Pengertian Pendapatan Asli Daerah PAD Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah PAD

d. Tujuan dan Fungsi Dana Alokasi Umum DAU

Kebijakan DAU merupakan instrumen penyeimbang fiskal antar daerah. Sebab tidak semua daerah mempunyai struktur dan kemampuan fiskal yang sama horizontal fiscal imbalance. DAU sebagai bagian dari kebijakan transfer fiskal dari pusat ke daerah intergovermental transfer – berfungsi sebagai faktor pemerataan fiskal antara daerah-daerah serta memperkecil kesenjangan kemampuan fiskal atau keuangan antar daerah. Saragih, 2003 : 98. Menurut Mulia 2005 : 13, tujuan umum dari Dana Alokasi Umum adalah untuk : 1 Meniadakan atau meminimumkan ketimpangan fiskal vertikal 2 Meniadakan atau meminimumkan ketimpangan fiskal horizontal. 3 Menginternalisasikan memperhitungkan sebahagian atau seluruh limpahan manfaat biaya kepada daerah yang menerima limpahan manfaat tersebut. 4 Sebagai bahan edukasi bagi pemerintah daerah agar secara intensif menggali sumber-sumber penerimaannya, sehingga hasil yang diperoleh menyamai bahkan melebihi kapasitasnya. Menurut Astuti dan Haryanto 2006 :41, “DAU bertujuan sebagai instrumen untuk mengatasi masalah horizontal imbalances yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dimana penggunaannya ditetapkan sepenuhnya oleh daerah block grants.” Menurut Saragih 2003 : 132, “tujuan DAU di samping untuk mendukung sumber penerimaan daerah juga sebagai pemerataan equalization kemampuan keuangan pemerintah daerah.”

3. Pendapatan Asli Daerah PAD

a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah PAD

Menurut Halim 2004 : 67, Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan “semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.” Menurut Kadjatmiko 2002 : 77, “Pendapatan Asli Daerah PAD adalah Universitas Sumatera Utara penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Menurut Halim dan Nasir 2006 : 44, Pendapatan Asli Daerah adalah “pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”

b. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah PAD

Klasifikasi PAD yang terbaru berdasarkan Permendagri 13 2006 adalah terdiri dari : pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah BUMN, dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang dan atau jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum, pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari angsuran cicilan penjualan. Menurut Halim 2004 : 67, “Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil Universitas Sumatera Utara perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah.” Klasifikasi PAD yang dinyatakan oleh Halim 2004 : 67 adalah sesuai dengan klasifikasi PAD berdasarkan Kepmendagri 29 2002. Pajak Daerah Berdasarkan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dalam Saragih 2003 : 61, yang dimaksud dengan “pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.” Menurut Halim 2004 : 67, “pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak.” Jenis-jenis pajak daerah untuk kabupaten kota menurut Kadjatmiko 2002 : 77 antara lain ialah : 1 Pajak hotel 2 Pajak restoran 3 Pajak hiburan 4 Pajak reklame 5 Pajak penerangan jalan 6 Pajak pengambilan bahan galian golongan C 7 Pajak parkir Universitas Sumatera Utara Retribusi Daerah Yang dimaksud dengan retribusi menurut Saragih 2003 : 65 adalah “pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi atau badan,” Menurut Halim 2004 : 67, “Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi daerah.” 1. Retribusi untuk kabupaten dan kota ditetapkan sesuai kewenangan masing-masing daerah terdiri dari : 10 jenis retribusi jasa umum, 4 jenis retribusi perizinan tertentu. 2. Retribusi untuk kabupaten dan kota ditetapkan sesuai jasa pelayanan yang diberikan oleh masing-masing daerah terdiri dari 13 jenis retribusi jasa usaha. Kadjatmiko, 2002 : 78 Jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten kota meliputi objek pendapatan berikut : i. Retribusi pelayanan kesehatan ii. Retribusi pelayanan persampahan kebersihan iii. Retribusi penggantian biaya cetak KTP iv. Retribusi penggantian biaya cetak akta catatan sipil v. Retribusi pelayanan pemakaman vi. Retribusi pelayanan pengabuan mayat vii. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum viii. Retribusi pelayanan pasar ix. Retribusi pengujian kendaraan bermotor x. Retribusi pemeriksaaan alat pemadam kebakaran xi. Retribusi penggantian biaya cetak peta xii. Retribusi pengujian kapal perikanan xiii. Retribusi pemakaian kekayaan daerah xiv. Retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan xv. Retribusi jasa usaha tempat pelelangan xvi. Retribusi jasa usaha terminal xvii. Retribusi jasa usaha tempat khusus parkir xviii. Retribusi jasa usaha tempat penginapan pesanggrahan villa xix. Retribusi jasa usaha penyedotan kakus xx. Retribusi jasa usaha rumah potong hewan xxi. Retribusi jasa usaha pelayanan pelabuhan kapal xxii. Retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olahraga xxiii. Retribusi jasa usaha penyeberangan di atas air Universitas Sumatera Utara xxiv. Retribusi jasa usaha pengolahan limbah cair xxv. Retribusi jasa usaha penjualan produksi usaha daerah xxvi. Retribusi izin mendirikan bangunan xxvii. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol xxviii. Retribusi izin gangguan xxix. Retribusi izin trayek Halim, 2004 : 68 Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan Menurut Halim 2004 :68, “Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.” Menurut Halim 2004 : 68, jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut “a bagian laba perusahaan milik daerah, b bagian laba lembaga keuangan bank, c bagian laba lembaga keuangan nonbank, d bagian laba atas penyertaan modal investasi.” Lain-lain PAD yang sah Menurut Halim 2004 : 69, “pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah.” Menurut Halim 2004 : 69, jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut “a hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, b penerimaan jasa giro, c penerimaan bunga deposito, d denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, e penerimaan ganti rugi atas kerugian kehilangan kekayaan daerah.” Universitas Sumatera Utara

4. Pendapatan Lain-lain Yang Dianggap Sah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal pada Kota di Pulau Sumatera

3 155 93

Analisis Flypaper Effect Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja Daerah Terhadap Efisiensi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

3 74 100

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Pendapatan lain-lain yang Dianggap Sah Terhadap Belanja Pemerintahan Daerah : Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara.

7 108 82

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Lain-lain Pendapatan terhadap Belanja Daerah (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara)

1 39 84

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dan Dana Bagi Hasil (DBH) Terhadap Belanja Langsung Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Jambi

1 37 98

Analisis Flypaper Effect Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja Daerah Terhadap Efisiensi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

0 0 15

Analisis Flypaper Effect Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja Daerah Terhadap Efisiensi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Otonomi Daerah - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal pada Kota di Pulau Sumatera

0 1 21

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal pada Kota di Pulau Sumatera

0 0 9

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal pada Kota di Pulau Sumatera

0 0 12