Data Informan Penelitian TEMUAN DAN ANALISA DATA

memberhentikan wawancara dengan Andika, ternyata beliau adalah salah satu orang tua yang pekerja keras, tetapi beliau tidak menjadi keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor. 73 Bapak Rusdi sangat dekat dengan keluarga Ibu Lisna terutama dengan Andika dan April, sesekali beliau bercanda dengan Andika dan April yang ingin pergi bermain bersama teman-temannya. 74 Untuk Edi sendiri, dia adalah teman bermain Andika yang kebetulan adalah teman sekelas Andika di sekolah. 75 Pada saat penulis melakukan wawancara kedua dengan Andika, ternyata Andika menyudahinya karena dia ingin bermain bola dengan teman-temannya. Pada saat itulah penulis ikut bermain bola dengan Andika yang kebetulan Andika mengajak penulis untuk ikut bermain bola dengan teman-temannya. Dari sini lah penulis mencari informan pendukung yang kebetulan adalah Edi teman bermain bola sekaligus teman sekolah dari Andika.

B. Pola Pengasuhan Anak Dampingan SOS

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang penulis lakukan kepada informan utama di Tegallangkap, pada umumnya pola pengasuhan yang diterapkan oleh keluarga Ibu Lisna adalah pengasuhan yang mendidik dimana setiap anak untuk berperilaku baik dan mandiri serta memberikan bimbingan, mengajarkan disiplin yang diterapkan sejak anak-anak masih kecil, memberikan kesempatan anak untuk berkomunikasi, selalu memonitor segala aktifitas anak agar memahami aturan dan memiliki rasa tanggung jawab. 76 Dalam hal pengasuhan ini orang tua tunggal selaku Ibu Lisna tidak 73 Wawancara dengan Bapak Rusdi pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 74 Observasi pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 didekat rumah Ibu Lisna 75 Observasi pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015 dilapangan bola dekat rumah Ibu Lisna 76 Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015 sendirian dalam mengasuh anak, SOS CV – FSP Bogor turut andil dalam memberikan pemahaman pengasuhan yang telah disesuaikan dalam program penguatan keluarga. Setiap keluarga diberikan pengetahuan tentang pengasuhan berkualitas, pelatihan untuk mendapatkan penghasilan tambahan, bagaimana cara berhubungan dengan pemerintah setempat. Karena program penguatan keluarga ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kondisi terburuk yang dapat menyebabkan terpisahnya anak dari keluarga biologis mereka. 77 Dalam mengasuh Ibu Lisna menerapkan kedisiplinan dan ketegasan dalam pengasuhan anak. Hal ini terlihat ketika Andika dan April meminta izin kepada ibu nya untuk bermain bersama dengan teman-temannya. Selain itu Andika dan April juga di ajarkan oleh ibunya berperilaku baik dan sopan kepada teman-temannya dan terutama orang yang lebih tua, yaitu : “Ketika anak-anak saya melakukan kesalahan atau nakal tentunya hal yang pertama saya lakukan adalah dengan menegurnya dan menasehati mereka dengan memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik dan buruk ”. 78 Hal ini juga diungkapkan oleh Andika sebagai anak kedua yaitu: “Ibu saya sangat memperhatikan anak-anaknya. Ya kalau saya dan adik saya ada yang melanggar aturan langsung ditegur dan dinasehati biar ga melanggar aturan lagi”. 79 Hal ini juga disampaikan oleh Erik selaku Relawan SOS CV – FSP bogor yaitu : “Kalau pengasuhan Ibu Lisna mengasuh anak dengan mendidik, membimbingan dan mengarahkan mana yang baik dan mana yang buruk kepada anak-anaknya. Beliau mendapatkannya pada saat masih kecil dimana diajarkan oleh Ibunya seperti itu”. 80 77 Wawancara dengan Mas Martin pada hari Kamis tanggal 2 April 2015 78 Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015 79 Wawancara dengan Andika pada hari Rabu tanggal 29 April 2015 80 Wawancara dengan Erik pada hari Jumat tanggal 3 April 2015 Hal ini juga diperkuat oleh Bapak Rusdi selaku tetangga dari Ibu Lisna dengan wawancara berikut : “Waktu hari minggu pagi pada saat saya pergi melihat Andika sedang mengepel rumahnya, ternyata dia diberikan hukuman oleh Ibu nya karena tidak salat subuh dan pulang sampai adzan magrib pada hari sebelumnya”. 81 Ibu Lisna terlihat sangat menyayangi ketiga anak mereka, apalagi setelah Ibu Lisna bercerai dengan suaminya, Ibu Lisna lah yang merawat mereka seorang diri dengan mencari nafkah sebagai orang tua tunggal mereka. Dengan menjadi orang tua tunggal, terlihat Ibu Lisna masih memonitor kedua anaknya yang masih bersekolah dan ada hukuman bagi anak yang melakukan kesalahan, tetapi dengan hukuman yang positif. Dari observasi dan wawancara, penulis menyimpulkan bahwa Ibu Lisna selaku orang tua tunggal menjadikan dirinya menjadi kepala keluarga yang menjadi seorang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga. Setelah bercerai dengan suaminya Ibu Lisna mempunyai dua peranan penting yang harus dijalankan olehnya sendiri. Terlihat dari pengasuhan yang dilakukan oleh Ibu Lisna menjadikan dirinya mempunyai dua peranan yaitu peranan ayah dan peranan Ibu, walaupun didalam sebuah keluarga seharusnya terdapat ayah, ibu, dan anak, akan tetapi dalam hal ini fungsi keluarga dalam hal pengasuhan harus dijalankan sesuai dengan kondisi keadaan dimana Ibu Lisna menjadi orang tua tunggal. Pada saat penulis menanyakan adakah hukuman yang diberikan oleh orang tua pada saat anak melakukan kesalahan, Ibu Lisna menjawab ada hukuman apabila anak melakukan kesalahan. Hal ini membuat anak akan 81 Wawancara dengan Bapak Rusdi pada hari Rabu 29 April 2015 merasa bertanggung jawab dan berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Data tersebut diperkuat juga dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Ibu Lisna, Erik, dan Bapak Rusdi berikut kutipan wawancaranya: “Ada hukuman yang diberikan agar anak-anak tidak mengulangi kesalahan yang sama dan agar mereka menjadi anak yang bertanggung jawab a tas apa yang telah dilakukan”. 82 “Adanya hukuman untuk anak yang melanggar supaya menaati peraturan yang telah disepakati”. 83 “Kalau hukuman pasti diberikan tetapi setahu saya Ibu Lisna tidak pernah main tanganmencubit, menjewer anaknya tetapi lebih memberikan hukuman apabila ada anaknya melakukan kesalahan”. 84 Dari beberapa kutipan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa keluarga Ibu Lisna sudah menerapkan peraturan untuk anak-anaknya serta adanya hukuman yang diberikan apabila ada anak yang melanggar peraturan tersebut. Dalam hal pembuatan peraturan anak pun harus dilibatkan sehingga anak merasa ikut bertanggung jawab atas pelaksaan aturan yang telah ada dan nantinya dapat mengurangi resiko pelanggaran aturan. Dalam hal pembuatan peraturan Ibu Lisna pun melibatkan anak-anak agar mereka selalu ingat bahwa peraturan yang Ibu Lisna dan anak-anaknya buat dan telah disepakati sehingga dapat mengurangi hukuman-hukuman apabila ada anak yang melanggar, tetapi Ibu Lisna memberikan hukuman dengan cara yang baik tanpa ada unsur kekerasan, dengan cara memberikan hukuman menyuruh anak belajar, membersihkan kamarnya, dan membantu 82 Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015 83 Wawancara dengan Erik pada hari Jumat tanggal 3 April 2015 84 Wawancara dengan Bapak Rusdi pada hari Rabu 29 April 2015