28
B. Penyaluran Pembiayaan
1. Definisi pembiayaan Pembiayaan atau Financing adalah pendanaan yang diberikan oleh
sutu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendaan yang di keluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
15
Pembiayaan adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak bankpemberi pinjam atas dasar kepercayaan kepada pihak lain
nasabahpenerima pinjaman dengn janji akan menbayar pinjaman pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak.
16
Adapun menurut rumusan Undang-undang perbakan nomor 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 12 yang kini diganti menjadi Undang-undang perbankan
nomor 21 Tahun 2008 pasal 1 ayat 25 adalah “ Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik; c. transaksi jual beli dalam bentukpiutang murabahah, salam, dan istishna;
15
M. Nur Rianto Al Arief, Dasar – Dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandung: Alfabeta, 2010, h. 42.
16
Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal, Credit Managemant Hand Book: Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir, dan Nasabah, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006, h. 4.
29
d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; e. transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa. Berdasarkan persetujuan atau kesepakantan antara Bank Syariah
danatau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai danatau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil”.
17
Kredit atau pembiayaan merupakan bagian terbesar dari aktiva produktif sehingga merupakan penghasilan utama sekaligus sumber dan
potensi resiko terbesar dalam aktivitas bank. Pembiayaan atau kredit dilakukan dengan tujuan bagi bank untuk mendapatkan laba.
2. Tujuan dan fungsi pembiayaan
Gambar 2.2: Siklus Dana Bank Syariah
BANK SYARIAH
SURPLUS UNIT DEFICIT UNIT
Adapun tujuan pemberian atau penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah adalah sebagai berikut
18
:
17
Indonesia Legal Center Publishing, Himpunan Peraturan Perundangan-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008, Jakarta: CV Karya Gemilang, 2009, Cet. Ke-1, h. 4.
18
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010, h. 100.
30
a. Mencari Keuntungan Pemberian pembiayaan merupakan upaya untuk memperoleh hasil
dalam bentuk bagi hasil yang diterima oleh bank sebagai balas jasa yang di bebankan kepada nasabah, dengan harapan nasabah yang memperoleh
pembiayaan bertambah maju dalam usahanya. b. Membantu Usaha Nasabah
Membantu usaha nasabah yang memerlukan pinjaman dana, baik investasi maupun modal kerja, sehingga debitur akan dapat
mengembangkan dan memperluas usahanya. c. Membantu Pemerintah
Semakin banyak pembiayaan yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin banyak pengusaha yang dapat berkembang,
sehingga mendukung pembangunan di berbagai sektor yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan pemerintah dari sektor pajak.
d. Membantu Masyarakat Semakin berkembang sektor riil yang diusahakan oleh pengusaha
mikro, kecil dan menengah, akan menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat, sehingga kesejahteraan masyarakat akan meningkat.
Disamping memiliki tujuan pemberian suatu fasilitas pembiayaan juga memiliki suatu fungsi yang sangat luas. Fungsi pembiayaan yang secara luas
tersebut antara lain:
31
a. Meningkatkan daya guna uang b. Meningkatkan daya guna barang
c. Meningkatkan peredaran uang d. Meningkatkan semangat dalam berusaha
e. Sebagai alat stabilitas ekonomi f. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
g. Sebagai alat hubungan internasional 3. Prinsip Analisis Pembiayaan
Terdapat 5lima C prinsip pembiayaan yang digunakan pula dalam perbankan syariah, yaitu:
19
a. Character adalah data tentang kepribadian dari calon pelanggan seperti sifat-sifat pribadi, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar
belakang keluarga maupun hobinya. Character ini untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi
kewajibannya dengan kata lain ini merupakan willingness to pay. b. Capacity merupakan kemampuan calon nasabah dalam mengelola
usahanya yang dapat dilihat dari pendidikannya, pengalaman mengelola usaha business record nya, sejarah perusahaan yang pernah dikelola
pernah mengalami masa sulit apa tidak, bagaimana mengatasi kesulitan.
19
http:kjksmadani.wordpress.com200901195cprinciple-prinsip-pemberian-pembiayaan syariah
, diakses pada Mei 28, 2010, 10:02:35 PM.
32
Capacity ini merupakan ukuran dari ability to play atau kemampuan dalam membayar.
c. Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikelolanya. Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan rugi-laba, struktur
permodalan, ratio-ratio keuntungan yang diperoleh seperti return on equity, return on investment. Dari kondisi di atas bisa dinilai apakah layak
calon pelanggan diberi pembiayaan, dan beberapa besar plafon pembiayaan yang layak diberikan.
d. Collateral adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Collateral ini
diperhitungkan paling akhir, artinya bilamana masih ada suatu kesangsian dalam pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta
yang mungkin bisa dijadikan jaminan. e. Condition, pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan
kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Ada suatu usaha yang sangat tergantung dari kondisi perekonomian, oleh
karena itu perlu mengaitkan kondisi ekonomi dengan usaha calon pelanggan.
Berdasarkan pengertian atau penjelasan diatas, jadi jumlah pembiayaan yang disalurka adalah salah satu jasa yang diberikan kepada para nasabahnya
dalam bentuk pinjaman modal berupa uang, barang dan jasa baik secara
33
pribadi maupun kelompok yang akan dikembalikan pada suatu saat yang telah ditentukan dengan memberikan kontraprestasi berupa bagi hasil.
4. Produk Penyaluran Pembiayaan a. Produk Jual beli, terdiri dari:
1 Ba’I al Murabahah
Bai murabahah defferend payment sale, adalah akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang di
sepakati
.
20
⌧ ☺
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama- suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. QS An-Nisa: 29
Aplikasinya dalam perbankan dengan bentuk pembiayaan untuk pembelian barang-barang inventori, baik produksi maupun
konsumsi. Bank sebagai penjual, nasabah sebagai pembeli sedangkan keuntungan dan harga pokok disepakati di awal.
20
M. Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Mustasiq, Beirut: Darul Qalam, 1998, vol. II, h. 216.
34
2 Ba’I al As-Salam As-Salam dinamakan juga salaf pendahuluan, yaitu jual beli
barang dengan criteria tertentu dengan pembayaran sekarang namun diterima sekarang.
21
Ba’I al As-Salam diperbolehkan berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 282:
. ..
Artinya: “hai orang yang beriman apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya dengan benar…”.
Ibnu Abbas sahabat Rasulullah SAW, menyatakan bahwa ayat ini mengandung hukum jual beli yang ketentuan waktunya harus jelas.
Alasan lainnya adalah sabda Rasulullah SAW yang berbunyi. “Barangsiapa yang melakukan salaf salam, hendaknya ia
melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui”. HR. al-Bukhari,
Muslim, Abu Daud, al-Nasa’I, al-Tirmizi, dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas.
3 Ba’I al-Istishna
21
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, jilid 4, Terjemah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006 , h. 167.
35
Ba’I al-Istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontark ini, pembuat barang menerima
pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau mem beli barang menurut spesifikasi yang
telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat ats harga serta sistem pembayaran: apakah
pembayaran dilakukan dimuka, melalui cicilan, atau di tangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan dating. Landasan hukum
transaksi istisna adalah: “Istisna adalah akad jual beli dimana produsen ditugaskan untuk
membuat suatu barang pesanan sesuai permintaan pemesan”. Fiqh Sunnah Sayid Sabiq
b. Produk Bagi hasil, terdiri dari: 1 Mudharabah
Kata mudharabah berasal dari kata al-dharb fi al-ardhi’ yaitu usaha dalam perniagaan. Sebagai mana firman Allah SWT,
….
…
Artinya: ….dan yang lain lagi, mereka berpergian di muka bumi mencari sebagian karunia dari Allah….” Al-
Muzzamil:20.
Pengertian mudharabah ialah akad antara dua pihak dimana salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang sebagai modal kepada
36
pihak lainnya untuk diperdagangkan. Laba dibagi dua sesuai dengan kesepakatan.
22
2 Musyarakah Musyarakah atau syirkah secara definisi adalah akad kerja
sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Sebagai mana firman Allah SWT dalam
QS. Annisa: 12.
…….. ……
Artinya: “…..Maka mereka berserika pada sepertiga….” c. Produk Sewa ijarah
Dalam syariat Islam, ijarah adalah jenis akad untuk mengambil manfaat dengan kompensasi. Pihak pemilik yang menyewakan sesuatu
disebut mu’ajjir. Adapun pihak yang menyewa disebut musta’jir. Dan, Sesuatu yang diambil manfaatnya disebut ma’jur. Sedangkan jasa yang
diberikan sebagai imbalan atas manfaat tersebut disebut ajrah atau ujrah ‘upah’.
23
22
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, h. 217.
23
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, h. 203.
37
Apabila akad sewa diputuskan, penyewa sudah memiliki hak atas manfaat dan pihak yang menyewakan berhak mengambil kompensasi
sebab sewa adalah akad mu’awadhah timbal balik.
5. Prosedur Umum Memperoleh Pembiayaan Untuk mendapatkan pembiayaan, sebenarnya sederhana yaitu hampir
sama dengan istilah kredit dalam bank konvensional. Yang menjadi perbedaannya adalah pada bank syariah tidak dikenal dengan istilah bunga
interest, yang ada hanya nisbahbagi hasil. Posisi pelaku usaha adalah sebagai mitra partnership,yang berarti mempunyai kesejajaran dengan
pemilik modal bank syariah. Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa untuk mendapatkan pembiayaan dalam bank syariah prosesnya sebagai
berikut: a. Pelaku usaha datang ke bank syariah untuk mengajukan pembiayaan
dengan yang mereka kehendaki. Pengajuan pembiayaan dengan kedua skim ini dilakukan secara tertulis dengan memuat beberapa hal diantaranya
adalah : 1 Identitas nasabah
2 Jenis proyek 3 Pihak-pihak yang terkait
4 Proyeksi keuntungan, dll.
b. Marketing Manager Account Officer AO setelah menerima permohonan pembiayaan dari pelaku usaha, selanjutnya akan mempelajari dan
38
menganalisa kelayakan bisnis nasabah studi kelayakan, historis usaha nasabah baik kualitatif maupun kuantitatif serta kelayakan proyek atau
usaha yang akan dikerjakan oleh nasabah. c. Setelah dilakukan studi kelayakan, kemudian Bagian Administrasi
Pembiayaan akan menganalisa kelengkapan administrasi nasabah dari segi yuridis maupun kelengkapan perizinan dan keabsahan proyek tersebut.
Beberapa hal yang menjadi perhatian dari segi kelengkapan yuridis tersebut adalah Akta Pendirian Perusahaan, menyangkut pemilik perusahaan dan
kelengkapan izin lainnya. Segi yuridis tentang keabsahan proyek tersebut akan diperhatkan oleh Bagian Administrasi Pembiayaan.
d. Hasil pemeriksaan dari Bagian Administrasi Pembiayaan akan disampaikan kepada Account Officer untuk dipresentasikan pada Komite Pembiayaan.
komite pembiayaan tersebut akan menilai permohonan dan hasil pemeriksaan yang telah direkomendasikan untuk disetujui. Apabila usulan
pemberian pembiayaan tersebut disetujui atau dianggap layak maka Komite Pembiayaan akan memberikan persetujuannya terutama menyangkut:
1 Jumlah pembiayaan yang akan diberikan pada nasabah 2 Jangka waktu pengembalian
3 Nisbah bagi hasil yang harus dipenuhi nasabah 4 Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah biasanya
berupa jaminan atau agunan yang akan jadi jaminan. e. Account Officer berdasarkan persetujuan dari Komite Pembiayaan
selanjutnya akan mengirimkan surat pembiayaan kepada nasabah. Setelah
39
nasabah setuju atas apa yang tercantum dalam surat persetujuan tersebut, maka nasabah akan menandatanganinya, sebagai tanda telah disetujui
persyaratan pembiayaan yang akan diberikan oleh Bank Syariah. f. Selanjutnya bagian administrasi atau Bagian Hukum akan menyiapkan
akad pembiayaan antara nasabah dengan Bank Syariah. Akad pembiayaan ini merupakan perjanjian pokok dari pembiayaan karena menentukan hak
dan kewajiban kedua belah pihak serta akibat hukumnya.Akad pembiayaan ini merupakan pengikatan persetujuan untuk berbagi keuntungan atas
pendapatan atau laba suatu proyek tertentu dengan memperhatikan kelengkapan dokumen dan rincian proyek yang akan dikerjakan serta
segala sesuatu ketentuan term dan kondisi term and condition yang telah disepakati.
g. Dengan telah ditandatanganinya akad pembiayaan ini maka secara langsung telah sah perikatan yang terjadi antara kedua belah pihak. Ini
berarti nasabah telah bisa mencairkan dananya di Bank Syariah. Pencairan dana tersebut dilakukan dengan memberikan Surat Permohonan Realisasi
Mudharabah atau Musyarakah SPRM yang berisi permintaan pencairan dana untuk dimulainya usaha.
h. Account Officer selanjutnya akan mencairkan dana untuk pembiayaan usaha tersebut dengan membuat Tanda Terima Uang Oleh Nasabah
TTUON. Selama pembiayaan usaha berlangsung maka Account Officer bertanggung jawab mengawasi atas kelancaran usaha. Karena hal ini
40
berguna bagi bank atas kelancaran nasabah untuk membayar kembali pembiayaan yan telah diterima dan juga bank syariah untuk memperoleh
nisbah yang telah disepakati. i. Pembayaran bagi hasil bagi bank akan dilakukan setiap bulannya
tergantung dengan pendapatan yang diterima mudharib, sedangkan pokoknya akan dibayarkan kemudian.
BAB III GAMBARAN UMUM PT. BPRS ALSALAAM