Menurut Saragih 2003 : 106, “untuk menutupi kebutuhan pengeluaran expenditure assigment, dana DAU masih memegang peran utama. Peran
PAD dalam APBD masih relatif kecil.” Hal senada juga dikemukakan oleh Devas 1999 dalam Halim dan Nasir 2006 : 44 yang menyatakan bahwa
“kewenangan Daerah Tingkat II menunjukkan ketergantungan yang lebih besar pada sumbangan dari atas yaitu 73 dari anggaran rutin dan 87 dari
anggaran pembangunan berasal dari pemerintah pusat. Dari penerimaan Daerah Tingkat II secara keseluruhan sumber PAD sendiri menyumbang
10.” Astuti dan Haryanto 2005 : 39 menyatakan bahwa “PAD inilah yang
sebanarnya menjadi barometer utama suksesnya pelaksanaan otonomi daerah. Diharapkan dengan adanya otonomi, kemandirian daerah dapat diwujudkan
yang dimanifestasikan lewat struktur PAD yang kuat.” Kaho 1995 dalam Halim dan Nasir 2006 : 43 juga menyatakan bahwa “suatu kenyataan yang
tidak dapat dipungkiri adalah masih rendahnya penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD pada Daerah Tingkat II. Belum ada satupun DATI II di
Indonesia yang dapat menyelenggarakan urusan rumah tangganya secara penuh 100 baik secara keseluruhan maupun urusan demi urusan.”
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Abdullah dan Halim 2003 melakukan penelitian untuk menguji pengaruh pendapatan daerah terhadap belanja daerah di Indonesia dengan
menggunakan sampel sebanyak 70 kabupaten dan 20 kota di provinsi Jawa
Universitas Sumatera Utara
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta DIY dan Bali. Pendapatan daerah terdiri dari DAU Dana Alokasi Umum, PAD
Pendapatan Asli Daerah dan Pajak Daerah, sementara Belanja Daerah adalah jumlah total pengeluaran daerah selama satu tahun anggaran yang terdapat
dalam laporan APBD. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data cross section
yakni data tahun 2001 dan 2002 dari laporan APBD Pemda yang diperoleh dari situs Departemen Dalam Negeri dan Departemen
Keuangan. Statistik yang digunakan dalam penelitian Abdullah dan Halim 2003 ini adalah regresi sederhana simple regression dan regresi berganda
multiple regression. Regresi sederhana dipakai untuk melihat pengaruh jumlah DAU, pajak daerah dan PAD secara terpisah terhadap jumlah belanja.
Regresi berganda digunakan dengan tujuan untuk memprediksi apakah komponen-komponen pendapatan daerah tersebut secara serentak
mempengaruhi belanja daerah. Hasil penelitian Abdullah dan Halim 2003 menunjukkan bahwa secara terpisah dan atau secara bersama-sama DAU dan
PAD berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah. Astuti dan Haryanto 2005 melakukan penelitian untuk menganalisis
Dana Alokasi Umum DAU dalam era otonomi daerah dengan studi kasus terhadap 30 propinsi. Data dalam penelitian Astuti dan Haryanto diperoleh
dari instansi Departemen Keuangan DJAPK Subdirektorat Dana Perimbangan dan dari instansi BPS Pusat. Adapun periode waktu yang digunakan terdiri
dari data time series mulai tahun 2002 hingga tahun 2004, yang dikombinasikan dengan data cross section pada 30 propinsi yang dipilih
Universitas Sumatera Utara
sebagai daerah sampel. Pengolahan data adalah dengan menggunakan metode regresi Genaralized Least Square GLS secara Section Weight. Hasil analisis
yang dilakuakan Astuti dan Haryanto 2005 menunjukkan bahwa DAU berperan secara signifikan bagi daerah di era otonomi.
Halim dan Nasir 2006 melakukan penelitian dengan mengangkat judul kajian tentang keuangan daerah pemerintah kota Malang. Data yang
digunakan dalam penelitian Halim dan Nasir adalah data sekunder yang diperoleh dari Dispenda bagian keuangan dan Bappeda Pemerintahan kota
Malang. Data tersebut meliputi : a data tentang APBD lima tahun terakhir, b data tentang penerimaan keuangan daerah bersumber dari PAD lima tahun
terakhir, c data tentang PAD lima tahun terakhir, d data pertumbuhan PAD per jenis objek penerimaan lima tahun terakhir, e data tentang pengeluaran
daerah lima tahun terakhir. Dengan kata lain data yang digunakan adalah data mulai dari tahun 2000 hingga tahun 2004. Adapun teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian Halim dan Nasir 2006 adalah menggunakan metode deskriptif. Dari hasil penelitian yang dilakukan Halim dan Nasir
2006 diketahui bahwa kemampuan PAD kota Malang untuk menopang pengeluaran daerah masih rendah karena selama tahun 2000-2004 hanya
mampu memberikan konstribusi rata-rata sebesar 15,51, sehingga ketergantungan Pemkot Malang terhadap sumber keuangan lain masih tinggi.
Usman 1997 dalam Halim dan Nazir 2006 : 44 melakukan penelitian dalam bentuk tesis dengan mengangkat judul peran PAD dalam APBD studi
evaluasi kebijakan peningkatan PAD kodya Bandar Lampung. Hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitiannya menunjukkan bahwa sumber PAD belum memberikan kontribusi yang maksimal dalam APBD.
Devas 1999 dalam Halim dan Nasir 2006 : 44 menyatakan bahwa kewenangan daerah tingkat II menunjukkan ketergantungan yang lebih besar
pada sumbangan dari atas yaitu 73 dari anggaran rutin dan 87 dari anggaran pembangunan berasal dari pemerintah pusat. Dari penerimaan
daerah tingkat II secara keseluruhan sumber PAD sendiri meyumbang 10.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Peneliti menggunakan desain kausal. ”Desain kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk
menganalisis bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel lain.” Umar, 2003 : 30
B. Populasi dan Sampel Penelitian
“ Populasi adalah agregat dari semua elemen yang memiliki karakteristik
serupa” Anandya dan Suprihhadi, 2005 :190. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daerah kabupaten kota di Propinsi Sumatera
Utara, dalam hal ini seluruh kabupaten kota yang telah membuat dan
mempublikasikan laporan APBDnya.
“Sampel berarti contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian” Mardalis, 2006:55. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan cara purposive sampling
yaitu “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” Arikunto, 1990 : 128. Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh
penulis dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara