“Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian wahai para sahabat cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu
benci kepada kekafiran, kefasikan dan perbuatan maksiat.Mereka itulah orang-orang
yang mengikuti jalan yang lurus.” QS al-Hujuraat:7. g.
Keteguhan iman dan ketegaran dalam berpegang teguh dengan agama Allah Allah Ta’ala berfirman,
“ Allah meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh, dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang
zalim dan memperbuat apa yang D ia kehendaki.”Q.S. Ibrahim: 2
Fungsi ibadah mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka dengan taufik dari Allah Ta’ala orang yang beriman tidak akan mau berpaling dari keimanannya, karena
mereka merasakan manisan dan nikmatan iman.Walaupun cobaan dan penderitaan datang
silih berganti,
bahkan semua
cobaan tersebut
menjadi ringan
baginya. Gambaran inilah yang terjadi pada para sahabat Rasulullah shallallahu „alaihi
wa sallam dalam keteguhan mereka sewaktu mempertahankan keimanan mereka menghadapi permusuhan dan penindasan dari orang-orang kafir Quraisy, di masa
awal Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam mendakwahkan Islam.
2. Pengaruh Sosial
Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk berdasarkan tatanan sosial tertentu. Ibadah dalam masyarakat mempunyai pengaruh yang cukup
besar baik itu ibadah mahdloh atau ibadah ghairu mahdloh. Dan ibadah yang diwajibkan kepada umat islam ternyata tidak saja mengandung nilai spiritual, tetapi
juga mengandung nilai-nilai solidaritas dan kesejahteraan sosial umat islam dan umat
lainnya.
Dalam ibadah mahdloh seperti halnaya shalat yang biasanya dilakukan oleh masyarakat secara berjamaah, baik shalat harian yakni lima waktu, mingguan pada
shalat jum’at atau tahunan yakni shalat idul fitri dan idul adha. Semua itu mempunyai pengaruh dalam kehidupan bermasyarakat dan mencerminkan persatuan dan kesatuan
umat.
22
Dalam shalat berjamaah dapat membiasakan atau mendidik orang-orang mukmin untuk berjiwa merdeka, berjiwa sama rata sama rasa dan menumbuhkan jiwa
persaudaraan. Manusia merasa sama dirinya dengan orang lain dalam menyembah Allah SWT, hilang dari mereka rasa angkuh dan takabur. Dan dapat melatih
persatuan dalam hal tolong menolong, dan memberi pengertian bahwa satu sama lain diibaratkan sama seperti tembok.
23
Islam dalam aktifitas ibadahnya juga sering mengadakan pertemuan- pertemuan yang besar dan mengadakan usaha-
usaha sosial, disyari’atkannya hari raya kecil dan hari raya besar. Hari raya kecil, diletakkan sesudah puasa dan hari raya besar
diletakkan sesudah selesai wukuf di Arafah.Pada hari raya puasa dis yari’atkan zakat
fitrah dan pada hari raya haji, disyari’atkan kurban.Oleh sebab itu, dituntut bagi seluruh warga masyarakat agar keluar dan pergi untuk melaksanakan shalat Id
bejamaah.Dengan berkumpulnya mereka dalam satu tempat dan satu tujuan maka terjadilah persamaan dan kedamaian dalam lingkungan masyarakat.
Begitu pula dalam ibadah mahdloh lainnya seperti halnya zakat, di dalam zakat juga bisa kita temukan pengaruh yang begitu besar, baik bagi orang yang memberi
maupun orang yang menerima zakat. Bagi orang yang menerima zakat, mereka dapat memelihara dirinya dari kehinaan, kesusahan dan aib kemiskinan, serta memantapkan
iman dalam hati mereka dan memperkokoh dasar jihad dijalan Allah serta menegakkan kemaslahatan umum.Para ibnu sabildapat meneruskan perjalannya
22
Khairunnas Rajab, Op Cit, Hal 77
23
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Op.Cit, hal 158
dengan pertolongan zakat.Anak-anak yang terlantar dapat disantuni dalam tempat- tempat tertentu dengan biaya yang dikumpulkan dari harta zakat.
24
Oleh karena itu menurut penulis, bahwa para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan dalam ibadah, iman
dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan menimbulkan rasa solidaritas dalam kelompok masyarakat maupun perorangan, bahka kadang
– kadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. dan rasa persaudaraan solidaritas itu dapat
mengalahkan rasa kebangsaan. Maka dapat disimpulkan bahwa norma yang memberikan arahan dan makna bagi
kehidupan masyarakat ialah agama, dan agama tidak terlepas dari ibadah dan aturan- aturannya. Masalah agama juga tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan masyarakat.
24
Ibid, hal 180
22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskripstif analitis. Metode Deskriptif Analitis akan digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan
data, menyusun, menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada. Untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian,
yaitu menguraikan dan menjelaskan konsep ibadah dalam Al-Qur ’an kajian surat
Al-Fatihah ayat 1-7. Dalam pengumpulan data, peneliti menempuh langkah-langkah melalui riset
kepustakaan Library Research yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian kepustakaan murni. Metode riset ini dipakai untuk mengkaji sumber-sumber
tertulis. Sebagai data primernya adalah buku-buku tafsir. Di samping juga tanpa
mengabaikan sumber-sumber lain dan tulisan valid yang telah dipublikasikan untuk melengkapi data-data yang diperlukan. Misalnya kitab-kitab, buku-buku,
dan lain sebagainya yang ada kaitannya dengan masalah yang penulis teliti sebagai data sekunder.
B. Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil data, dari pendapat para ahli yang diformulasikan dalam buku-buku, istilah ini lazim disebut library
research yaitu pengambilan data yang berasal dari buku-buku atau karya ilmiah di bidang tafsir dan pendidikan, yang terdiri dari sumber primer dan sekunder.
Sumber primer dalam dalam penulisan ini adalah tafsir Al- Qur’ansurat Al-Fatihah
ayat 1-7, Tafsir al-Misbah, Tafsir Al-Asas, Tafsir Al-Qurthubi, Tafsir Ath- Thabari.
Adapun sumber sekundernya adalah buku-buku pendidikan yang relevan dengan pembahasan skripsi, seperti buku tafsir Ayat-ayat pendidikan karangan
DR.H.Abuddin Nata,MA, Samudera Al-Fatihah karangan H. Bey Arifin, Kuliah Ibadah karangan Prof. DR. Teungku Muhammad hasbi Ash-Shiddieqy dan kitab-