Penjelasan dari proses produksi dapat dilihat sebagai berikut.

Proses produksi daun pintu untuk Colonial 8P dapat dilihat pada Gambar

2.3. Penjelasan dari proses produksi dapat dilihat sebagai berikut.

1. Pengeringan Tujuan proses pengeringan dalam pengolahan kayu adalah sebagai berikut : a. Meminimumkan kadar air pada balok kayu menjadi 11-12 b. Mencegah serangan jamur dan serangga perusak balok kayu c. Meningkatkan kekuatan kayu agar mudah dikerjakan untuk proses berikutnya. Proses pengeringan yang dilakukan di PT. Mahogany Lestari terdiri dari dua jenis pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dengan memanfaatkan sinar matahari langsung bahan diletakkan di gudang lapangan dan pengeringan dalam ruangan pengering atau Kiln Dryer KD. Pengeringan alami sangat lambat dan bergantung kepada keadaan cuaca alam, baik dari intensitas panas matahari maupun sirkulasi udara yang terjadi di sekeliling susunan balok kayu tersebut. Pengeringan di lapangan dilakukan selama ±3 hari, setelah 3 hari balok kayu kemudian diangkut ke KD dengan forklift untuk pengeringan selanjutnya. Kiln Dryer KD berjumlah 8 kamar, dimana proses pengeringan ini dilakukan selama ± 21 hari dengan suhu 70-80 yang bertujuan untuk mengurangi kadar air sampai 12. Selain utnuk mengurangi kadar air pada balok kayu, di KD juga dilakukan pemberian obat anti rayap. Untuk mengukur kadar air digunakan alat ukur jenis tokok yang bentuknya seperti jarum suntik yang dimasukkan ka dalam kayu sehingga kadar air dapat Universitas Sumatera Utara diketahui. Balok kayu hasil pengeringan di KD kemudian diangkut ke lantai produksi yaitu ke bagian Blanking untuk proses selanjutnya. Pengeringan Cutting Molding Pembuatan Profil Pengeboran Penghalusan Finishing Packing Blanking Perakitan Gambar 2.3. Block Diagram Proses Produksi Daun Pintu Tipe Colonial 8P 2. Blanking Blanking merupakan proses pengetaman awal, dimana bagian yang diketam adalah sisi atas dan sisi bawah dari balok kayu. Mesin yang digunakan pada proses ini adalah Blanking Planner. Balok kayu hasil pengetaman awal ini kemudian dibawa ke bagian pemotongan cutting. Universitas Sumatera Utara 3. Cutting Pemotongan Balok kayu yang telah mengalami proses pengetaman awal kemudian dipotong dengan menggunakan mesin under cut sesuai dengan ukuran yang ditentukan dan dilebihkan sebanyak 2-3 cm per komponen. 4. Molding Proses ini bertujuan untuk mencegah adanya permukaan yang tidak rata akibat pemotongan pada kayu. Molding berbeda dengan blanking, selain menggunakan mesin yang berbeda, blanking hanya bertujuan untuk menghaluskan dua sisi permukaan saja yaitu sisi atas dan sisi bawah sedangkan pada proses molding bertujuan untuk menghaluskan keempat sisinya. 5. Pembuatan Profil Proses ini bertujuan untuk membuat profilpola. Pembuatan profil ada dua yaitu pembuatan profil panjang dengan menggunakan mesin shaper dan profil pendek dengan menggunakan mesin Double End. 6. Pengeboran Proses pengeboran dilakukan untuk setiap komponen, komponen ST menggunakan mesin Six Head Bor. TR, MR, BR, serta M menggunakan mesin Double Head Bor dan Single BorOne Head Bor. 7. Perakitan Komponen-kompopnen MR, M, BR, P, dan dowel dirakit secara manual. Setelah itu dilakukan penyatuanperakitan komponen-komponen tersebut dengan ST dan TR dengan menggunakan mesin Door Press. Universitas Sumatera Utara 8. Sanding Setelah dilakukan perakitan, produk kemudian dibawa ke bagian sanding yang bertujuan untuk menghaluskan permukaan pintu. Mesin yang digunakan adalah mesin Sanding Master. 9. Finishing Proses ini dilakukan secara manual yaitu melakukan pendempulan pada bagian yang kasar atau untuk menutupi lubang-lubang kecil yang ada dipermukaan pintu. 10. Packing Pintu yang telah melewati proses finishing kemudian dikemas ke dalam plastik dan diberi label. Pintu yang telah selesai dikemas kemudian disimpan di gudang penyimpanan. Universitas Sumatera Utara

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Konsep Lean Manufacturing

Ohno 1997 seperti yang dikutip oleh Abdullah 2003 menjelaskan bahwa ide dasar di balik sistem Lean Manufacturing, yang telah dipraktekkan selama bertahun-tahun di Jepang, mencakup eliminasi pemborosan, pengurangan biaya serta peningkatan kemampuan pekerja. Filosofi Jepang dalam menjalankan bisnis sangatlah berbeda dengan filosofi yang telah lama diterapkan di Amerika. Kepercayaan tradisional Barat beranggapan bahwa satu-satunya cara untuk memperoleh keuntungan adalah dengan menambahkan keuntungan itu ke dalam ongkos manufaktur agar dapat menaikkan harga jual seperti yang diinginkan. Sebaliknya pendekatan cara Jepang percaya bahwa konsumen merupakan generator harga jual. Semakin banyak kualitas yang dibangun kedalam suatu produk dan semakin banyak jasa yang ditawarkan, maka semakin besar juga harga yang rela dibayar oleh konsumen. Perbedaan antara biaya produk dan harga inilah yang disebut sebagai profit. Ilmu Lean Manufacturing bekerja dalam setiap tahapan di value stream dengan mengeliminasi pemborosan agar dapat mengurangi biaya, meningkatkan output, dan pengurangan lead time produksi agar dapat terus bersaing dalam pertumbuhan pasar global. Universitas Sumatera Utara