BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada  abad  ini, perkembangan teknologi komunikasi berjalan begitu pesat, dengan  ditemukannya  alat  cetak,  radio,  televisi  hingga  internet.  Semua  itu  untuk
menunjang  keinginan  manusia  untuk  mendapatkan  suatu  informasi  yang  dapat mereka gunakan untuk berbagai kepentingan yang sifatnya mendasar.
1
Perkembangan informasi dan komunikasi zaman ini melahirkan peradaban baru  yaitu  kehidupan  yang  tidak  dibatasi  oleh ruang  dan  waktu.  Salah satu trend
dalam  masyarakat  modern  sekarang  adalah  bagaimana  membangun  dunia  secara universal.  Sehingga  muncul  komunikasi  massa  yang  merupakan  suatu  tipe
komunikasi  yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannnya alat-alat mekanik, yang  mampu  melipatgandakan  pesan-pesan  komunikasi.  Karena  itu,  komunikasi
massa dapat dipahami sebagai komunikasi yang menggunakan media massa untuk menyampaikan pesan.
Dari  komunikasi  massa  kita  mendapat  istilah  media  massa.  Media  massa merupakan  suatu  istilah  yang  mulai  dipergunakan  pada  tahun  1920-an  untuk
mengistilahkan  jenis  media  yang  secara  khusus  didesain  untuk  mencapai
Deddy Iskandar Muda,  Jurnalistik televisi, Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 2003 Hal. 3
masyarakat  yang  sangat  luas.  Dalam  pembicaraan  sehari-hari,  istilah  ini  sering disingkat menjadi media.
2
Secara  tradisional  jenis-jenis  media  massa  adalah:  surat  kabar,  majalah, radio, televisi dan film layar lebar. Seiring dengan perkembangan teknologi dan
sosial budaya,
telah berkembang
media-media lain
yang kemudian
dikelompokkan ke dalam media massa seperti internet dan telepon selular. Dalam  realitasnya,  media  massa  sebagai  salah  satu  pioner  dalam
penyebaran  informasi,  membawa  dampak  yang  begitu  besar,  baik  dalam  bidang ekonomi, politik, agama, sosial budaya, kemasyarakatan dan lain-lain. Maka dapat
dipastikan bahwa perkembangan bidang informasi semakin sulit  sulit terbendung bahkan terus dipacu penyebaran inovasinya.
Media massa juga memiliki pengaruh pada pikiran, perasaan, dan perilaku kita.  Secara  perlahan-lahan  namun  efektif,  media  membentuk  pandangan
pemirsanya  terhadap  bagaimana  seseorang  melihat  pribadinya  dan  bagaimana seseorang  seharusnya  berhubungan  dengan  dunia  sehari-hari.  Setiap  jenis  media
dipercaya memiliki pengaruh yang berbeda terhadap khalayaknya.
3
Pada  fungsinya,  media  massa  menggunakan  model  penggunaan  dan pemuasan  atau  Uses  And  Gratifications  Models.  Secara  singkat  model  ini
menyatakan  bahwa  khalayak  memiliki  kebutuhan  akan  informasi  dan  dipuaskan dengan menggunakan media massa
2
www.id.wikipedia.orgmedia_massa ,  diakses  pada  tanggal  10  April  2009  pukul  14.00
WIB
3
William  L.Rivers,  Media  Massa  dan  Masyarakat  Modern  Jakarta:  Prenada  Media, 2004 hal. 28
Salah  satu  jenis media  massa yang cukup efektif adalah film. Film adalah cinemathographic
yang  berasal  dari  kata  cinema  +  tho  yaitu  Phytos  cahaya  + graphic
gambar,  tulisan  dan  citra.  Film  atau  motion  picture  ditemukan  dari prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Film sebagai alat komunikasi massa baru
dimulai pada tahun 1901, ketika Ferdinand Zecca membuat film “The Story Of a Crime”
di  Perancis  dan  Edward  S.  Pater  yang  membuat  film  “The  Life  of  an America Fire Man”
. Dari  catatan  sejarah  perfilman  Indonesia  film  pertama  yang  diputar
berjudul Lady Van Java yang diproduksi di Bandung pada tahun 1926 oleh David. Pada tahun 1927  1928 Kreuger Corporation memproduksi film Euis Atjih, dan
sampai  tahun  1930,  masyarakat  disuguhi  film  lutung  kasarung,  Si  Conat  dan  Si Pareh.  Film-film  tersebut  merupakan  film  bisu  dan  diusahakan  oleh  orang-orang
Belanda  dan  Cina.  Sejak  anggal  6  Oktober  1945  lahirlah  Berita  Film  Indonesia BFI,  bersamaan  dengan  pindahnya  Pemerintah  RI  dari  Yogyakarta.  BFI  pindah
dan  bergabung  dengan  Perusahaan  Film  Negara,  yang  kemudian  berganti  nama menjadi Perusahaan Film Nasional.
4
Film  dimasukkan  ke  dalam  kelompok  komunikasi  masssa;  karena  selain mengandung  aspek  hiburan  juga  memuat  pesan  edukatif.  namun  aspek  sosial
kontrolnya  tidak  sekuat  pada  surat  kabar  atau  majalah  yang memang  menyiarkan berita  berdasarkan  fakta.  Fakta  dalam  film  ditampilkan  secara  abstrak,  dengan
Marselli Sumarno,  Dasar-Dasar Apresiasi Film, 1
st
ed Jakarta: PT. Grasindo, 1993 h.
11
tema  cerita  yang  bertitik  tolak  dari  fenomena  yang  terjadi  di  tengah  masyarakat. bahkan dalam film, cerita dibuat secara imajinatif.
Pada  awal  perkembangannnya,  film  tidak  lebih  dari  pertunjukkan  hiburan dalam bentuk gambar bergerak motion picture dan berlangsung tanpa pelengkap
suara.  Film  yang  mempunyai  suara  baru  ditemukan  pada  tahun  1927. Dari masa ke  masa,  film mengalami perkembangan termasuk soal warna yang semula hitam
putih  sekarang  sudah  berwarna.  Dunia  ini  dimulai  oleh  seorang  Edward Muybridge  ketika  berusaha  mengambil  foto  kuda  yang  sedang  berlari  lewat
sebuah  rangkaian  kameranya.  Kreatifitas  ini  kemudian  terus  berlanjut  hingga dalam bentuknya seperti apa yang dapat kita tonton saat ini.
Pembentukkan opini dan sikap yang dibentuk film dapat dikatakan sebagai bentuk  pengertian  komunikasi.  Seperti  yang  dikatakan  oleh  Carl  I.  Hovland
bahwa  komunikasi  adalah proses mengubah perilaku orang lain Communication is  the  process  to  modify  the  behaviour  of  another  individuals
.  Ada  juga paradigma dari Harold D. Laswell bahwa komunikasi adalah proses penyampaian
pesan  dari  komunikator  kepada  komunikan  melalui  sebuah  media  yang  memiliki efek  tertentu.  Di  samping  itu,  para  pakar  psikologi  dengan  komunikasi  dalam
pengertian fenomena stimuli respon. Namun, sekarang ini film tidak popular disebut sebagai komunikasi massa
atau  media,  karena  media  massa  lebih  berkonotasi  kepada  media  yang  memuat
berita  yang  digarap  oleh  reporter  atau  wartawan.  Film  lebih  banyak  dipahami sebagai media hiburan yang diputar di bioskop dan Televisi
5
Belakangan  ini  dunia  perfilman  Indonesia  semakin  marak,  setelah  sempat vakum selama beberapa tahun. Sekarang banyak sekali film yang dibuat oleh para
kreator  dari  masing-masing  genre,  sebagai  tanda  telah  muncul  dan  bangkitnya kembali dunia perfilman nasional.
Film  yang  bertema  remaja  menjadi  sasaran  empuk  untuk  menjadi  target pasar,  terbukti  dengan  banyaknya  film-film  bertema  remaja  yang  sempat
mendominasi  perfilman  nasional,  seperti  Ada  Apa  Dengan  Cinta,  Eiffel  i’m  in Love,  Coblos  Cinta,  Virgin,
dll.  Walaupun film-film  bertema  sosial  juga sempat muncul seperti Pasir Berbisik, Soe Hok Gie, Biola Tak Berdawai, Laksar Pelangi,
Naga  Bonar, dll.  Selain  itu,  film-film  bertema  religi  juga  kini  tidak  ingin  kalah
bersaing dengan jenis film lainnya. Maka muncul film religi seperti Kiamat Sudah Dekat
karya  Deddy  Mizwar,  Rindu  Kami  Padamu  oleh  Garin  Nugroho,  Kun Fayakun
dari  Ust.  Yusuf  Mansyur,  atau  Ayat-Ayat  Cinta  karya  Hanung Bramantyo  yang  sempat  menjadi  film  terlaris  pada  tahun  2007,  “Doa  Yang
Mengancam”, Perempuan Berkalung sorban, dsb.
Film  yang  disajikan  di  bioskop  atau  televisi  dapat  menimbulkan  berbagai macam  persepsi  dari  orang  yang  menyaksikannya.  Misalnya  pada  film  yang
bernuansa  religi,  ada  yang  mempersepsinya  sebagai  tayangan  yang  baik  yang
5
Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam Jakarta: Logos, 1999 Cet ke-11, h. 27-28
mempunyai  nilai-nilai  moral  yang  positif.  Namun  ada  pula  yang  menilainya sebagai suatu hal yang dianggap mistis dan dapat merusak akidah.
Mengingat  begitu  banyak  film  yang  bernuansa  religi,  baik  yang ditayangkan  di  bioskop  atau  stasiun  televisi  swasta,  maka  penulis  tertarik  untuk
meneliti  persepsi  siswa  terhadap  salah  satu  film  religi  di  Indonesia  yakni  film “Doa Yang Mengancam” yang ditayangkan di bioskop pada September 2008 lalu.
penulis  mengangkat  siswa-siswi  SMA  Negeri 1 Sukaresmi sebagai subjek karena pada  remaja  kecerdasan  atau  kemampuan  berpikirnya  mulai  sempurna  dan kritis
dalam mengambil kesimpulan dan informasi. Selain itu penulis juga melihat minat siswa-siswi yang notabene adalah remaja ini kurang terhadap film bertema religi.
Adapun  objeknya  adalah  film  religi  yang  dianggap  dapat  menjadi  media yang  cukup  efektif  dalam  mengajarkan  nilai-nilai  moral  positif  dan  mengajak
khalayak pada jalan kebenaran. Dengan begitu banyaknya film bertema religi yang ditayangkan di bioskop
atau televisi,  maka  penulis  hanya  mengambil  satu  film  yang berjudul “Doa Yang Mengancam”.  Pengambilan  film ini sebagai objek karena peneliti menilai film ini
tidak disuguhi unsur-unsur mistik yang dapat merusak keimanan seseorang, justru disini  ada  pesan-pesan  keagamaan  yang  mengajarkan  kita  tentang  perlunya
berserah diri pada Allah Swt. Film  “Doa  Yang  Mengancam”  menceritakan  mengenai  kisah  hidup
seorang  buruh  bernama  Madrim  yang  merasa  lelah  hidup  susah,  merasa  Tuhan telah  melupakan  dia  dan  tidak  pernah  menjawab  doa-doanya.  Karenanya  dia
mengancam  Tuhan  agar  segera  mengabulkan  doanya.  Banyak  keajaiban  yang  dia
alami  setelah  mengancam  Tuhan.  Dan  pada  akhirnya  Madrim  dapat  merasakan bagaimana besarnya kekuasaan Tuhan.
Dari  permasalahan  tersebut,  maka  peneliti  mencoba  mengadakan penelitian  lebih  mendalam  dalam  laporan  penelitian  yang  diberi  judul  “Persepsi
Siswa SMA Negeri 1 Sukaresmi Terhadap Film Doa Yang Mengancam”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah