Nama-nama Surat Al-Fatihah Keistimewaan Surat Al -Fatihah

Muhammad SAW, yang menurut sejarah disekitar satu tahun menjelang Rasulullah SAW pindah hijrah kemadinah, yaitu pada tahun ke-13 dari kenabian Muhammad SAW. 14

3. Nama-nama Surat Al-Fatihah

Surat yang mulia ini memiliki nama cukup banyak dan begitu indah, berikut ini adalah nama-nama lain dari surat Al Fatihah: 1. Ash-shalaah shalat. 2. Al-Hamdu segala puji. 3. Fatihatul Kitab pembuka kitab. 4. Ummul Kitab Induk Al-kitab. 5. Ummul Qur’an induk Al-Qur’an. 6. Al-Matsani yang diulang-ulang. 7. Al-Qur’an Al-Azhim Al-Qur’an yang agung. 8. Asy-Syifa’ penawar obat. 9. Ar-Ruqyah manterajampi. 10. Al-Asas dasarfondasi. 11. Al-Waafiyah yang lengkappenyempurna. 12. Al-Kafiyah yang mencukupi 15 .

4. Keistimewaan Surat Al -Fatihah

Surat Al-Fatihah ini memiliki banyak Fadhilah keutamaan, seperti yang diterangkan dalam beberapa riwayat, 14 ibid, hal :19 15 H. Darwis Abu Ubaidah, op cit, hal. 23 16 Imam Abi Abdillah Muhammad bin ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari Al Ju”fi, Shahih Al-Bukhari, 6103, Bab Fatihatil Kitab “Ketika aku sedang sholat dipanggil oleh Nabi, aku tidak menjawabnya. Setelah aku selesai sholat aku katakan kepada beliau bahwa aku tadi sedang sholat. Lalu beliau bersabda, :bukankah Allah telah berfirman : Jawabalah seruan Allah dan Rasul-Nya apabila ia Allah dan Rasul- Nya menyeru kamu” Kemudian beliau berkata: “Ingatlah aku kakn mengajarkan kepadamu satu surat yang teragung di dalam al_quran sebelum kamu keluar dari m asjid itu, aku berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya engkau tadi mengatakan: ingatlah aku akan mengjarkan kepadamu satu surat yang teragung di dalam al- Quran”. Beliau bersabda: “Alhamdulillahirabbil’aalamiin. Ia adalah tujuh ayat yang diulang- ulang, dan al- Quran yang agung telah diberikan kepadaku.” Dalam riwayat lain Rasullah SAW. Bersabda : . 17 “Allah tidak menurunkan seperti Ummul Quran Al-Fatihah di dalam Taurat dan tidak pula di dalam Injil. Ia adalah As- Sab’ul Al-Matsaani tujuh ayat yang diulang, dia terbagi antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta.” Ibnu Hisar berkata : “ Heran kalau ada orang yang berbeda pendapat tentang adanya keutamaan dan tidaknya suatu surat atau ayat, banyak dalil-dalil yang menunjukan adanya keistimewaan atau kelebihan suatu surat atau ayat atas surat yang lainnya “. 18 Bukan hanya terdapat ayat atau surat saja, bahkan ada hari, bulan atau saat- saat tertentu yang diistimewakan Allah SWT. Seperti halnya hari Jum‟at, malam Jum‟at, bulan Ramadhan, dihari-hari Tasyriq dan lain-lainnya, adalah saat-saat istimewa dalam beribadah.Bahkan ada pula tempat-tempat yang lebih diistimewakan Allah SWT dari tempat-tempat yang lainnya untuk sholat dan berdoa seperti Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah, dan Masjid al-Aqsho di Palestina. 19 17 Abu Isa Muhammad bin Isa bin saurah At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, pada pembahasan tafsir al-Quran, bab surah al-Hijr, 5295 hadisno. 3125. dan Imam Malik dalam kitab _Al- Muwaththa’ pada pembahasan tentang shalat, bab hadis tentang Ummul Quran 182, hadist no. 37. 18 H. Bey Arifin, Op Cit, hal :2 19 Ibid, hal: 4 Dari uraian dan dalil yang telah diterangkan diatas, berikut ini adalah keistimewaan lain dari surat al-Fatihah: 1. Surat paling besar „Azham 2. Tidak terdapat dalam kitab Taurot Injil dan Zabur 3. Hanya diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW 4. Langsung mendapat jawaban dari Allah SWT ketika seseorang membacanya 5. Dengan membacanya maka kita akan aman dari segala bahaya 6. Sebagai obat sesuai dengan yang diniati pembaca al-Fatihah 20 5 . Tafsir Surat Al-FatihahAyat 1-7 Ayat 1  “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” Allah memulai kitab-Nya dengan Basmalah, dan memerintahkan Rasulullah SWA sejak dini pada wahyu yang pertama untuk melakukan pembacaan dan semua aktifitas dengan nama Allah, Iqra’ Bismi Rabbika, maka tidak keliru jika dikatakan bahwa basmalah merupakan pesan pertama Allah kepada manusia, pesan agar manusia memulai setiap aktivitasnya dengan nama Allah. 21 Lafazh  asalnya adalah Al-Ismu, musytaq dari lafzh Al-Summu yang artinya Al- Rif’ah luhur, dan Al-ulwu tinggi.Ada yang mengatakan musytaq dari lafazh Al-Simah. 22 Menurut Syeikh Muhammad Ali As-Sobuni pendapat yang assoh adalah pendapat yang pertama musytaq dari lafzh Al-Summu dan itu 20 Ibid, hal: 9 21 M. Quraish Shihab,Tafsir Al-mishbah, volume 1, Op Cit, hal: 11 22 Al-Qurthubi, Jaami’I Al-Ahkam Al-Qur’an, juz 1, hal: 100. Diterangkan juga oleh Syeikh Muhammad Ali As-Sobuni dalam tafsirnya Rawa’iu Al-Abayan Tafsir Ayat Al-Ahkam Min Al- Qur’an, juz 1, hal: 15. adalah pendapat para ulama Basroh. Karena jamaknya adalah lafazh  firman Allah SWT, “ “ “Dan Allah memiliki Asma‟ul Husnah nama- nama yang terbaik.”Q.S. Al-A‟raf: 180. Al-Qurthubi berkata: yang terkenal dikalangan ahli bahasa, bahwa berasal dari kata basmala, para ulama berbeda pendapat tentang penempatan huruf ba pada kalimat . Ada yang mengatakan bahawa menempatkan huruf ba pada awal lafazh .sebagai perintah atau amr, yang takdirnya anta yang berarti engkau, yang pada awalnya kalimat tersebut ibda’bismillah “mulailah dengan membaca bismillah.” Begitulah pendapat Imam Al- Farra‟. Sedangkan Az-Zujaj berpendapat bahwa penempatan huruf ba pada lafazh .adalah sebagai khabar atau berita, yang takdirnya adalah ana yang berarati aku.Pada awalnya kalimat ini berbunyi ibtada’tu bismillah yang berarti “aku memulai dengan membaca bismillah.” 23 Para ulama berbeda pendapat tentang pengertian dari kata “ Ismun “. Quthrub berkata:“kata Ismun ditambahkan ke dalam lafazh bismillah untuk mengagungkan dan memuliakan Allah SWT. Sedangkan Al-Akhfasy berkata, kata “ismun” ditambahkan ke dalam lafazh bismillah untuk mengeluarkan lafazh tersebut dari bentuk kalimat sumpah ke bentuk kalimat meminta berkah. Sebab asal dari bismillah adalah billah. 24 Abu Ubaidah Ma‟mar bin Al-Mutsanna berpendapat bahwa kata ismun yang terdapat pada lafazh  adalah shillah tambahan. 25 23 H.Darwis Abu Ubaidah, Op Cit, hal : 25 24 Tafsir Al-Qurthubi, Op Cit, hal: 257 25 Ibid, hal: 256 Lafazh .Ditulis tanpa huruf alif, karena sudah tercukupi oleh huruf ba’ ilshaaq yang terdapat dalam lafazh dan tulisan bismillah.Hal ini sudah banyak dilakukan. Berbeda halnya dengan firman Allah:    “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu”Q.S. Al-Alaq: 1 pada firman Allah ini huruf alif tidak dibuang, karena jarang dilakukan. 26 Sebagian ulama berpendapat, makna . dengan menyebut nama Allah adalah, Aku memulai dengan pertolongan, taufik, dan keberkahan Allah SWT. 27 Huruf ba muta‟alaknya pada Fi‟il yang dibuang, yang mencocoki pada keadaan si pembaca. Ketika seseorang ingin membaca sesuatu lalu ia memulai dengan .Maka artinya adalah aqro‟u musta‟inan bismillah. 28 Lafazh  adalah merupakan nama Tuhan yang paling agung dan popular, apabila kita bekata “Allah” maka apa yang kita ucapkan itu telah mencangkup semua nama-nama-Nya yang lain, sedangkan apabila kita mengucapkan nama- Nya yang lain misalnya Ar-Rahman, Al-Malik dan sebagainya, maka kita hanya menggambarkan sifat Rahmat atau sifat kepemilikan-Nya saja. 29 Tidak ada seorang pun selain Dia yang dinamai dengan nama Allah baik secara hakikat maupun majaz, sedang sifat-sifat-Nya yang lain secara umum dapat dikatakan bisa disandang oleh mahluk-mahluk-Nya. Oleh karena itu lafazh  Ini tidak dijadikan tasniyah dan tidak dan tidak pula dijadikan jamak. Secara tegas Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri yang menamai dirinya Allah, dalam firman-Nya dikatakan :  … 26 ibid,hal: 258 27 Ibid, hal: 256 28 Syeikh Muhammad Ali As-Sobuni dalam tafsirnya Rawa’iu Al-Abayan Tafsir Ayat Al- Ahkam Min Al- Qur’an, juz 1, hal: 15. 29 M. Quraish Shihab,Tafsir Al-mishbah, volume 1, Op Cit, hal: 17 “Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku...”Q.S. Taha: 14. Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:  “Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya ?.”Q.S. Maryam: 65 Ayat ini dipahami oleh pakar Al- Qur‟an bermakna: “ Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang bernama seperti nama ini ? atau apakah engkau mengetahui sesuatu yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan sebagaimana pemilik nama itu Allah ?atau bermakna Apakah engkau mengetahui ada nama yang lebih agung dari nama ini ? juga dapat berarti Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan Diayang patut disembah ?. Pertanyaan-pertanyaan yang mengandung makna sanggahan ini semuanya benar, karena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang wajib wujud-Nya itu yang berhak manyandang nama tersebut, sedangkan selain-Nya tidak ada bahkan tidak boleh. 30 Abu ja‟far berkata: lafazh  mengikuti bentuk kata fa’laan yang berasal dari akar kata rahima, dan  mengikuti bentuk kata fa’iil dari akar kata yang sama. Secara etimologi tidak seorangpun ahli bahasa yang memungkiri bahwa kata  memiliki makna yang lebih spesifik dari pada kata , meskipun keduanya berasal dari akar kata yang sama . Dari sisi riwayat ditemukan sejumlah pendapat yang berbeda: As-Sari bin Yahya At-Tamimi menceritakan kepadaku, dia berkata, Utsman bin Zufar menceritakan kepada kami, dia berkata: aku mendengar Al-Arzami menakwilkan:  dia berkata,  meliputi seluruh makhluk, dan  khusus untuk orang-orang beriman. 31 30 Ibid, hal: 17 31 Tafsir Ath-Thabari, Op Cit, hal : 214 Ayat 2  “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam.” Imam Al-Qurthubi berpendangan bahwa  segala puji dalam bahasa Arab adalah pujian sanjungan yang sempurna, Alif dan Lam  pada kalimat adalah unuk istighraq menghabiskant terhadap segala bentuk pujian, karena Dialah yang memiliki nama-nama yang baikindah dan sifat-sifat yang mulia. Dengan demikian dapat dipahami bahwa segala puji dan sanjungan hanya milik dan kepunyaan Allah, selain dari Allah tidak setupun dari makhluk ini yang pantas dan layak mendapat pujian. 32 Kalmiat atinya Adalah yang berkuasa, setiap orang yang menguasai sesuatu maka dialah rabb-nya. Rabb merupakan satu diantara nama-nama Allah yang mulia, Rabb dapat diartikan yang menciptakan, mengatur, memperbaiki, melindungi, yang melaksanakan, menghidup dan mematikan. Sedangkan biasa diartikan semesta alam.Para ulama berbeda pendapat dalam menjelaskan al-alamiin. 33 Qatadah berpendapat bahwa al-alamiin adalah semua alam, segala yang ada selain Allah. Ibnu Abbas bekata bahwa al-aalamiin adalah jin dan manusia, berdasarkan surat al-furqan ayat pertama.           “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan Al Quran kepada hamba- Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”Q. S. Al- Furqan:1 32 H.Darwis Abu Ubaidah, Op Cit, hal : 36 33 Ibid, hal: 37 Sedangkan hewan tidak termasuk kedalam ayat ini. Sementara Al- farra‟ dan Abu Ubaidah berkata bahwa al-amiin adalah khusus untuk makhluk yang berakal, dan hal itu ada empat kelompok: Jin, manusia, malaikat, dan setan. Oleh karena itu hewan tidak termasuk didalamnya. Sedangkan Wahab bin Munabbih berkata : Sesungguhnya Allah memiliki delapan belas ribu alam, dunia ini adalah satu diantaranya. 34 Abu Said Al-khudri berkata : Allah memiliki empat puluh ribu alam, dunia ini dari Timur sampai ke Baratnya adalah satu diantaranya. Abu Aliyah berkata: Jin adalah alam, manusia adalah alam, selain itu bagi empat penjuru bumi ini. Dan setiap penjuru ada seribu lima ratus alam. Semuanya itu Allah ciptakan agar mereka beribadah kepada Allah SWT. 35 AYAT 3  “Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” Ar-Rahman dan Ar-Rahim adalah dua sifat yang dimiliki Allah, dua nama diantara nama-nama yang indah asmaul husna yang dimiliki Allah. Kedua sifat ini berasal dari kata Ar-Rahman kasih sayang dalam bentuk kalimat mubalaghah, Ar-Rahman lebih dari Ar-Rahim, karena Ar-Rahman adalah adalah yang mempunyai kasih sayang yang mencangkup dan meliputi untuk semua makhluk yang ada didunia ini, sedangkan Ar-Rahim hanyalah diperuntukkan untuk orang-orang yang beriman diakhirat kelak. Ar-Rahim artinya bahwa Allah mempunyai sifat kasih sayang bagi orang-orang yang beriman kelak dihari kiamat.Demikianlah mayoritas pendapat para ulama. 36 Di dalam salah satu firman-Nya Allah SWT telah menjanjikan bahwa Ar- Rahim kasih sayangNya itu hanya diperuntukkan kepada para hamba-Nya yang beriman, firman Allah SW. 34 Ibid, hal : 37 35 Ibid, hal : 37 36 Ibid, hal : 38                “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya memohonkan ampunan untukmu, supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya yang terang.dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. ”Al-Ahzab : 43. AYAT 4  “Yang menguasai hari pembalasan.” Maha bekuasanya Allah pada hari itu, hari kiamat, bukan berarti pada hari- hari ini Allah tidak berkauasa.Kekuasaan Allah meliputi dunia dan akhirat.Hanya saja dikhususkannya kekuasaan pada hari itu hari pembalasan, karena pada hari tersebut tidak ada seorang pun yang dapat berbuat apa-apa, bahkan berbicara pun tidak sanggup, kecuali orang-orang yang dikasih izin oleh Allah. 37 As-Syaikh Muhammad Ali As-Sobuni mengomentari ayat Allah yang mulia ini dengan mengatakan : “yakni Dialah Allah yang maha suci yang berkuasa untuk memberikan balasan dan hisab perhitungan, yang bertindak pada hari pembalasan itu sebagaimana tindakan seorang penguasa raja di dalam kekuasaan-Nya. yaitu hari ketika seorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah. ” 38 Pada ayat yang lain Allah kembali menyebutkan tentang siapa sesungguhnya yang berkuasa pada hari yang dahsyat itu. Firman Allah SWT. 37 Ibid, hal :40 38 Muhammad Ali As-Shabuni, Shafwatut Tafasir, juz 1, hal 25                                        “ Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; yang Maha Pemurah. mereka tidak dapat berbicara dengan Dia.”“ Pada hari, ketika ruh dan Para Malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.” Itulah hari yang pasti terjadi. Maka Barangsiapa yang menghendaki, niscaya iamenempuh jalan kembali kepada Tuhannya.”An-Naba‟ : 37-39 Yaumuddin, secara umum diterjemahkan dengan hari pembalasan.Sesungguhnya apa yang dimaksud dengan Yaumuddin itu sendiri sudah dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:                                       “Dan Sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan. Dan mereka sekali- kali tidak dapat keluar dari neraka itu.Tahukah kamu Apakah hari pembalasan itu? Sekali lagi, tahukah kamu Apakah hari pembalasan itu? Yaitu hari ketika seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. dan segala urusanpada hari itu dalam kekuasaan Allah. ” Al-Infithar : 14-19. Yaumuddin, adalah salah satu diantara nama-nama Hari Kiamat yang berikan oleh Allah SWT yang terdapat dalam Al- Qur‟an. Ayat 5  “ Hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.” Ibadah adalah lambang ketundukan dan ketaatan yang paling tinggi. Sementara memohon pertolongan adalah bukti kelemahan seorang makhluk yang selalu membutuhkan bantuan dari sang pencipta yakni Allah SWT. Dalam ayat tersebut mendahulukan maful bih yakni lafadz dari fi’ilnya yakni dan , hal tersebut memberikan arti takhsis memberikan nuansa kekhususan, yakni kami khususkan ibadah hanya kepada-Mu dan kami khususkan mohon pertolongan hanya kepada-Mu. Ayat yang mulia ini mengandung pengerian yang sangat dalam dan menyeluruh, karena didalamnya tertuang suatu ikrar janji seorang hamba kepada zat yang maha agung. Jika ikrar itu diucapkan dengan sadar, penuh penghayatan, tentulah hamba tersebut tidak akan terjerumus dalam kehinaan dan dosa. Ayat 6  “Tunjukilah selalu kami jalan yang lurus ” Menurut Ibnu Qoyyim al-Jauzi : kata Ihdina yang berarti “Tunjukilah selalu pada kami”. Beliau menyebut : 1. Berarti : tetapkanlah kami. 2. Arsyidna yang berarti “Tuntunlah kami “. 3. Waffiqna, yang berarti “ berikanlah kami taufiq”. 4. Al-himma yang berarti “ Berilah kami ilham”. 39 Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab ra menggatakan di dalam kitabnya yang berjudul “ Tafsir al-Fatihah “, bahwa shirothol mustaqim itu adalah jalan yang jelas, jalan yang lurus, tidak bengkok. Dan yang dimaksud dengan demikian itu adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Rasul, shirothol mustaqim juga mengandung makna jalan yang benar, jalan yang benar, jalan yang menjadi kebutuhan seorang hamba untuk selamat dari azab dan siksa, jalan yang dapat 39 H.Darwis Abu Ubaidah, Op Cit, hal : 61 membawa manusia kepada kebahagiaan, ketenangan jiwa baik di dunia maupun di akhirat. Ayat 7           “ yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan jalanmereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat . Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam “. Ayat ini menyebutkan jalan yang baik, jalan yang lurus, jalan yang telah Allah SWT anugerahkan kepada para hamba-Nya, yaitu jalan yang telah ditempuh para Nabi, shidiqin, syuhada, dan shalihin. Sekiranya manusia memiliki banyak sifat yang tidak baik itu betul-betul butuh kepada shirothol mustaqim, hendaklah manusia itu taat, patuh kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dengan cara melaksanakan apa yang diperintahkannya secara maksimal, serta berusaha menjauhkan diri dari larangan Allah SWT. 40 Pengulangan kata Shiroth jalan dimaksudkan untuk menegaskan dan memberitahukan bahwa jalan yang lurus itu adalah jalan kaum muslimin. Adapun mereka yang diberi Allah SWT nikmat dengan jalan itu adalah kelompok yang yang disebutkan Allah SWT dalam firman-Nya :                     “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan RasulNya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik- baiknya”. QS.An-Nissa‟:69    “……..bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan jalan mereka yang sesat”. 40 Ibid,hal: 63 Mayoritas ulama berpendapat bahwa jalan orang-orang yang dimurkai itu adalah jalannya orang-orang Yahudi dan dan jalan mereka yang sesat itu adalah jalannya orang-orang Nashara. Pandangan ini berdasarkan beberapa dalil : Pertama, ketika Allah SWT menceritakan bagaimana keadaan kaum Nabi Musa as yang ketika itu tidak merasa nyaman dengan makanan yang dihidangkan selalu sama, manna dan salwa sehingga mereka mengajukan kepada Nabi Musa as bentuk menu makanan dan minuman yang lainnya berupa sayur mayur, ketimun kacang adas dan lain sebagainya. Kedua, ketika Allah SWT menyebutkan bahwa orang-orang yang menjadikan patung anak sapi sebagai tuhan yang mereka sembah, akan mendapat murka dan kehinaan dari Allah SWT. Ketiga, ketika Allah SWT menceritakan perilaku orang-orang Ahlul Bait yang berlebih-lebihan dalam menjalankan agamanya yang pada akhirnya menjerumuskan mereka kedalam kesesatan, bahkan menyesatkan banyak orang. 41

6. Kandungan Surat Al-Fatihah