obat yaitu karena biaya relatif murah dan cara pengolahannya sangat sederhana, disamping itu bahan-bahan yang digunakan tidak mengandung unsur kimia yang
biasanya reaktif. Reaksi kimia kadang mempunyai efek samping yang kurang baik terhadap sel-sel syaraf pada organ tertentu. Rendahnya resiko yang ditimbulkan oleh
obat-obatan tradisional dikarenakan efek dari bahannya yang bersifat alamiah, tidak sekeras obat-obatan kimia Hayati 2003.
Kelebihan pengobatan dengan menggunakan ramuan tumbuhan secara tradisional tersebut selain tidak menimbulkan efek samping, juga tumbuhan-
tumbuhan tertentu mudah didapat di sekitar pekarangan rumah, serta mudah dibuat. Proses pengolahan obat tradisional pada umumnya sangat sederhana, diantaranya ada
yang diseduh dengan air, dibuat bubuk kemudian dilarutkan dalam air, ada pula yang diambil sarinya. Cara pengobatan pada umumnya dilakukan peroral diminum
Pudjarwoto et al. 1992.
2.2. Herba Meniran Phyllanthus niruri L.
Meniran merupakan herba, semusim, tumbuh tegak, tinggi 30-50 cm, bercabang–cabang. Batang berwarna hijau pucat. Daun tunggal, letak berseling.
Helaian daun bundar memanjang, ujung tumpul, pangkal membulat, permukaan bawah berbintik kelenjar, tepi rata, panjang sekitar 1,5 cm, lebar sekitar 7 mm,
berwarna hijau. Dalam satu tanaman ada bunga betina dan bunga jantan. Bunga jantan keluar di bawah ketiak daun, sedangkan bunga betina keluar di atas ketiak
Universitas Sumatera Utara
daun. Buahnya kotak, bulat pipih, licin, bergaris tengah 2-2,5 mm. Bijinya kecil, keras, berbentuk ginjal, berwarna coklat Syamsyuhidayat Hutapea 1991.
Herba meniran tumbuh liar di dataran dan daerah pegunungan dari ketinggian 1 mm sampai 1000 m dari permukaan laut. Tumbuhan ini tumbuh liar di tempat
terbuka pada tanah gembur, berpasir di ladang, di tepi sungai dan di pantai, bahkan tumbuh liar di sekitar pekarangan rumah Dalimarta 2000. Pemanenan dilakukan
setelah tanaman berumur 2-3 bulan. Ciri tanaman meniran yang siap dipanen adalah daun tampak hijau tua hampir menguning dan buah agak keras jika dipijit.
Potensi herba meniran di Indonesia untuk dijadikan obat alternatif terhadap berbagai penyakit sangat besar. Hal ini disebabkan karena herba meniran mudah
ditemukan di Indonesia. Herba meniran telah digunakan masyarakat untuk pengobatan diabetes. Pada dosis 10 mg per 200 g BB ekstrak metanol herba meniran
efektif menurunkan kadar glukosa darah tikus putih Rattus norvegitus L. diabetik Fahri et al. 2005.
Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa herba meniran memiliki efek imunostimulator dan aktivitas antiviral terhadap virus Hepatitis B dan virus
Herpes Simpleks. Selain itu pada hewan uji mencit, ketika diberikan infusa herba meniran menunjukkan efek yang relatif tidak berbeda dengan kotrimoksazol dalam
pengobatan infeksi kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus subkutan. Masa penyembuhan hewan uji yang diinfeksi kulitnya dengan S. aureus adalah 22,10
hari dengan menggunakan ekstrak herba meniran dan 20,77 hari dengan kotrimoksazol Praseno et al. 2001. Penelitian lain menyebutkan herba meniran
Universitas Sumatera Utara
mengandung senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas sebagai antimalaria. Pada dosis 800.128 mgkg BB hewan uji optimal dalam menghambat pertumbuhan 6182
parasitemia tiap 10000 eritrosit dalam tubuh hewan uji Latra 2004. Herba meniran Gambar 1 memiliki sistematika sebagai berikut: kingdom
Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, bangsa Euphorbiales, suku Euphorbiaceae, marga Phyllanthus, jenis P. niruri Linn Van
Steenis 2003.
Gambar 1. Herba meniran Phyllanthus niruri L Nama lain dari Phyllanthus niruri L. adalah Phyllanthus urinaria L.,
Phyllanthus alatas BI, Phyllanthus cantonensis Hornen, Phyllanthus echinatus Wall, Phyllanthus leptocarpus Wight. Nama daerah Jawa: meniran, meniran merah,
Universitas Sumatera Utara
meniran hijau. Sunda: memeniran. Maluku: gosau cau, hsieh hsia chu Dalimarta
2000.
2.3. Bakteri dan Khamir Patogen