Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tingkat Suku Bunga Bank

Sudirman : Analisis Komperatif Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga Terhadap Perkembangan Kredit Dan Pembiayaan Pada Bank Konvesional Dan Bank Syariah Di Indonesia, 2009. Pada tahun 1998 Bank Indonesia mengeluarkan peraturan perbankan No.10 tahun 1998 yang isinya memberikan keleluasaan kepada Bank Syariah untuk lebih dapat berkembang sebagaimana berkembangnya Bank Konvensional. Hal ini bertujuan dengan harapan semakin berkembangnya Bank Syariah di Indonesia diharapkan mampu menjadi benteng perekonomian Indonesia bilamana krisis perekonomian kembali mendera sehingga pembangunan dapat terus berjalan dengan seimbang.

4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tingkat Suku Bunga Bank

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 secara umum bukan disebabkan karena lemahnya fundamental ekonomi, namun dikarenakan merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Utang luar negeri swasta jangka pendek sejak awal 1990-an telah terakumulasi sangat besar yang sebagian besar tidak dihedging dilindungi nilainya terhadap mata uang asing. Hal inilah yang kemudian menambah tekanan terhadap nilai tukar rupiah, karena tidak tersedia cukup devisa untuk membayar hutang jatuh tempo beserta bunganya. Kondisi ini semakin diperparah dengan terjadinya inflasi yang sudah mencapai angka dua digit yaitu sekitar 11,05 persen yang merupakan dampak dari krisis ekonomi tersebut, dimana harga-harga barang pada saat tersebut naik secara tajam absolute. Sudirman : Analisis Komperatif Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga Terhadap Perkembangan Kredit Dan Pembiayaan Pada Bank Konvesional Dan Bank Syariah Di Indonesia, 2009. Krisis ini mengakibatkan beban hutang perusahaan terutama hutang-hutang yang pembiayaannya tergantung dari bank menjadi besar karena bank sendiri mengalami kesulitan menyediakan likuiditas operasional sehari-hari. Akibat lebih lanjut, timbul Non Performing Loans NPL atau kredit macet yang secara langsung dan tidak langsung akan mengganggu dalam jumlah yang besar bahkan akan menghentikan operasional bank. Tingginya angka NPL secara langsung akan menyebabkan turunnya kualitas aset pada neraca perbankan, disamping bertambahnya beban perbankan untuk menyisihkan dananya sebagai dana cadangan penghapusan kredit macet allowance for doubtfull account. Dampak selanjutnya adalah rendahnya Capital Adequacy Ratio Ratio kecukupan modal sebagai hasil bagi antara aset dan modal. Dengan semakin kecilnya CAR, sebagian perbankan tidak bisa lagi menjalankan kegiatan operasionalnya. Rendahnya CAR secara langsung akan menyebabkan corporate value dari perbankan menurun di pasar bursa. Agregasi dari hal ini akan menyebabkan sentimen yang kurang baik pada pasar yang secara umum akan membawa perekonomian kearah resesi. Sangat wajar jika kemudian para investor lebih memilih untuk memegang mata uang asing terutama dollar Amerika dibandingkan rupiah karena disamping memiliki risiko yang relatif kecil juga terdapat sejumlah return yang menguntungkan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa para investor begitu apresiatif dengan perbedaan tingkat bunga bank yang begitu besar di dalam negeri dengan bunga luar negeri. Hal ini terkait dengan persepsi mereka yang melihat bahwa perbedaaan tingkat suku bunga yang cukup besar yang terjadi pada periode setelah krisis, dipandang sebagai tempat Sudirman : Analisis Komperatif Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga Terhadap Perkembangan Kredit Dan Pembiayaan Pada Bank Konvesional Dan Bank Syariah Di Indonesia, 2009. penanaman investasi yang menguntungkan dan memiliki corporate value yang baik karena menawarkan tingkat keuntungan yang besar bagi mereka. Hal inilah yang kemudian mendorong terjadinya rush dan pelarian modal ke luar negeri capital flight secara besar- besaran. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi inflasi adalah dengan menekan uang beredar baik dalam arti sempit M1 maupun arti luas M2 atau likuiditas perekonomian. Efek dari kebijakan ini, bank-bank swasta maupun bank-bank pemerintah berlomba-lomba menaikkan suku bunga. Berikut perubahan tingkat suku bunga perbankan dari tahun 1992 – 2006 akibat kebijakan Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter di Indonesia untuk menekan inflasi. Tabel 4.3 Perubahan Tingkat Suku Bunga Perbankan dalam persentase Periode Tingkat Suku Bunga 1992 17.50 1993 17.26 1994 16.33 1995 17.08 1996 17.70 1997 19.66 1998 27.72 1999 25.91 2000 17.51 2001 18.98 2002 18.76 2003 16.48 2004 14.68 2005 16.24 2006 15.92 Sumber : Bank Indonesia Sudirman : Analisis Komperatif Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga Terhadap Perkembangan Kredit Dan Pembiayaan Pada Bank Konvesional Dan Bank Syariah Di Indonesia, 2009. Bunga yang diberikan oleh bank-bank pada masyarakat merupakan daya tarik yang utama bagi masyarakat untuk melakukan penyimpanan uangnya dibank, sedangkan bagi bank, semakin besar dana masyarakat yang bisa dihimpun, akan meningkatkan kemampuan bank untuk membiayai operasional aktivanya yang sebagian besar berupa pemberian kredit pada masyarakat, tidak jarang bank-bank menetapkan suku bunga terselubung, yaitu suku bunga simpanan yang diberikan lebih tinggi dari yang diinformasikan secara resmi melalui media massa dengan harapan tingkat suku bunga yang dinaikkan akan menyebabkan jumlah uang yang beredar akan berkurang karena orang lebih senang menabung daripada memutarkan uangnya pada sektor-sektor produktif atau menyimpannya dalam bentuk kas dirumah. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga terlalu rendah, jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah karena orang akan lebih senang memutarkan uangnya pada sektor-sektor yang dinilai produktif. Suku bunga yang tinggi akan mendorong investor untuk menanamkan dananya di bank daripada menginvestasikannya pada sektor produksi atau industri yang memiliki tingkat risiko lebih besar. Sehingga dengan demikian, tingkat inflasi dapat dikendalikan melalui kebijakan tingkat suku bunga. Namun ternyata kebijakan ini dapat menimbulkan dampak negatif pada kegiatan ekonomi. Kebijakan uang ketat disatu sisi memang menunjukkan indikasi yang baik pada nilai tukar yang secara bertahap menunjukkan kecenderungan menguat namun disisi lain kebijakan uang ketat yang mendorong tingkat suku bunga tinggi ternyata dapat menyebabkan cost of money menjadi mahal. Sudirman : Analisis Komperatif Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga Terhadap Perkembangan Kredit Dan Pembiayaan Pada Bank Konvesional Dan Bank Syariah Di Indonesia, 2009. Hal yang demikian akan memperlemah daya saing ekspor dipasar dunia sehingga dapat membuat dunia usaha tidak bergairah melakukan investasi dalam negeri, produksi akan turun, dan pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan.

4.3. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Perkembangan Kredit