Penyusunan Norma Penilaian

6. Penyusunan Norma Penilaian

Menurut Mulyono B(2010:93), dalam berbagai bentuknya hasil-hasil pengukuran dapat dinyatakan dalam penggolongan (klasifikasi), urutan jenjang (rangking) atau dalam bentuk nilai (baik nilai dengan angka ataupun huruf). Untuk keperluan ini harus dilaksanakan suatu usaha dengan mempergunakan perhitungan-perhitungan statistik.

a. Penerapan PAN(Penilaian Acuan Norma)

Pada umumnya pendekatan PAN mendasarkan diri pada dua hal pokok sebelum nilai akir pengikut ujian yang akan diluluskan dan penetapan batas lulus. Dalam h al ini ada guru yang mempunyai “kebiasaan” meluluskan muridnya dalam jumlah (persentase) tertentu, misalnya 80%. Bagaimana pun corak penyebaran angka mentah yang diperoleh pengikut ujian, diluluskan akan berjumlah 80%. Penetapan jumlah yang akan diluluskan ini sudah dengan sendirinya membawa akibat penetapan batas lulus tertentu. Dalam penyebaran angka mentah yang telah disusun dalam bentuk penyebaran frekuensi segera dapat diketahui sampai batas angka mentah berapakah tenaga pengajar itu akn sampai jika dia mengambil 80% jumlah murid dari mereka yang memperoleh angka mentah tertinggi berturut-turut ke bawah. Batas inilah yang menjadi batas lulus.

Tenaga pengajar lain mungkin bertitik tolak dari batas lulus yang telah ditetapkannya terlebih dahulu. Batas lulus ini dikaitkan dengan data statistik yang

commit to user

baku (s). Tenaga engajar tersebut akan memberi nilai akhir berdasarkan peyimpangan angka mentah terhadap angka rata-rata.

b. Penerapan PAP (Penilaian Acuan Patokan)

Dalam pendekatan PAP penetapan batas lulus merupakan hal yang pokok.tenaga pengajar harus sudah menetapkan sejak sebelum pengajaran dimulai tentang batas kompetensi minimum yang diperlukan. Selanjutnya ketetapan ini diterapkan hubungan antara derajat penguasaan kompetensi yang dimaksud dengan nilai akhir yang akan diberikan misalnya sebagai berikut :

Derajat Penguasaan Nilai Akhir

Kurang dari 55%

Pemakaian pedoman ini amatlah mudah, perhitungan statistik tidak diperlukan. Jika kompetensi yang ingin dicapai telah diidentifikasi dengan tubtas, dan jika ujian yang akan dipakai memang benar-benar telah dapat mengukur taraf kemampuan penguasaan kompetensi yang dimaksud, maka angka mentah hasil ujian yang telah dihaluskan (dalam bentuk persentase) dapat langsung diterapkan dalam pedoman tersebut diatas.

c. Grading

Menurut Kirkendall, Joseph J, & Robert (1987:371) ”Dalam sistem grading yang baik harus memenuhi tiga kriteria sebagai berikut: (1) Harus memiliki tujuan, (2) Harus adil untuk semua siswa, (3) Harus jelas dan dipahami”.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, guru akan dapat memberikan nilai secara objektif dan tepat kepada setiap siswanya. Maksud dan tujuan dalam

commit to user

siswanya. Hal itu akan menjadikan motivasi tersendiri bagi siswa apabila mendapatkan nilai yang memuaskan serta sebagai acuan guru apabila akan memberikan remidiasi jika dirasa kurang memuaskan. Rammers, Gage, and Rummel dalam Kirkendall et.al (1987:374) mencatat tujuan grading / penilaian sebagai berikut:

1) Informasi untuk orang tua tentang status murid atau kemajuanya.

2) Promosi dan graduation.

3) Motivasi kerja sekolah.

4) Bimbingan belajar pribadi.

5) Perencanaan bimbingan pendidikan dan kejuruan.

6) Bimbingan pengembangan pribadi.

7) Kehormatan.

8) Banyaknya partisipasi dalam kegiatan sekolah.

9) Laporan dan rekomendasi ke perusahaan.

10) Data untuk studi kurikulum.

11) Laporan ke sekolah untuk kenaikan tingkat siswa.

Dengan adanya maksud dan tujuan yang jelas, guru dapat memberikan nilai yang sesuai dengan kemampuan siswa maupun batas nilai ketuntasan yang akan diberikan.Pillips & Hornak.(1979:73), menerangkan bahwa ada beberapa jenis norma untuk pendidikan jasmani, yaitu: ” (1) Age Norms, (2) Grade Norms, (3) Percentile Norms, (4) Standard Score Norms ”. Kemudian dari beberapa janis norma penilaian yang ada diatas, Standar score norms lah yang sering digunakan. Standar score norms dapat dilakukan dengan beberapa cara, Pillips & Hornak (1979:84)yaitu: ” z-score, percentile, Z-score, T-score,Hull score dan stanine score ”.

commit to user

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas dapat dibuat skema kerangka pemikiran sebagai berikut :

PJOK=Penjasorkes

SRG = Sragen

Gb. Skema Kerangka Pemikiran

PENJASORKES

RUANG LINGKUP PJOK

KLS VIII

PENDIDIKAN LUAR KELAS

AKTIVITAS AIR

AKTIVITAS RITMIK

AKTIVITAS SENAM

KESEHATAN

PERMAINAN & OLAHRAGA

AKTIVITASPENGEMBANGAN

PERMAINAN BOLA BESAR PERMAINAN BOLA KECIL BELA DIRI ATLETIK

ATLETIK

LARI 100 M

L. JAUH GAYA JONGKOK

L. LEMBING GAYA HOP

T. PELURU GAYA SAMPING

STANDARDISASI PENILAIAN

ADANYA NORMA ATLETIK

SURVEY NORMATIF

TES ATLETIK = SMP N 1 SRG,SMP N 2 SRG,SMP N 3 SRG,SMP N

4 SRG,SMP N 5 SRG,SMP N 6 SRG

POPULASI SISWA PUTRA =576 SISWA

SAMPEL 40%=230 SISWA

PROPORSIONAL RANDOM SAMPLING

TES DAN PENGUKURAN

TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SMP

NEGERI SRAGEN PERLU ADANYA

NORMA PENILAIAN ATLETIK

PENGETAHUAN=  METODOLOGI  TES PENGUKURAN DAN

EVALUASI  STATISTIK  SAMPLING

commit to user

se-Kecamatan Sragen Tahun 2010.

Penjasorkes merupakan mata pelajaran yang diajarkan di semua lapisan pendidikan formal,mulai dari SD ,SMP , SMA, dan bahkan sampai perguruan tinggi. Hal ini dilakukan untuk penenaman ketrampilan gerak dasar dari usia dini hingga gaya hidup sehat di lingkungan sekolah. Dengan demikian penjasorkes sangatlah penting guna mendukung keberhasilan siswa dalam meraih prestasi yang maksimal serta budaya hidup sehat.

Atletik merupakan cabang olahraga yang menjadi induk cabang olahraga lain. Ini dikarenakan dalam cabang olahraga atletik mengandung semua unsur gerakan cabang olahraga lainya. Untuk meningkatkan kemampuan atletik perlu diadakan pembinaan sejak usia dini,hal ini dapat mendorong terbentuknya atlet- atlet berkualitas di cabang atletik.

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) untuk jenjang SMP / MTs sesuai Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

a. Permainan dan olahraga.

b. Aktivitas pengembangan.

c. Aktivitas senam.

d. Aktivitas ritmik.

e. Aktivitas air.

f. Pendidikan luar kelas.

g. Kesehatan.

Dalam pembelajaran cabang olahraga atletik, guru penjasorkes perlu memperhatikan dan mengevaluasi secara kontinu kemampuan siswa. Ini dilakukan guna mengembangkan kemampuan siswa yang diatas rata-rata dan memotivasi jika ada siswa yang masih tertinggal. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dalam proses kegiatan belajar mengajar dalam cabang olahraga atletik, perlu dilakukan tes terhadap jenis olahraga yang telah diajarkan. Untuk

commit to user

kemampuan atletik khususnya siswa putra kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Sragen.

Terdapat 6 SMP Negeri se-Kecamatan Sragen, yaitu :

1. SMP Negeri 1 Sragen

2. SMP Negeri 2 Sragen

3. SMP Negeri 3 Sragen

4. SMP Negeri 4 Sragen

5. SMP Negeri 5 Sragen

6. SMP Negeri 6 Sragen Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Proporsional RandomSampling. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 40 % dari keseluruhan jumlah siswa yang ada di SMP Negeri se-kecamatan Sragen yang berjumlah 576 siswa. Sesuai dengan tujuan penelitian yang akan di capai maka penelitian ini mengunakan metode survey normatif. Adapun instruman yang di pakai adalah dengan tes dan pengukuran, dalam penelitian ini ada 4 item tes,yaitu lari 100 meter, lompat jauh, tolak peluru, dan lempar lembing. Tes ini dilakukan guna mengetahui kemampuan atletik pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri se- Kecamatan Sragen tahun 2010. Setelah itu dibuatlah penyusunan Norma atletik masing-masing item tes serta total kemampuan atletik dengan menggunakan tes dan pengukuran. Penyusunan norma penilaian harus dilakukan secara seksama, cermat dan teliti serta dapat mencerminkan pada keadaan yang sebenarnya. Analisis yang dilakukanpun juga harus cermat dan tepat supaya norma penilaian yang disusun dapat digunakan sebagai dasar dalam penilaian.

commit to user