menciptakannya, mendidik, mengasuh, menumbuhkan dan memeliharanya. Tidak ada yang menyekutui Allah SWT. Sejalan dengan hal ini, jelaslah bahwa manusia
itu amat kecil, dan jauh tempatnya namun tetap berada dibawah pengetahuan, lindungan, dan pemelliharaan Allah SWT. Allah SWT telah memberikan kepada
makhluk-Nya suatu bentuk yang amat sempurna, lalu dikarunikan kepada manusia akal, naluri instink dan kodrat-kodrat alamiah, sebagai bekal untuk kelanjutan
hidup manusia tersebut di alam dunia untuk kehidupan selanjutanya di akhirat. Pendidikan, pemeliharaan, penumbuhan, yang dilakukan oleh Allah SWT
wajib diperhatikan dan dipelajari oleh manusia sebagai bentuk tafakkur manusia akan kekuasaan Allah SWT yang akan menghasilkan peningkatan kekuatan dalam
keimanan dan ketakwaan. b.
Ayat Kedua
“hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”
Ayat ini juga mengandung inti ibadah manusia kepada Allah SWT, karena yang hanya berhak disembah hanya Allah SWT dan hanya kepada Allah SWT
sajalah manusia selalu memohon pertolongan. Hal ini karena manusia adalah makhluk Allah SWT yang harus selalu berhubungan dengan Allah SWT sebagai
penciptanya. Manusia berdo‟a memohon sesuatu hanyalah kepada Allah SWT. Dengan ayat ini akan terbongkarlah akar-akar dari bentuk-bentuk
kesyirikan mempersekutukan Allah SWT dan membesarkan kekuasaan selain kekuasaan Allah SWT, bentuk kepercayaan watsani menyembah dewa-dewa,
matahari, bulan, bintang-bintang dan lain sebagainya, kepercayaan majusi menyembah api, dan kepercayaan lainnya yang banyak berkembang dan dianut,
sebelum datang agama Islam yang dirisalahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
B. Ibadah
Didalam Al- Qur‟an Allah berfirman:
“hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau- lah kami memohon pertolongan”
Di dalam ayat
, jika direnungi secara mendalam, maka seorang
hamba tidak akan pernah sempurna dalam penyembahannya kepada Allah SWT, namun karena sifat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang ayat
sebagai bentuk rahmat Allah SWT yang diturunkan untuk
hamba-hamba Nya, hingga manusia hanya selalu memohon pertolongan kepada Allah SWT . Jadi ayat tersebut diatas mengandung penafsiran ketauhidan dan
rahmat Allah SWT untuk bekal peribadatan seorang manusia kepada Allah SWT.
“tunjukilah selalu kami kepada jalan yang lurus” Sempurnanya agama Islam untuk kebahagiaan manusia dia alam dunia
sampai akhirat, Allah SWT telah menetapkan batas-batas syariat yang berupa peraturan-peraturan, hukum-hukum, dan menjelaskan kepercayaan, memberikan
pelajaran dan perumpamaan-perumpamaan. Semua ini merupakan tuntunan menuju jalan yang lurus yang telah Allah SWT bentangkan untuk manusia agar
manusia tersebut sampai pada kebahagiaan hidup baik di dunia sampai alam akhirat. Maka sungguh amat berbahagia manusia yang menjalani batas-batas
syareat yang telah Allah SWT tetapkan tersebut, dan amat sengsaralah manusia yang menghindari dirinya dari jalan tersebut.
C. Hukum-hukum dan Peraturan-peraturan
Telah dijelaskan diatas bagaimana mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, yaitu dengan adanya penetapan peraturan-peraturan dan hukum-
hukum, dan hal tersebut pun bercabang menjadi peraturan dan hukum yang
berhubungan dengan hubungan manusia kepada Allah SWT, dan manusia dengan masyarakat, dan juga siasat kenegaraan dan lain-lain. Sebagaimana ayat yang
mengandung peraturan dan hukum yang dicantumkan dalam surat Al-Fatihah yang berbunyi :
“Tunjukilah selalu kami jalan yang lurus” Jalan yang menyampaikan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat adalah akidah-akidah yang benar, hukum-hukum dan peraturan-peraturan serta perumpamaan-perumpamaan yang telah dijelaskan
di dalam Al Qur‟an dan Hadits.
D. Janji dan Ancaman