Kru dan Pemain Film Doa yang mengancam Sinopsis Film Doa yang Mengancam

Tapi tenang, tentu saja Sang Maha Kuasa tak tinggal diam. Dengan sekali sambaran petir-Nya, Madrim terkapar tak berdaya di tanah lapang. Bermula dari cerita pendek berjudul Dalam Doanya Dia Mengancam yang kemudian dituangkan kedalam skenario oleh Jujur Prananto yang juga menulis cerpennya. Sinemart Pictures kembali mempercayakan produksi filmnya kepada sutradara yang tengah happening lewat film Ayat-Ayat Cinta, Hanung Bramantyo. Judul filmnya nanti akan diberi judul Doa Yang Mengancam. Jika Anda pernah menyimak dua film sebelumnya dari sutradara Hanung Bramantyo, Get Married 1,3 juta penonton, Starvision Plus dan Ayat-Ayat Cinta 3,5 juta penonton, MD Pictures, maka Doa Yang Mengancam ini adalah perpaduan keduanya, yakni komedi-religi. Film ini direkam diatas pita Kodak 35 mm dan kamera 535, dengan lokasi hampir seluruhnya di seputaran Jakarta dan Depok.

b. Kru dan Pemain Film Doa yang mengancam

Banyak artis papan atas Indonesia yang terlibat dalam film Indonesia. Tokoh buruh bongkar muat bernama Madrim yang menjadi tokoh utama akan diperankan oleh Aming. Aktingnya akan disandingkan dengan Ramzi, bintang sinetron ini akan bermain sebagai Kadir. Istri cantik Madrim yang lugu akan dimainkan oleh Titi Kamal. Casting Director Amelia Oktavia harus bekerja keras untuk mengumpulkan nama-nama beken yang akan berperan dalam film ini, aktor senior Deddy Sutomo harus dikejarnya hingga Gedung MPRDPR, aktor kawakan ini akan memainkan karakter Tantra, seorang penjahat kelas atas sekaliber Eddy Tansil. Masih ada Nani Wijaya dan Cahya Kamila, duo ibu anak yang akan berperan sebagai ibu Madrim. Plus Berliana Febrianti yang akan memakai seragam Polisi lengkap berpangkat Aipda, Cici Tegal serta Jojon. Turut mengambil peran adalah Zaskia Mecca. Pendalaman karakter seluruh pemain dipercayakan pada Whani Dharmawan yang sekaligus mentor di Dapur Film Acting Course. 55 Hampir seluruh tim produksi Ayat-Ayat Cinta dan Get Married terlibat dalam produksi Doa Yang Mengancam, Director of Photography Faozan Rizal, Costume Designer Retno Ratih Damayanti, serta sound Adimolana, sementara Art Director dipercayakan pada Oscar Firdaus.

c. Sinopsis Film Doa yang Mengancam

56 Madrim, seorang kuli angkut di pasar induk, merasa dirinya bernasib paling malang di dunia. Ia terlibat banyak hutang, ditinggal istri yang cantik, dan diusir dari rumah kontrakan. Ia curhat ke Kadir, teman satu-satunya yang penjaga mushola. Kadir mengatakan semua itu terjadi karena Madrim tak pernah berdoa, dan menyarankan agar Madrim rajin sholat. Madrim mengikuti nasihat ini dan rajin sholat di mushola. Tapi nasibnya tak kunjung berubah. Suatu hari seorang maling yang sedang dikejar-kejar penduduk masuk mushola. Ia menyandera Kadir dan mengancam akan menusuk leher Kadir. 44 ... = = , , 4 -8 4 ... = = , , 4 + -8 Penduduk menyingkir. Si maling kemudian kabur. Peristiwa ini menjadi inspirasi bagi Madrim. Dalam doanya dia bukan hanya memohon tapi juga mengancam Tuhan. Ia memberi tenggat waktu tiga hari. Jika doanya tidak terkabul, ia akan berpaling ke setan. Madrim pun pergi berkelana. Pada hari ketiga, ia sampai di sebuah padang ilalang, dimana saat itu ia sudah mulai putus asa. Petir menyambarnya, ia jatuh pingsan dan ditolong penduduk desa. Setelah mengalami koma beberapa hari, ia pun sadar. Tiba-tiba, Madrim memiliki kemampuan yang sangat jarang dimiliki orang, ia dapat mengetahui keberadaan seseorang hanya dengan melihat fotonya. “Kemampuan melihat” ini lalu dimanfaatkan polisi untuk melacak keberadaan para buron. Puluhan buron berhasil ditangkap polisi atas “petunjuk” Madrim. Hal ini meresahkan Tantra, seorang “buron kerah putih” yang kaya raya. Ia pun menculik Madrim dan menahan di apartemennya dengan memberinya gaji buta dan pengawalan ketat. Madrim pun seketika hidup berkecukupan. Ia kemudian membayar semua hutang-hutangnya. Kadir menyarankan agar Madrim mengunjungi ibunya yang sudah begitu lama ia tinggalkan di kampung. Madrim pun mendatangi ibunya dan mengajaknya pindah ke Jakarta, tapi si ibu menolak. Saat si ibu mandi, Madrim menemukan foto ibunya saat masih muda. Sekonyong-konyong Madrim melihat gambaran masa-lalu ibunya. Ia pun sangat terkejut. Madrim yang syok kembali ke Jakarta. Ia memohon, dan lagi-lagi mengancam Tuhan agar ia dibebaskan dari “kemampuan lebih”-nya yang ternyata justru menyiksa dirinya. Doanya tak mempan. Kadir menduga, jangan-jangan “kemampuan lebih” itu bukan pemberian Tuhan, tapi pemberian setan. Maka Madrim pun “menggugat setan”, minta agar ia dikembalikan jadi manusia biasa. Madrim melakukan dialog ini dalam kondisi mabok, sampai secara tak sengaja ia melakukan sesuatu yang membuatnya tersetrum listrik Lagi-lagi Madrim mengalami koma. Setelah siuman, ia bukannya kehilangan kemampuan, tapi kemampuannya justru bertambah. Ia bukan saja bisa melihat gambaran seseorang saat ini, tapi juga gambaran di masa mendatang Tantra gembira sekali Madrim memiliki kemampuan baru ini, dan memanfaatkannya habis-habisan untuk bermain saham. Hanya dengan melihat foto seorang penyiar televisi yang menyiarkan berita perkembangan saham, Madrim bisa melihat apa yang terucap si penyiar sekian hari mendatang. Walhasil, kenaikan atau pun penurunan harga saham bisa diprediksi secara sangat tepat Dalam tempo singkat kekayaan Madrim meningkat. Tapi ia tak kunjung bahagia karena ia justru tak mampu melacak keberadaan istrinya sendiri. Ia pun memohon pada Tuhan agar dipertemukan dengan istrinya Tantra yang melihat Madrim lesu dan kesepian, berinisiatif memanggilkan seorang pelacur kelas atas ke apartemen Madrim. Pelacur ini pun datang dan ternyata dia adalah Leha, istri Madrim Leha merasa sangat terpukul dan melarikan diri. Madrim mengejarnya sampai lantai tertinggi apartemen. Madrim merayunya agar Leha mau hidup bersama lagi seperti dulu, tapi Leha memilih jalan lain. Leha bunuh diri dengan cara emnjatuhkan dirinya dari lantai tertinggi apartemen tersebut. Madrim merasa sangat terpukul dan memutuskan “membuang” semua kekayaannya menyerahkannya ke Kadir untuk dikelola dan memilih jadi orang biasa. Tapi muncul kemudian gambaran dirinya di masa depan : Madrim yang sudah miskin masih juga ditodong dan ditusuk penjahat karena tak bisa menyerahkan apa-apa. Madrim panik dan memutuskan untuk pergi ke padang ilalang tempat ia pertama kali mendapat kekuatan. Di padang ilalang ini ia berteriak memanggil-manggil petir agar datang dan menyambarnya, dan berharap agar dengan tersambar petir kekuatannya akan hilang dan ia bisa kembali menjadi manusia biasa. Tapi sang geledek tak kunjung datang. Berhari-hari Madrim bergolek di padang ilalang. Sampai nyaris mati lemas. Kepala Desa lagi-lagi menemukan Madrim dan menolongnya. Kadir yang datang ke desa ini karena sudah bisa menduga tujuan kepergian Madrim mengatakan ia dan orang-orang desa berdoa untuk keselamatannya. Madrim merasa iri pada orang-orang yang masih bisa berdoa, karena dirinya sudah takut berdoa. Kadir menyarankan agar Madrim bersikap tawakal. Semua kejadian yang telah menimpa Madrim akhirnya menyadarkannya bahwa kekayaan dan kesuksesan yang telah diraihnya tidak membuatnya bahagia karena dia sendiri tidak dapat menikmatinya bersama dengan orang-orang yang dia cintai. Akhirnya Madrim bertobat, dia kembali menjemput ibunya dan memilih memulai hidup baru Dibantu oleh sahabatnya, kadir, Madrim dan Ibunya membuka sebuah warung makan sederhana sebagai mata pencaharian baru mereka.

BAB IV PERSEPSI SISWA SMA NEGERI 1 SUKARESMI TERHADAP FILM

”DOA YANG MENGANCAM”

A. Deskripsi Responden

SMAN 1 Sukaresmi beralamat di Jl. Mariwati km.4 Kecamatan Sukaresmi kabupaten Cianjur provinsi Jawa Barat. Telepon 0263 581209, faksimili 0263 580519. Jumlah siswa di SMA Negeri 1 Sukaresmi untuk tahu ajaran 2008-2009 mencapai 1033 siswa dan siswi dari seluruh tingkatan, dengan jumlah siswa berjenis kelamin laki-laki sebanyak 458 orang dan siswa berjenis kelamin perempuan berjumlah 575 orang. Dalam penelitian ini, respondennya adalah siswa-siswi SMA Negeri 1 Sukaresmi, yakni kelas X, kelas XI dan kelas XII semua program study di sekolah tersebut. Penulis mengambil jumlah sampel sebanyak 103 siswa. Karena penulis menggunakan 10 dari jumlah populasi kelas X, XI dan XII. Penulis mencoba menghitung sampel dengan 10 maka 1033 x 10 = 103,3, dibulatkan menjadi 103 siswa. Jadi, setelah dipersentasi dengan 10 hasilnya adalah 103 siswa. Dan sampel tersebut berasal dari kelas X, XI dan XII dari program study IPA, IPS dan Bahasa. Sementara itu, untuk memperoleh data yang lebih luas mengenai persepsi responden maka penulis juga melakukan wawancara Deep Interview yang merupakan bagian dari metode penelitian kualitatif. Dari 103 responden, maka penulis mengambil siswa sebanyak 21 orang. Pengambilan sampel ini didasarkan