1. Asbabun al-Nuzul
Kelompok ayat-ayat ini kembali kepada persoalan pertama yang disinggung oleh surah ini yang sekaligus menjadi salah satu topik
utamanya. Yaitu keheranan mereka atas turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad saw.terhadap mereka, setelah bukti kebenaran al-Qur’an
dipaparkan bahkan ditantangkan, kini-kepada semua manusia-ayat ini menyampaikan fungsi wahyu yang mereka telah ingkari dan lecehkan itu.
Hai seluruh manusia, di mana dan kapan pun sepanjang masa, sadarilah
bahwa sesungguhnya telah datang kepada kamu semua pengajaran yang sangat agung dan bermanfaat dari Tuhan Pemelihara dan Pembimbing
kamu yaitu al-Qur’an al-Karim dan obat yang sangat ampuh bagi apa yakni penyakit-penyakit kejiwaan yang terdapat dalam dada; yakni hati
manusia dan petunjuk yang sangat jelas untuk menuju kebenaran dan kebajikan serta rahmat yang amat besar lagi melimpah bagi orang-orang
mukmin.
2. Munasabah Ayat
Munasabah dari Surat Yunus ini adalah dari Surat Fushishilat. Dan juga, dapat dikatakan ayat di atas menegaskan adanya empat fungsi al-
Qur’an : pengajaran, obat, petunjuk serta rahmat. Thâhir Ibnu âsyûr
mengemukakan bahwa ayat ini memberi perumpamaan tentang jiwa manusia dalam kaitannya dengan kehadiran al-Qur’an. Ulama itu memberi
ilustrasi lebih kurang sebagai berikut. Seseorang yang sakit adalah yang
tidak stabil kondisinya, timpang keadaannya lagi lemah tubuhnya. Ia menanti kedatangan dokter yang dapat memberinya obat guna
kesembuhannya. Sang dokter tentu saja perlu memberi peringatan kepada pasien ini menyangkut sebab-sebab penyakitnya dan dampak-dampak
kelanjutan penyakit itu, lalu memberinya obat guna kesembuhannya, kemudian memberinya petunjuk dan saran tentang cara hidup sehat agar
kesehatannya dapat terpelihara sehingga penyakit yang dideritanya tidak kambuh lagi. Nah, jika yang bersangkutan memenuhi tuntunan sang
dokter, niscaya ia akan sehat sejahtera dan hidup bahagia serta terhindar dari segala penyakit. Dan itulah rahmat yang sungguh besar.
C. Penafsiran Surat al-Nahl 16 Ayat 69
ﱢ آ ﻦ آ ﱠﻢ ﻟذ ﻚﱢر ﻰﻜ ْ ﺎ تٰﺮﻤﱠﻟ
جﺮْﺨ ﻦ
ﻪ ٰﻮْﻟأ ْﺨ باﺮﺷ ﺎﻬ ﻮﻄ سﺎﱠﻨ ﻟ ءﺎﻔﺷ ﻪﻴ
ﻰ ﱠنا ﺮ ﺪ مْﻮﻘﱢﻟ ﺔ ءﻻ ﻚﻟ ٰذ
. Artinya : “Kemudian makanlah dari tiap-tiap macam buah-buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan bagimu. Dari perut lebah itu keluar minuman madu yang bermacam-macam warnanya. Di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kebesaran Tuhan bagi orang-orang
yang memikirkan”.
QS.al-Nahl 16 :69
Ketika mengomentari
سﺎﻨ ﻟ ﺎﻔﺷ ﻪﻴ , M. Quraish Shihab di dalam tafsirnya al- Misbah,
mengemukakan teori konfrontasi dari dua pendapat, yakni; pendapat yang mengklaim bahwa madu dapat menyembuhkan berbagai macam-macam
penyakit, dan pendapat yang menyatakan bahwa madu bukanlah obat dari semua macam-macam penyakit.
Pendapat yang pertama, merujuk pada hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, bahwa salah seorang sahabat Nabi saw. pernah mengadu,
bahwa saudaranya sedang sakit perut. Rasul saw. telah menyarankan agar memberinya sebuah minuman madu. Saran Rasul saw. tersebut, langsung dia
laksanakan, akan tetapi sakit perut saudaranya itu belum juga sembuh. Sekali lagi, sang sahabat mengadu, dan sekali lagi juga Rasul saw. kemudian kali ini berbeda,
beliau bersabda : “Allah Maha Benar, perut saudaramu itu yang telah berbohong. Berilah ia minum madu sekali lagi”.
Kemudian, sang sahabat kembali lagi untuk memberikan saudaranya sebuah minuman madu, dan kali ini langsunglah ia
segera sembuh. HR.Bukhari dan Muslim, melalui Abû Sa’îd al-Khudri. Pendapat yang kedua yang lebih dominan baginya M. Quraish Shihab
apa yang telah dikemukakan oleh Ibn ‘ Āsyūr, yang telah mengisyaratkan bahwa
madu bukanlah obat bagi semua penyakit. Redaksi kalimat ayat ini, “ ﻪﻴ ” di
dalamny , yakni di dalam madu itu terdapat obat penyembuhan, menunjukkan
bahwa obat itu telah berada di dalam madu itu tersebut. Seakan-akan madu adalah wadah dan obat yang telah berada di dalam wadah itu tersebut. Wadah biasanya
selalu lebih luas dari apa yang telah ditampungnya. Ini berarti, tidak semua obat itu ada di dalam madu tersebut. Dengan demikian, tidak semua suatu penyakit
dapat diobati dengan madu tersebut, karena tidak semua obat ada di dalamnya. Bahwa redaksi “Tidak semua obat”, dipahami dari bentuk nakirah indifinit yang
telah dikemukakan bukan dalam redaksi negasi, sehingga ia tidak bermakna semua. Memang, boleh jadi ada faktor-faktor tertentu pada orang-orang tertentu
Hal itu, mungkin atau bisa saja akan terjadi, karena dewasa ini, banyak seorang dokter yang telah menasehati pengidap penyakit diabetes untuk tidak
mengkonsumsi dari sebuah madu. Ini menunjukkan bahwa; sebuah madu itu tidak menjadi obat penyembuh untuk semua macam-macam penyakit. Memang, boleh
saja yang telah dimaksud dengan kata al-nas, pada ayat di atas tersebut, adalah hanya sebagian manusia, tetapi bukan semua manusia.
Hal serupa, juga telah dikatakan oleh seorang manusia yang bernama Muhammad Ali al-Shabuni, telah mengatakan bahwa penekanan fihi syifa bukan
fihi al-syifa , menunjukkan bahwa madu hanya dapat mengobati berbagai macam
penyakit tertentu saja, tidak untuk semua penyakit. Ketika, seseorang manusia telah meminum madu dengan bersama
makanan lain, pada waktu yang sama; madu itu akan menjadi obat, yang terkadang orang itu tersebut, tidak merasakan bagaimana madu itu yang telah
menyembuhkan penyakitnya. Ketika ia telah menjadi sehat wal’afiat, ia baru bisa merasakan manfaat dari sebuah madu itu tersebut.
8
Jadi, bahwa madu sangatlah mempunyai suatu keistimewaan; atau bahwa madu merupakan sebuah makanan yang dapat memulihkan untuk kesehatan.
9
7
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan, Jilid 15, h.284.
8
Muhammad Ali al-Shabuni, Cahaya al-Qur’an : Tafsir Tematik, h.369.
9
Lihat Islamic Medicine Kuwait : Ministary of Culture, 1981 hh.358-362.
1. Asbabun al-Nuzul