kota Surakarta Sebagai salah satu sumber penerimaan daerah, Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) mempunyai peranan yang sangat penting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) khususnya 2. Pertumbuhan nilai anggaran dan realisasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau di Kota Surakarta Sebagai salah satu sumber penerimaan daerah, Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) mempunyai peranan yang sangat penting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) khususnya
Tabel 4.6
Anggaran dan Realisasi DBH CHT 2008-2010
Kota Surakarta
No Kegiatan
Anggaran Realisasi 1
Peningkatan Kualitas
Bahan Baku 2
Pembinaan Industri
Lingkungan Sosial
4 Sosialisasi di 783.259.124
Bidang Cukai
Pemberantas an barang
Kena Cukai Ilegal
Sumber : Administrasi Perekonomian kota Surakarta
Pada tabel 4.6 dapat di jelaskan bahwa anggaran dan realisasi DBHCHT pada kurun waktu 2008-2009 mengalami peningkatan sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan dilihat dari jumlah total nya. Menurut kegiatannya yang dilakukan DBHCHT meliputi
Barang Kena Cukai Ilegal. Tahun 2008 merupakan tahun pertama penganggaran DBH CHT di kota Surakarta sebesar Rp1.158.259.124,- dari total pendapatan kota Surakarta sebanyak Rp717.583.491.821,- DBH CHT menyumbang peranan 0,0017% Pada tahun kedua penganggaran peranan tersebut mengalami peningkatan menjadi 0,0048% dengan nilai nominal DBH CHT sebesar Rp3.329.480.000,- dari total penerimaan daerah Rp692.871.252.526,-. Tahun Ketiga penganggaran DBH CHT menurun menjadi 0,0035% sebesar Rp2.913.664.000,- dari Pendapatan Surakarta Rp817.108.827.816,-.
Penurunan penerimaan alokasi dana DBH CHT disebabkan adanya kenaikan tarif cukai hasil tembakau yang ditetapkan dalam PMK No.181/PMK.011/2009 serta pembatasan dalam perolehan pita cukai bagi setiap IHT untuk menjalankan proses pengolahan tembakau menjadi hasil tembakau (rokok). IHT tersebut memproduksi rokok namun pita cukai dibatasi penggunaannya dan berbeda jenis pita cukai antara satu IHT dengan IHT lainnya. Tahun 2010 IHT dituntut untuk menargetkan hasil produksinya dan membeli pita cukai tersebut sesuai dengan target produksi rokok. Apabila dalam proses pengolahan rokok pita cukai sudah habis dan rokok yang diproduksi melebihi pita cukai yang dibeli maka rokok tersebut tidak diijinkan beredar, karena rokok tersebut illegal tanpa Penurunan penerimaan alokasi dana DBH CHT disebabkan adanya kenaikan tarif cukai hasil tembakau yang ditetapkan dalam PMK No.181/PMK.011/2009 serta pembatasan dalam perolehan pita cukai bagi setiap IHT untuk menjalankan proses pengolahan tembakau menjadi hasil tembakau (rokok). IHT tersebut memproduksi rokok namun pita cukai dibatasi penggunaannya dan berbeda jenis pita cukai antara satu IHT dengan IHT lainnya. Tahun 2010 IHT dituntut untuk menargetkan hasil produksinya dan membeli pita cukai tersebut sesuai dengan target produksi rokok. Apabila dalam proses pengolahan rokok pita cukai sudah habis dan rokok yang diproduksi melebihi pita cukai yang dibeli maka rokok tersebut tidak diijinkan beredar, karena rokok tersebut illegal tanpa
Kebijakan pembatasan cukai tersebut dilaksanakan guna menekan penggunaan rokok illegal dan dampak rokok pada masyarakat umum, dan berbanding terbalik dengan penerimaan Negara atas cukai yang disetor oleh IHT karena semakin terbatasnya pita cukai maka semakin sedikit jumlah cukai yang dibayarkan kepada Negara.
Pengalokasian DBH CHT selama tiga tahun terakhir mengalami kenaikan dan penurunan tergantung kebijakan yang ditetapkan oleh provinsi dan menteri keuangan sebagai pusat kebijakan. Anggaran dan realisasi penerimaan DBH CHT dapat diringkas sebagai berikut :
Tabel 4.7
Anggaran dan Realisasi DBH CHT 2008-2010
Kota Surakarta
KENAIKAN (PENURUN
Sumber : Administrasi Perekonomian kota Surakarta
Dari tabel diatas dapat dijelaskan, Tahun 2008 masih mengalami kesulitan terbukti hanya 20,91% realisasi dari anggaran yang dianggarkan. SILPA tahun 2008 dianggarkan kembali pada tahun 2009, sehingga jumlah anggaran pada tahun 2009 menjadi Rp3.329.480.000,- Dari tabel diatas dapat dijelaskan, Tahun 2008 masih mengalami kesulitan terbukti hanya 20,91% realisasi dari anggaran yang dianggarkan. SILPA tahun 2008 dianggarkan kembali pada tahun 2009, sehingga jumlah anggaran pada tahun 2009 menjadi Rp3.329.480.000,-
a) Alokasi DBH CHT tahun 2008 Kota Surakarta
Penggunaan alokasi dana DBH CHT disalurkan kepada setiap SKPD sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan dan penggunaannya untuk peningkatan kualitas bahan baku tembakau, pembinaan industri, pembinaan sosial, sosialisasi di bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai illegal. Penggunaan alokasi DBH CHT di kota Surakarta hingga ke SKPD pelaksana pada tahun 2008 dapat dilihat dalam penjelasan berikut :
Tabel 4.8
Penggunaan DBH CHT Tahun Anggaran 2008
Kota Surakarta
Pencapaia n Kinerja (%)
SKPD
Sosialisasi ketentuan di
Bidan g
0 100,00 Hukum HAM
13,78 Disperind ag
15,72 Diskominf o
Satpol PP
Sumber : Administrasi Perekonomian kota Surakarta
menggunakan dana atas alokasi DBHCHT untuk Fasilitasi sosialisai Perundang-undangan di bidang cukai pencapaian kinerja sebesar 100% atau sebesar Rp100.000.000,-. Dinas Perindustrian dan Perdagangan digunakan dalam penyediaan sarana informasi yang dapat diakses masyarakat keterkaitannya dengan informasi yang diberikan kepada IHT sebagai penghasil cukai hasil tembakau, terealisasi sebesar 13,78% dengan nominal Rp28.750.000,- dana tersebut digunakan untuk pengadaan peralatan pelengkap sarana program inkubasi teknologi solo technopark. Dinas Komunikasi dan Informatika menganggarkan dana tersebut untuk Jasa cetak buku sosialisasi aturan cukai dan pembuatan video cukai terealisasi sebesar Rp74.611.625,- dari anggaran Rp474.611.625,- atau terealisasi sebesar 15,72%. Kerjasama pengembangan kemampuan aparat Polisi Pamong Praja dengan TNI/POLRI dan kejaksaan dianggarkan oleh Satuan Polisi Pamong Praja dengan dana DBH CHT Rp54.578.500,- dan tersisa Rp320.421.500,- atau terealisasi sebesar 14,55% dari anggaran. Dari seluruh program dan kegiatan SKPD tahun 2008 tersisa Rp900.318.999,- dari total anggaran sebesar Rp1.158.259.124,- Dana SILPA DBH CHT 2008 dianggarkan kembali dalam APBD Tahun Anggaran 2009 untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pada tahun 2009 atau tahun kedua penganggaran, DBH CHT mengalami peningkatan sebesar Rp2.171.220.876,- menjadi Rp3.329.480.000 dan dialokasikan ke 12 (dua belas) Satuan Kerja Pemerintah Dareah (SKPD) pelaksana kota Surakarta. Dalam Program peningkatan kualitas bahan baku kota Surakarta tidak menjalankan kegiatan tersebut karena kota Surakarta bukan sebagai penghasil bahan baku pengadaan bahan industri tembakau. Bahan baku yang digunakan di solo masih dikirim dari Kudus, Temanggung dan kota penghasil tembakau lainnya.
Berikut akan dijelaskan dalam tabel alokasi penggunaan DBHCHT pada tahun 2009 oleh 12 (dua belas) Satuan Kerja Pemerintah Dareah Kota Surakarta.
Penggunaan DBH CHT Tahun Anggaran 2009