4.4 Kelompok Tani Griya Cendawan Kecamatan Silo Kabupaten Jember
Kelompok tani Griya Cendawan merupakan salah satu kelompok tani di Kecamatan Silo Kabupaten Jember yang bergerak di bidang usahatani jamur
tiram, beberapa alasan kenapa kelompok usahahatani jamur tiram terbentuk yaitu seperti adanya bahan baku yang diperlukan untuk budidaya jamur tiram yang
melimpah, serbuk gergaji yang merupakan limbah hasil produksi pengolahan kayu serbuk gergaji yang besar menjadi masalah bagi tempat penggergajian kayu.
Terdapat beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah limbah tersebut, seperti dibakar namun cara ini bisa menimbulkan efek samping negatif
berupa polusi asap dan resiko kebakaran. Salah satu cara untuk memanfaatkan limbah tersebut adalah dengan cara menjadikannya sebagai bahan baku media
jamur tiram sebab cara ini selain dapat mengurangi limbah yang ada juga bisa menjadi sumber pendapatan masyarakat di Kecamatan Silo. Kecamatan Silo
Kabupaten Jember memiliki kondisi agroklimat yang sangat mendukung untuk pertumbuhan jamur tiram sehingga bisa melakukan budidaya sepanjang tahun,
selain itu teknologi budidaya jamur tiram relatif mudah untuk dipelajari. Kelompok tani Griya Cendawan dibantu oleh pemerintah melalui PPL untuk
melakukan kegiatan Sekolah Lapang Good Agriculture Practice SLGAP. SLGAP
sangat berperan banyak membantu petani jamur tiram dalam
meningkatkan kualitas SDM untuk lebih baik lagi sehingga berpengaruh pada kualitas hasil produksi jamur tiram. Sekolah lapang yang diadakan oleh Dinas
Pertanian dimaksudkan untuk mengembangkan potensi petani jamur tiram dari budidaya hingga pemasaran dalam suatu kesatuan sistem agribisnis di Kecamatan
Silo Kabupaten Jember. Petani jamur tiram di Kecamatan Silo Kabupaten Jember sudah
mengalami berbagai kemajuan dengan adanya Sekolah Lapang Good Agriculture Practice SLGAP dalam berbudidaya jamur tiram. Pada proses budidaya jamur
tiram, petani tentu membutuhkan bangunan atau ruangan untuk membuat media jamur tiram Baglog seperti ruang untuk pengayakan, pencampuran, pewadahan,
sterilisasi, inokulasi, inkubasi dan ruang pembibitan. Proses budidaya jamur tiram pada Kelompok tani Griya Cendawan, petani melakukan buddiaya jamur tiram
seadanya atau menggunakan ruangan secara bergantian dikarenakan petani jamur tiram di Kecamatan Silo Kabupeten Jember tidak memiliki lahan yang luas untuk
berbudidaya. Dalam hal ini, ruangan bisa menjadi satu untuk berbagai kegiatan, seperti pengayakan, pencampuran, pewadahan, inokulasi dan inkubasi. Bahan
bahan yang diperlukan untuk membuat jamur tiram sangatlah mudah didapat, petani Kelompok tani Griya Cendawan mengambil serbuk kayu ditempat
pemotongan kayu yang tersebar di Kecamatan Silo. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan untuk berusahatani jamur tiram tidaklah sulit, petani hanya
membutuhkan bonsen, sendok spatula, drum, tabung LPG, handsprayer, sekop dan kompor. Rumah jamur tiram kumbung dimana tempat pemanenan jamur
tiram biasa dibuat seperti rumah pada umumnya dengan menggunakan bambu, genteng, asbes dan kayu yang bisa didapatkan dengan mudah.
Permasalahan yang terdapat pada usahatani jamur tiram menjadi suatu hambatan pada proses budidaya kelompok tani Griya Cendawan sehingga
mempengaruhi tingkat pendapatan maupun cara berusahatani jamur tiram. Permasalahan tersebut antara lain :
1 kurangnya pengetahuan dan pengalaman serta modal yang seadanya dalam berusahatani jamur tiram, salah satu solusi yang telah diusahakan oleh para
petani Kelompok tani Griya Cendawan yaitu dengan mengadakan Sekolah Lapang Good Agriculture Practice SL-GAP dari PPL agar dapat mengatasi
permasalahan yang terjadi dalam berusahatani jamur tiram. 2 Kurangnya modal dalam berusahatani jamur tiram mengakibatkan petani menggunakan
alat seadanya, seperti pada contoh peralatan sterilisasi yang hanya menggunakan drum dengan kapasitas sekitar 100 - 150 baglog untuk satu kali
sterilisasi, dalam hal ini apabila dibantu dengan modal yang cukup untuk pembuatan steamer kapasitas 1200 baglog maka akan memudahkan petani
dalam proses sterilisasi. 2 Cara kerja manual, yaitu memasukkan bahan baku ke dalam plastik baglog
yang telah dilakukan petani sebenarnya bisa dengan menggunakan alat pengepresan sehingga tidak membutuhkan waktu lama.
3 Masalah pembibitan baglog yang terjadi juga sebagai masalah yang serius, kebanyakan petani jamur tiram di Kecamatan Silo hanya menggunakan satu
ruangan untuk proses pembuatan baglog dan pembibitan dikarenakan lahan yang tidak luas sehingga tidak ada tempat steril dan mudah terkontaminasi,
permasalahan tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan membersihkan tempat apabila petani akan melakukan proses pembibitan
Kegiatan pemasaran perlu dilakukan setelah proses kegiatan usahatani khususnya untuk jamur tiram dikarenakan komoditas jamur tiram yang tidak tahan
lama. Pemasaran jamur tiram di Kecamatan Silo Kabupaten Jember masih tergolong pendek. Pemasaran tersebut hanya meliputi dua lembaga yaitu
pedagang pengecer dan tengkulak. Selama satu periode 5 bulan produksi jamur tiram, rata - rata petani memasarkan produk jamur tiramnya kepada pedagang
pengecer baik pedagang pengecer keliling maupun di sekitar pasar. Kegiatan pemasaran jamur tiram rutin dilakukan setiap hari dengan melihat seberapa
banyak kapasitas pedagang pengecer dapat menjual jamur tiram tersebut, rata rata pedagang pengecer mampu menjual jamur tiram antara 3 – 5 kg setiap harinya
dengan harga Rp. 12.500 dari petani, harga tersebut sudah menjadi kesepakatan antara petani dan pedagang. Terdapat siklus produksi yang tinggi yaitu pada bulan
kedua, rata rata petani jamur tiram memperoleh hasil panen diatas 5 kg sehingga tidak terserap oleh pedagang pengecer. Dalam hal ini petani membutuhkan
tengkulak yang dapat menyerap hasil panen jamur tiram tersebut, hasil produksi yang tinggi dan kecilnya penyerapan jamur tiram ke pedagang pengecer
mengakibatkan harga jamur tiram rendah yaitu Rp. 9000 merupakan harga yang diberikan tengkulak kepada petani jamur tiram.
4.5 Tinjauan Tekhnis Budidaya Jamur Tiram