Munasabah Ayat Syipa dalam perspektif al-qur'an (kajian surat al-Isra (17): QS. Yunus (10): 57 dan Qs. an.Nahl (16) dalam tafsir al-Misbah

tidak diturunkannya lagi mukjizat indrawi. Nah, kelompok-kelompok ayat ini kembali berbicara tentang al-Qur’an dengan menjelaskan fungsinya sebagai obat penawar penyakit-penyakit jiwa.

2. Munasabah Ayat

Pengertian tentang Munasabah Ayat, adalah didefinisikan dengan keterkaitan antara satu ayat dengan ayat yang lain; atau satu surah dengan surah yang lain, karena adanya hubungan antara satu dan yang lain, yang umum dan yang khusus, yang konkret dan yang abstrak, atau adanya sebab akibat, adanya hubungan keseimbangan, adanya hubungan yang berlawanan adanya macam-macam segi keserasian informasi al-Qur’an dalam bentuk kalimat berita tentang alam semesta. 5 Sedangkan, secara etimologis arti kata dari Munasabah berarti suatu hubungan persesuaian atau kedekatan, dan sedangkan secara terminologisnya adalah suatu hubungan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain dalam satu ayat, atau hubungan antara satu surah dengan surah yang lain dalam serangkaian surah-surah dalam al-Qur’an. Dan Munasabah Ayat dari Ayat ini, adalah dapat dinilai berhubungan langsung dengan ayat-ayat sebelumnya dengan memahami huruf wauw yang biasa diterjemahkan dan pada awal ayat ini dalam arti wauw al-hal yang terjemahannya adalah sedangkan. Jika ia dipahami demikian, maka ayat ini seakan-akan menyatakan : “Dan bagaimana 5 Ensiklopedi Islam, h.431. kebenaran itu tidak akan menjadi kuat dan batil tidak akan lenyap, sedangkan Kami telah menurunkan al-Qur’an sebagai obat penawar keraguan dan penyakit-penyakit yang ada dalam dada dan al-Qur’an juga, adalah rahmat bagi orang-orang yang beriman dan ia yakni al- Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalaim selain kerugian disebabkan oleh kekufuran mereka”.

B. Penafsiran Surat Yunus 10 Ayat 57

ﺎ ﺄٰ ْﻢﻜﱢﱠر ﻦﱢ ﺔﻈﻋْﻮﱠ ْﻢﻜْ ءﺎﺟْﺪ سﺎﱠﻨﻟ ﻰ ﺎﻤﱢﻟءﺎﻔﺷو ىﺪهوروﺪﺼﻟ و ﻦﻴﻨ ﺆﻤْﱢﻟ ﺔﻤْﺣر . Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” Q.S.Yunus 10 : 57 Menurut M. Quraish Shihab, ayat ini menegaskan bahwa al-Qur’an adalah obat bagi apa yang ada terdapat di dalam dada manusia. Penyebutan kata dada yang diartikan dengan hati, menunjukkan bahwa wahyu-wahyu Ilahi itu berfungsi sebagai penyembuh bagi penyakit-penyakit ruhani, seperti ragu, dengki, takabur dan semacamnya. Memang, oleh al-Qur’an hati ditunjuknya sebagai wadah yang menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak. Bahkan, hati dinilai sebagai alat untuk mengetahui membaca dengan mata hati. Hati juga, mampu melahirkan ketenangan dan kegelisahan, serta dapat menampung sifat-sifat baik dan terpuji. 6 6 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan, h.102. Dalam tafsirnya al-Misbah , ia mengutip pendapat seorang sufi besar, al- Hasan al-Basri, berdasarkan riwayat Abu al-Syaikh berkata, “Allah swt; menjadikan obat terhadap penyakit-penyakit hati, dan tidak menjadikannya obat untuk penyakit jasmani”. Ini menunjukkan bahwa M. Quraish Shihab, nampaknya cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa al-Qur’an hanya dapat dijadikan sebagai obat penyakit yang bersifat ruhani saja. Jika kita pahami dari apa yang diuraikan oleh M. Quraish Shihab di atas, dan apa yang telah dikutifnya dari kitab para mufassir, mengindikasikan bahwa jika benar ia kurang setuju dengan statemen yang menyatakan bahwa al-Qur’an dapat menyembuhkan penyakit jasmani, maka tentu harus ada argumen lain yang dapat dijadikan sebagai sandaran untuk mendukung pendapatnya. Sebab menurut M. Quraish Shihab, selanjutnya, memang bisa saja al-Qur’an dijadikan sebagai obat untuk penyakit yang bersifat jasmani, namun hal itu, hanya berlaku bagi penyakit jiwa yang tidak stabil, seperti penyakit psikosomatik, yaitu semacam suatu penyakit yang diderita oleh sang manusia, karena ketidak stabilan jiwa dan ruhaninya; seperti : sesak nafas, panas dingin menggigil atau penyakit semacam karena pengaruh kemasukan syetan gila. Jadi, menurut M. Quraish Shihab, ayat di atas menunjukan bahwa al- Qur’an dapat dijadikan sebagai obat penawar bagi segala macam-macam penyakit ruhani hati manusia, dan terkadang juga, dapat dijadikan sebagai penawar bagi penyakit jasmani, namun yang bersita psikosomatik saja.

1. Asbabun al-Nuzul