Pola Pengasuhan Anak Dampingan SOS
merasa bertanggung jawab dan berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Data tersebut diperkuat juga dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Ibu
Lisna, Erik, dan Bapak Rusdi berikut kutipan wawancaranya: “Ada hukuman yang diberikan agar anak-anak tidak mengulangi
kesalahan yang sama dan agar mereka menjadi anak yang bertanggung jawab a
tas apa yang telah dilakukan”.
82
“Adanya hukuman untuk anak yang melanggar supaya menaati peraturan yang telah disepakati”.
83
“Kalau hukuman pasti diberikan tetapi setahu saya Ibu Lisna tidak pernah main tanganmencubit, menjewer anaknya tetapi lebih
memberikan hukuman apabila ada anaknya melakukan kesalahan”.
84
Dari beberapa kutipan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa keluarga Ibu Lisna sudah menerapkan peraturan untuk anak-anaknya serta
adanya hukuman yang diberikan apabila ada anak yang melanggar peraturan tersebut. Dalam hal pembuatan peraturan anak pun harus dilibatkan sehingga
anak merasa ikut bertanggung jawab atas pelaksaan aturan yang telah ada dan nantinya dapat mengurangi resiko pelanggaran aturan.
Dalam hal pembuatan peraturan Ibu Lisna pun melibatkan anak-anak agar mereka selalu ingat bahwa peraturan yang Ibu Lisna dan anak-anaknya
buat dan telah disepakati sehingga dapat mengurangi hukuman-hukuman apabila ada anak yang melanggar, tetapi Ibu Lisna memberikan hukuman
dengan cara yang baik tanpa ada unsur kekerasan, dengan cara memberikan hukuman menyuruh anak belajar, membersihkan kamarnya, dan membantu
82
Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015
83
Wawancara dengan Erik pada hari Jumat tanggal 3 April 2015
84
Wawancara dengan Bapak Rusdi pada hari Rabu 29 April 2015
orang tua adalah hukuman yang positif untuk anak yang sedang dalam masa tumbuh remaja.
Dalam hal pengasuhan Ibu Lisna dibantu oleh SOS CV – FSP Bogor
dimana pihak SOS CV – FSP Bogor memberikan pemahaman-pemahaman
tentang pengasuhan yang akan membuat Ibu Lisna kaya akan beragam pola pengasuhan dan mencari tahu tentang pengasuhan yang terbaik bagi anak-
anaknya dan memberikan Bantuan Sarana Pendidikan BSP berupa fasilitas pendidikan untuk anaknya yang bernama Andika.
Hal ini dijelaskan oleh Mas Martin apa itu Bantuan Sarana Pendidikan BSP, yaitu :
“Bantuan Sarana Pendidikan BSP itu untuk keluarga dampingan SOS CV
– FSP Bogor yang benar-benar tidak mampu dan memang sangat membutuhkan perlengkapan sekolah. Bantuan Sarana Pendidikan disini
memberikan fasilitas pendidikan seperti; seragam sekolah, sepatu sekolah, tas sekolah, buku dan alat tulis sekolah bila diperlukan,”.
85
Hal ini juga diperkuat oleh Ibu Lisna yang mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan BSP untuk anaknya, berikut hasil wawancaranya:
“Untuk bantuan yang diberikan selain pemahaman tentang pengasuhan ada Bantuan Sarana Pendidikan BSP. BSP yang diberikan berupa
seragam sekolah, sepatu sekolah dan uang transportasi untuk kesekolah dan yang mendapatkannya adalah Andika anak kedua saya
”.
86
Hal ini juga disampaikan oleh Andika sebagai anak yang mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan BSP dari SOS CV
– FSP Bogor, berikut wawancaranya :
“Saya tahu dan saya yang mendapatkan bantuan tersebut, bantuan yang saya terima adalah seragam sekolah, sepatu sekolah, dan uang ongkos
untuk berangkat sekolah. Bantuan ini sangat bermanfaat kak, dan saya
85
Waw ancara dengan Mas Martin pada hari Jum’at tanggal 3 April 2015
86
Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015
juga berterima kasih kepada kakak-kakak dari SOS CV – FSP Bogor
yang telah memberikan saya bantuan ini”.
87
Erik juga menjelaskan tentang Bantuan Sarana Pendidikan yang diberikan oleh SOS CV
– FSP Bogor, berikut hasil wawancaranya : “Bantuan Sarana Pendidikan BSP sudah sangat disesuaikan, karena
bantuan yang diberikan kita benar-benar melihat kebutuhan anak tersebut baru lah kita memberikan anak tersebut Bantuan Sarana
Pendidikan apabila kita sudah mengetahui apa saja yang memang dibutuhkan oleh keluarga dan
anak”.
88
Hal di atas diperkuat dari hasil kutipan wawancara penulis dengan para informan pendukung yang mengetahui dan respon mereka atas bantuan yang
telah diberikan oleh SOS CV – FSP Bogor, berikut hasil kutipan
wawancaranya: “Sangat bangga masih ada lembaga seperti SOS CV – FSP Bogor yang
masih peduli terhadap Desa Tegallangkap ini seperti Mas Martin dan Erik saja. Mereka adalah pemuda asli sini yang peduli terhadap Desa
Tegallangkap ini”.
89
“Saya sangat senang sekali kak melihat teman saya Andika mendapatkan bantuan tersebut, setelah pemberian itu Andika lebih
semangat untuk kesekolah kak. Jadi dia tidak malu-malu lagi untuk berjalan dilingkungan sekolah
”.
90
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa Ibu Lisna selaku orang tua tunggal dalam melaksanakan pola pengasuhannya terbantu oleh adanya
pihak dari SOS CV – FSP Bogor yang ikut terlibat dalam pengasuhan kepada
anak dan memberikan Bantuan Sarana Pendidikan BSP yang sangat bermanfaat bagi keluarga dampingan tersebut khususnya kepada anaknya yang
bernama Andika. Melihat dari hasil wawancara ini informan pendukung pun memberikan kesan positif atas apa yang diberikan SOS CV
– FSP Bogor
87
Wawancara dengan Andika pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015
88
Wawancara dengan Erik pada hari Jumat tanggal 3 April 2015
89
Wawancara dengan Bapak Rusdi pada hari Rabu tanggal 29 April 2015
90
Wawancara dengan Edi pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015
walaupun hanya sebuah perlengkapan sekolah tetapi dapat membuat keluarga Ibu Lisna terbantu dan Andika semakin giat lagi belajar, mengingat Ibu Lisna
sebagai orang tua tunggal pantas untuk dibantu dan anak-anak mereka masih bersekolah di tingkat SD dan SMP.
Dalam hal ini SOS CV – FSP Bogor tidak memberikan santunan berupa
uang kepada keluarga dampingannya, tetapi dengan memberikan pemahaman tentang pengasuhan dan memberikan santunan berupa perlengkapan sekolah
untuk anak. Tetapi dalam hal memberikan Bantuan Sarana Pendidikan BSP SOS CV
– FSP Bogor tidak langsung memberikannya akan tetapi keluarga dampingan harus benar-benar membutuhkannya.
Data tersebut di dapat dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Mas Martin, Ibu Lisna, Erik dan Edi, berikut kutipan wawancaranya:
“SOS CV – FSP disini tidak memberikan santunan berupa uang kepada keluarga dampingan kami, karena akan membuat pemikiran mereka
malas untuk bekerja dan membuat maindset mereka terjajah akan hal bantuan-bantuan yang ada. BSP pun diberikan melalui kerja sama
antara SOS CV
– FSP Bogor dengan pihak sekolah”.
91
“Karena Andika sangat membutuhkannya, seragamnya sudah bolong- bolong dan sepatunya rusak. Bantuan ini sangat bermanfaat buat
keluarga kami sehingga beban saya berkurang dengan adanya bantuan tersebut
”.
92
“Karena anak adalah pintu masuk kita ke keluarga yang memang membutuhkan karena faktor ekonomi, lalu kita melakukan pendekatan
kepada kepada orang tua dan tidak ada batas waktu untuk kami merubah keluarga untuk mandiri
”.
93
“Pada saat menerima bantuan Andika sedang belajar di sekolah, sangat senang karena sepatu yang sebelumnya dia pakai sudah rusak dan
b olong yang sudah tidak layak lagi untuk dipakai”.
94
91
Wawancara dengan Mas Martin pada hari Jum’at tanggal 3 April 2015
92
Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015
93
Wawancara dengan Erik pada hari Jumat tanggal 3 April 2015
94
Wawancara dengan Edi pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa SOS CV – FSP
Bogor memberikan bantuan kepada keluarga dampingannya dengan cara memberikan santunan berupa perlengkapan sekolah, disini terlihat
memberikannya pun keluarga dampingan harus benar-benar membutuhkan seperti keluarga Ibu Lisna tersebut. Dimana Andika mendapatkan Bantuan
Sarana Pendidikan berupa seragam dan sepatu sekolah, karena sepatu sekolahnya sudah bolong-bolong sehingga mendapatkan BSP tersebut. Dengan
bantuan yang diberikan oleh SOS CV – FSP Bogor, keluarga Ibu Lisna sangat
terbantu dan mengurangi beban yang menjadi orang tua tunggal. Dalam pemberian Bantuan Sarana Pendidikan BSP disini sangat
disayangkan mengingat yang mendapat Bantuan Sarana Pendidikan BSP tersebut hanya seorang anak dari keluarga dampingan SOS CV
– FSP Bogor, karena keluarga Ibu Lisna mempunyai dua orang anak yang masih bersekolah.
Penulis mencoba menggali keluarga Ibu Lisna adakah kecemburuan sosial dari seorang anak April yang tidak mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan
BSP dengan anak Andika yang mendapatkannya Bantuan Sarana Pendidikan BSP.
Dalam hal ini Ibu Lisna menanggapi adakah kecemberuan sosial pada April yang tidak mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan dengan Andika
yang mendapat bantuan, berikut kutipan hasil wawancaranya : “Alhamdulillah untuk cemburu atau iri April tidak pernah seperti itu,
karena April pun masih anak-anak. Seandainya pun Andika mendapatkan sepatu baru, pasti saya akan memberikan dan membelikan
juga sepatu baru untuk April dengan uang hasil kerja saya
”.
95
Hal ini diperkuat dengan perkataan April selaku anak yang tidak
95
Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015
mendapatkan Bantuan
Sarana Pendidikan
BSP, berikut
kutipan wawancaranya:
“Ya tidak lah kak, kan saya juga dapat pakaian dan sepatu baru buat sekolah dari Ibu saya. Jadi ketika kakak saya dapat dari Mas Martin,
saya juga dapat dari Ibu saya”.
96
Penjelasan di atas juga diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan tetangga dari Ibu Lisna yang bernama Bapak Rusdi dan teman bermain
Andika yang bernama Edi, berikut ini hasil dari kutipan wawancaranya : “Bantuan yang diberikan itu seragam sekolah dan sepatu sekolah yang
belum lama diberikan dari pihak sekolah kepada Andika, ternyata Ibu Lisna menyiapkan sepatu dan seragam baru buat April. Jadi Andika
mendapatkan bantuan dari SOS CV
– FSP Bogor yang bekerja sama dengan pihak sekolah, lalu April mendapatkannya dari Ibunya
sendiri”.
97
“Pada saat sehabis pulang sekolah saya bermain kerumah Andika, ternyata Ibunya Andika dan April sedang mencoba sepatu baru yang
dipakai oleh April. Jadi saya tahu pada hari yang sama Andika dapat bantuan sepatu baru dan April dibelikan sepatu baru oleh ibu nya, jadi
April tidak iri kepada kakaknya yang mempunyai sepatu baru”.
98
Dalam hal ini Mas Martin memberikan penjelasan tentang adakah kecemburuan sosial antara anak yang tidak mendapatkan Bantuan Sarana
Pendidikan BSP dengan yang mendapatkannya dan kenapa yang diberikan hanya seorang anak dampingan SOS, berikut kutipan hasil wawancaranya :
“Tidak ada kecemburuan sosial antara anak yang tidak mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan dengan yang mendapatkannya, karena kami
bekerja sama dengan pihak sekolah. Jadi keluarga menerima BSP tersebut dari pihak sekolah bukan melalui kami
”.
99
Dari hasil wawancara penulis menyimpulkan bahwa keluarga Ibu Lisna sudah menyiapkan sepatu dan seragam sekolah baru untuk April yang tidak
96
Wawancara dengan April pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015
97
Wawancara dengan Bapak Rusdi pada hari Rabu tanggal 29 April 2015
98
Wawancara dengan Edi pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015
99
Wawancara dengan Mas Martin pada hari Jumat tanggal 3 April 2015
mendapatkannya, diberikan secara berbarengan agar April tidak memiliki rasa cemburuiri kepada kakaknya Andika yang mendapatkan bantuan tersebut
dari SOS CV – FSP Bogor. Jadi keluarga Ibu Lisna baik April yang tidak
mendapatkan bantuan dan Andika yang mendapatkan bantuan tidak ada masalah dengan kecemburuan sosial yang dihadapi selama ini, karena Ibu
Lisna sudah melakukan yang terbaik bagi anak-anaknya dan menciptakan solusi bagi kedua anaknya.
Dari pihak SOS CV – FSP Bogor sendiri sudah seperti itu dimana yang
mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan BSP hanya satu anak dalam sebuah keluarga, tetapi selain itu Andika juga mendapatkan uang transportasi untuk
kesekolah, karena sekolah Andika sangat jauh dari rumah berbeda dengan dengan April yang sangat dekat dari rumah. Dengan bekerjasama dengan pihak
sekolah Bantuan Sarana Pendidikan dapat tersalurkan dengan baik bagi keluarga dampingan yang memang sangat membutuhkan.
Data tersebut diperkuat juga dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Ibu Lisna, Bapak Rudi, Edi dan Mas Martin, berikut kutipan
wawancaranya: “Jadi saya berikan berbarengan dengan pihak sekolah yang mengasih
Bantuan Sarana Pendidikan. Andika juga mendapatkan uang transportasi dari pihak SOS CV
– FSP Bogor, untungnya sekolah April tidak jauh dari rumah, tidak seperti Andika yang jauh dari rumah”.
100
“Ibu Lisna sangat pintar membuat anak-anaknya supaya tidak bertengkar. Setahu saya April tidak mendapatkan bantuan, tetapi Ibu
Lisna ini sudah menyiapkan rencana apabila bantuan yang akan diberikan buat Andika sudah turun lalu Ibu Lisna akan menyiapkan
bantuan yang sama buat April”.
101
100
Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015
101
Wawancara dengan Bapak Rusdi pada hari Rabu tanggal 29 April 2015
“Setahu saya April tidak mendapatkan bantuan, kalau April itu mempunyai sepatu baru yang dibelikan oleh ibunya”.
102
“Karena sistem SOS CV – FSP Bogor sudah seperti itu yang mendapatkan bantuan hanya satu anak saja dari setiap keluarga
dampingan kami, tetapi kita fokus kepada semua anak. Selain itu BSP diberikan apabila sangat dibutuhkan, karena SOS CV
– FSP Bogor tidak ingin keluarga dampingannya ketergantungan dengan bantuan
yang ada, tapi lebih mengarah merubah pola pikirmaindset orang tua untuk bekerja keras menghidupi keluarganya tanpa memperdulikan
bantuan yang ada”.
103
Dari hasil wawancara diatas penulis dapat menyimpulkan pihak SOS CV
– FSP Bogor tidak ingin keluarga dampingannya selalu menunggu bantuan yang akan diberikan dan akhirnya membuat keluarga menjadi malas-malasan
dengan bantuan yang ada, makanya Bantuan Sarana Pendidikan diberikan pada saat anak sudah sangat membutuhkannya barulah pihak SOS CV
– FSP Bogor memberikannya. Jadi Bantuan Sarana Pendidikan BSP ini sangat disesuaikan
untuk kemandirian keluarga tersebut, kemudian untuk saat ini di keluarga Ibu Lisna permasalahan yang dihadapi anak dalam kecemburuan sosial yang
dialami oleh April yang tidak mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan dengan Andika yang mendapatkannya sudah diatasi dengan sangat baik, karena
keluarga Ibu Lisna sudah tahu bagaimana cara menyikapi bantuan tersebut agar anak-anak mereka tidak saling iri atau cemburu.
Selajutnya penulis menggali tentang adakah perbedaan dalam hal pengasuhan yang dilakukan oleh Ibu Lisna terhadap anak-anaknya dimana ada
seorang anak yang mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan BSP dengan anak yang tidak mendapatkan Bantuan Sarana Pendidikan BSP. Seperti yang
disampaikan oleh Ibu Lisna, berikut kutipan hasil wawancaranya :
102
Wawancara dengan Edi pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015
103
Wawancara dengan Mas Martin pada hari Jumat tanggal 3 April 2015
“Dalam hal pengasuhan saya tidak pernah membeda-beda kan anak- anak saya, semua anak saya akan mendapatkan pengasuhan yang layak
dari saya seperti kasih sayang, perhatian dan apa saja akan saya lakukan untuk anak-anak saya bisa menjadi kebanggaan keluarga
”.
104
Dalam hal pengasuhan yang dilakukan Ibu Lisna terhadap ke dua anak nya, tidak ada unsur perbedaan antara anak yang mendapatkan Bantuan Sarana
Pendidikan BSP dari SOS CV – FSP Bogor dengan anak yang tidak
mendapatkan bantuan. Ibu Lisna sangat menyayangi ketiga anak-anak nya dan mendapatkan kasih sayang serta perhatian yang sama, namun Andika yang
sedang memasuki masa remaja yang harus mendapatkan perhatian lebih agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang negatif dan April yang sedang manja-
manjanya membuat Ibu Lisna harus melakukan pendekatan yang lebih kepada anak-anaknya.
Hal ini juga diungkapkan oleh Andika sebagai anak yang mendapatkan bantuan dari SOS CV
– FSP Bogor dalam menanggapi adakah perbedaan dalam hal pengasuhan, berikut hasil wawancaranya :
“Ibu tidak pernah membeda-bedakan saya dengan April, hanya saja saya selalu di nasehati Ibu untuk tidak salah dalam mencari teman,
karena saya bisa sekolah juga karena dapat bantuan dari SOS CV – FSP
Bogor ”.
105
Hal ini juga diungkapkan oleh April sebagai anak yang tidak mendapatkan bantuan dari SOS CV
– FSP Bogor, yaitu : “Ibu saya tidak pernah membeda-bedakan saya dengan kakak-kakak
saya, Ibu saya sangat sayang sekali sama saya dan kakak-kakak saya, w
alaupun Ibu bekerja tapi perhatian Ibu selalu buat kami kak”.
106
Hal ini diperkuat dengan informan pendukung Bapak Rusdi dan Edi, berikut hasil wawancara :
104
Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2015
105
Wawancara dengan Andika pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015
106
Wawancara dengan April pada hari Selasat tanggal 5 Mei 2015
“Ibu Lisna tidak pernah membeda-bedakan anak-anaknya, beliau sangat sayang sekali terhadap anak-anaknya. Tidak pernah ada perbedaan
dalam pengasuhan atau bahkan apapun ”.
107
“Tidak pernah kak, kalau mereka belum pulang bermain pasti dicariin dua-duanya dan itu pun harus pulang keduanya. Ibu Lisna tidak pernah
membanding-bandingkan anak- anaknya”.
108
Hal ini juga di sampaikan oleh Mas Martin dalam hal pengasuhan anak yang mendapatkan bantuan dari SOS CV
– FSP Bogor dengan anak yang tidak mendapatkan bantuan. Yaitu :
“Saya dan teman-teman yang lain belum pernah menemukan ada orang tua yang membeda-bedakan dalam hal pengasuhan anak baik yang
mendapatkan bantuan maupun tidak. Semua orang tua yang menjadi dampingan SOS CV
– FSP Bogor selama ini memperlakukan anak mereka semua sama dalam hal pengasuhan.”.
109
Dari hasil wawancara yang penulis dapatkan dari para informan utama maupun pendukung, Disini terlihat tidak ada perbedaan pengasuhan yang
dilakukan oleh Ibu Lisna dalam mengasuh Andika yang mendapatkan bantuan dari SOS CV
– FSP Bogor dengan April yang tidak mendapatkan bantuan. Semua anak diperlakukan sama dengan Ibu Lisna sebagai anak dan tidak
pernah membeda-bedakan dalam hal pengasuhannya. Fungsi SOS CV – FSP
Bogor juga mendampingi keluarga yang rentan terhadap pengasuhan dengan cara penguatan keluarga yang selalu mendampingi anak dalam belajar yang
sudah di agendakan serta membantu orang tua dalam hal pengasuhan.
110
Menurut Yuliani, anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang
khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis,
107
Wawancara dengan Bapak Rusdi pada hari Rabu tanggal 29 April 2015
108
Wawancara dengan Edi pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015
109
Wawancara dengan Mas Martin pada hari jumat tanggal 3 April 2015
110
Observasi pada hari Sabtu tanggal 4 April 2015
antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar.
111
Jadi diperlukan pengasuhan yang baik dan tidak ada unsur perbedaan anak, semua
diperlakukan sama agar anak tumbuh kembang dengan cara apa yang ia dapatkan dari orang tuanya.
Dalam hal jenis pengasuhan, Ibu Lisna menerapkan pola pengasuhan demokratis. Untuk mencapai tujuan tersebut, orang tua menggunakan jenis
pengasuhan tertentu sebagai dasar untuk memberikan pengasuhan yang baik. Hal ini diketahui ketika penulis melakukan wawancara dengan Ibu Lisna
tentang kemauan anak untuk bersekolah dan keinginan anak untuk sesuatu yang ia butuhkan. Hal ini yang disampaikan oleh Ibu Lisna :
“Kalau masalah keinginan anak untuk bersekolah, saya hanya mendorong dan mendukung Andika dan April yang ingin tetap
bersekolah. Tidak ada unsur paksaan dari saya dalam hal apapun, jadi saya hanya mendorong dan memotivasi mereka supaya tetap rajin
sekolah dan apa-apa yang diinginkan anak pasti saya dukung dan mengikutinya asalkan yang terbaik untuk anak
”.
112
Hal ini juga diungkapkan oleh Andika sebagai anak kedua yaitu: “Ibu saya sangat mendukung dan memotivasi saya dan April supaya
rajin bersekolah agar menjadi orang yang pintar dan berguna bagi keluarga. Lalu apa yang saya inginkan, ibu tidak pernah melarang
selama ibu bisa membantu dan yang diinginkan itu yang terbaik buat
saya dan April.”.
113
Hal ini juga diungkapkan kembali oleh Ibu Lisna, dimana beliau berkata :
“Saya menerapkan pengasuhan yang diberikan oleh kakak-kakak SOS CV
– FSP bogor tentang pengasuhan.dan sangat bermanfaat sekali, karena pemahaman-pemahaman seperti inilah dibutuhkan bagi orang
111
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Indeks, 2011, h. 55.
112
Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2015
113
Wawancara dengan Andika pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2015
tua di Desa Tegallangkap ini ”.
114
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam mengasuh anak, yang paling penting adalah bagaimana cara untuk lebih mengetahui
keadaan, karakter dan sifat anak, sehingga cara pengasuhan yang diterapkan sesuai dengan situasi dan kondidsi anak, sehingga hasil dari pengasuhan
tersebut dapat efektif dan maksimal. Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa pola pengasuhan yang diterapkan oleh keluarga dampingan SOS CV
– FSP Bogor yang menjadi informan utama penulis adalah pola pengasuhan
Demokratis. Data tersebut diperkuat juga dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan informan utama dan informan pendukung, sebagai berikut :
“Saya juga menggunakan pola asuh demokratis, pola asuh ini yang terbaik menurut saya, karena kakak-kakak SOS CV
– FSP Bogor pernah menjelaskan apa itu pola asuh demokratis, pemahaman-
pemahaman seperti ini lah yang saya perlukan dalam mengasuh anak”.
115
“Ibu tidak pernah memaksa saya kak, kalau kemauan tetap bersekolah itu kemauan saya dan Ibu pun selalu memberikan hadiah apabila saya
atau April mendapatkan rangking 3 besar, itu semua supaya saya dan
April termotivasi agar rajin bersekolah”.
116
Pola asuh demokratis baik untuk diterapkan dalam mengasuh anak, karena dapat menumbuhkan banyak nilai-nilai positif, dan lebih bermanfaat
bagi tumbuh kembang anak-anak. Dimana pada teori yang dijelaskan di bab II oleh Diana Baumrind dan berdasarkan indikator-indikator pembentukan
kepribadian pada anak cenderung dengan upaya membuat aturan yang ditaati bersama anak, berkomunikasi dengan santun dan terbuka pada anak, dan juga
dimana orang tua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak
114
Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Rabu 13 Mei 2015
115
Wawancara dengan Ibu Lisna pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2015
116
Wawancara dengan Andika pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2015
dengan cara orang tua membimbing, mengarahkan anak untuk masa depan, serta adanya hukuman apabila ada anak berperilaku salah atau kurang pantas
dan memberikan pujian atau hadiah kepada anak apabila berprestasi. Ibu Lisna menjelaskan bahwa SOS CV
– FSP Bogor hanya membantu keluarga saya tapi saya lah yang akan menentukan anak-anak saya mau seperti
apa kedepannya dengan bimbingan dan mengarahkan untuk masa depan yang jelas. Saya bersukur masih ada yang peduli terhadap anak-anak saya yaitu SOS
CV – FSP Bogor yang selalu memberikan pemahaman-pemahaman tentang
pengasuhan yang membuat saya semakin kuat dan kaya akan pengetahuan, itu semua modal untuk menghidupi anak-anak saya.
117
Dengan diterapkannya pola pengasuhan berbasis keluarga yang dilakukan oleh Ibu kandungnya sendiri memudahkan anak untuk dibimbing,
dibina, dirawat, dilindungi dan dipenuhinya kebutuhan dasar anak yang dilakukan oleh orang tuanya dan cenderung bersikap demokratis oleh Ibu Lisna
selaku keluarga dampingan SOS CV – FSP Bogor diharapkan pertumbuhan
dan perkembangan anak dapat terarahkan sehingga dapat membentuk anak asuh yang sholeh dan mempunyai bekal yang cukup dalam mengaruhi
kehidupanya kelak dikemudian hari.